webnovel

Dia Minum Minuman Dewa Penuh Hiasan, Saya Mencicipi Arak Kendi Giok Hati Es

Translator: Atlas Studios Editor: Atlas Studios

Suara parau terasa sedikit dingin dan kasar seperti ampelas.

Hasrat dan keinginan besar dapat terdengar dari nada bicara orang ini.

"Tentu saja ada arak," Bu Fang mengangguk dan berkata. Dia ingin perlahan-lahan menikmati arak, tapi karena ada pelanggan, dia meletakkan gelasnya.

Pria itu dengan gembira memasuki restoran, mengambil tempat duduk, dan berkata dengan parau, "Pemilik, beri saya sekendi arak."

Bu Fang tanpa ekspresi mengiyakan dengan anggukan. Lalu dia itu berbalik untuk melihat menu dan minuman baru tertulis di situ.

"Arak Kendi Giok Hati Es, lima belas kristal per kendi."

"Harganya hanya lima belas kristal? Tidak terlalu mahal juga. "Bu Fang bingung, tapi dengan cepat mengerti alasannya. Walaupun Arak Kendi Giok Hati Es adalah arak yang bagus, bahan yang digunakan tidak semahal masakan lainnya.

Satu-satunya yang dapat dijual adalah proses produksi dengan menggunakan Metode Sembilan Pembuatan Arak yang melelahkan. Sedangkan bahannya, mereka termasuk bahan biasa. Beras yang digunakan adalah tipe superior beras roh, tapi tidak lebih baik dari Beras Mutiara yang digunakan di Nasi Goreng Telur.

"Sistem, bukankah harganya terlalu murah?" tanya Bu Fang dalam pikiran kepada sistem.

"Harga yang ditentukan oleh sistem adalah harga yang layak. Harga ini ditentukan oleh kombinasi bahan, proses, dan waktu. Bagaimanapun juga, Arak Kendi Giok Hati Es tetaplah arak biasa, jadi harganya tidak akan terlalu mahal, Bila dibandingkan dengan arak buah dan arak roh yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi, masih ada perbedaan besar dalam masalah harga. Lima belas kristal adalah harga tertinggi untuk arak biasa, "jelas sistem serius.

Bu Fang mengangguk untuk memperlihatkan bahwa dia mengerti.

"Arak Kendi Giok Hati Es harganya lima belas kristal per kendi, "kata Bu Fang tanpa ekspresi kepada pria bertopi bambu.

"Lima belas kristal?" pria itu sepertinya sedikit terkejut. Sepertinya lima belas kristal merupakan harga yang mahal untuk sekendi arak. Namun, ketika dia melihat menu, dia terdiam.

Setelah beberapa saat, dia berkata, "Saya akan memesan satu kendi. Tadi saya lewat di jalan kecil, saya tiba-tiba tertarik dengan wangi arak pekat yang keluar dari restoran ini. Saya harap araknya sebanding dengan harganya."

Barang bagus tidak perlu diiklankan. Ujung mulut Bu Fang sedikit melingkar ke atas.

"Kamu tidak akan dikecewakan oleh arak saya, "jawab Bu Fang percaya diri. Lalu dia kembali ke dapur dan mengambil sebuah kendi Arak Kendi Giok Hati Es dari lemari.

Kendi tanah liat tidak terlalu besar dan bahkan lebih kecil dari kendi biasa yang digunakan untuk menyimpan arak. Bu Fang meletakkan kendi arak di depan pria bertopi bambu dan berkata, "Ini arakmu."

Pria itu mengangguk, lalu perlahan membuka topi bambu bercadar dan akhirnya menunjukkan wajahnya.

Bu Fang sedikit terkejut melihat wajah pria ini. Sepertinya wajahnya sangat familiar.

Ketika pria itu membuka topi bambunya, aura cantik dan halus terlihat. Dia berwajah tampan dengan mata yang bersinar laksana bintang dan mulut tersenyum natural.

"Betul sekali! Pria ini mirip dengan si bencong, Xiao Xiaolong!"

"Pemilik, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya pria itu tertawa tertahan dengan suaranya yang parau.

"Kamu terlihat familiar, itu saja. Selamat menikmati arakmu, "jawab Bu Fang tanpa ekspresi. Lalu dia duduk dan mulai menikmati araknya sendiri.

Pria ini juga tidak ambil pusing. Lehernya sedikit bergerak ketika dia membuka kain penutup kendi arak.

Aroma arak pekat langsung keluar seperti letusan gunung berapi dan dengan cepat masuk ke lubang hidung dan masuk ke kedalaman hatinya. Dia dengan sepenuh hati menikmati aroma.

Dia mulai menuang arak ke dalam gelas anggur porselen putih biru yang diberikan Bu Fang. Arak sebening kristal semurni mata air yang ditemukan di pedalaman pegunungan dan tidak sedikit pun keruh.

"Arak bagus!" pria ini tidak mampu menahan kegembiraannya sewaktu dia berseru. Lalu dia berhati-hati gelas arak dan perlahan minum.

Sewaktu arak tersebut mengalir di tenggorokannya, arak itu langsung membuka pori-pori di tubuhnya. Dia menghela napas kencang ketika matanya bersinar dan dipenuhi ketidakpercayaan.

Dia benar-benar terpikat dengan aroma pekat serta perasaan es dan api dari arak.

"Arag bagus! Arak ini dapat dibandingkan dengan Arak Minuman Dewa Penuh Perhiasan dari istana kekaisaran!" pria ini memuji sekali lagi.

Arak ini kuat, matang, dan beraroma! Bahkan mampu menstimulasi energi murni dalam tubuh! Nilainya dapat dipastikan lebih dari lima belas kristal!

"Haha! Saya tidak pernah berpikir akan mampu menemukan arak sebagus ini, saya betul-betul beruntung! Mereka minum Arak Minuman Dewa Penuh Perhiasan di istana kekaisaran, sementara saya mencicipi Arak Kendi Giok Hati Es di sini. Saya sama sekali tidak kalah." Pria itu tertawa dan menuang secangkir arak lagi. Dia minum dengan satu tegukan, rasa pedas di tenggorokannya menimbulkan semburat merah muncul di wajahnya yang putih.

Bu Fang lebih halus ketika dia dengan senang menyisip arak dari gelas arak. Dia tidak bisa minum terlalu banyak, jadi dia hanya mengisi gelas arak kecil.

"Pemilik, apakah kamu punya makanan yang dapat dinikmati dengan arak?"

"Tidak, "jawab Bu Fang dengan mudah.

Sedikit kekecewaan muncul di wajahnya, tapi dengan cepat menghilang selagi dia meneruskan minum.

"Mengapa restoranmu masih buka hari ini? Mengapa kamu tidak pergi untuk menonton kepulangan Jenderal Besar Xiao Meng?" tanya pria itu pada Bu Fang. Dia lebih banyak berbicara setelah minum beberapa gelas arak.

"Apa hubungan kepulangannya dengan saya?" tanya Bu Fang tenang.

Pria itu tiba-tiba seperti linglung, lalu mulai tertawa dan sepertinya sangat senang.

"Pemilik restoran ini adalah orang yang lekas naik darah. Mari saya beri sulang." Pria itu tertawa lalu minum satu gelas arak.

Bu Fang tetap tidak berekspresi selagi dia meneruskan perlahan menyisip arak dari gelasnya.

Seseorang pernah berkata bahwa ada dua metode minum arak. Metode pertama adalah hanya minum arak. Minum arak untuk merasakan arak dengan mulut dan menikmati kematangan arak.

Metode lainnya adalah minum dengan emosi daripada arak. Minum arak selagi mempunyai emosi yang berbeda akan menghasilkan rasa arak yang berbeda. Ini adalah cara bagaimana seseorang yang benar-benar tahu minum arak.

Ketika seseorang minum waktu dia sedang jatuh cinta, dia akan merasa senang. Ketika seseorang minum waktu dia marah, dia akan merasa kesusahan walaupun dia tidak marah. Ketika seseorang minum waktu sedang sedih, dia akan menjadi murung. Ketika dia minum waktu senang, dia tidak akan mampu untuk berhenti minum.

"Betul sekali, apa hubungan kepulangannya denganmu? Tidak peduli betapa jayanya dia, dia tetaplah seorang pembunuh dengan tangan berlumur darah. Dia hanyalah pisau di tangan Ji Changfeng." Pria itu tiba-tiba menjadi murung selagi dia minum gelas demi gelas.

"Ini adalah seseorang yang mempunyai cerita, "Bu Fang berkedip dan berpikir ketika dia meneruskan minum dari gelasnya.

Setelah itu, pria itu berbicara sedikit sekali ketika dia terus-menerus mengisi gelasnya dengan arak. Tidak lama kemudian, Arak Kendi Giok Hati Es telah habis dan pria itu terlihat sedikit mabuk karena matanya menjadi berkabut.

Intensitas Arak Kendi Giok Hati Es tidak dapat dibayangkan oleh Bu Fang. Dia mungkin dapat minum setengah kendi arak biasa, tapi mungkin paling banyak dia hanya mampu minum tiga gelas Arak Kendi Giok Hati Es.

Namun, pria ini mampu menghabiskan satu kendi dan hanya sedikit mabuk. Kemampuan minumnya benar-benar mengejutkan.

"Pemilik restoran, araknya sudah habis! Beri saya satu kendi lagi, "kata pria itu sambil berkerut.

"Setiap orang dibatasi hanya boleh minum satu kendi, "jawab Bu Fang dengan mudah. Dia juga telah menghabiskan satu gelas arak di tangannya dan wajahnya sedikit merah.

Pria itu memukul meja dengan tangannya dan sedikit bersendawa ketika selusin kristal muncul di atas meja. "Pemilik restoran, jumlah kristal bukan masalah bagi saya. Beri saya satu kendi lagi."

"Peraturan restoran adalah: setiap orang dibatasi hanya boleh minum satu kendi, "jawab Bu Fang tak bergeming tanpa ekspresi.

Pria itu berkerut, lalu tangannya tiba-tiba memukul meja dan pedang yang tadinya dibungkus kain lap langsung keluar dari sarungnya.

Jeritan pedang tak putus-putusnya bergema laksana raungan naga di dalam restoran.

Pria itu memegang pedang dengan satu tangan ketika dia menunjuk Bu Fang. Ujung pedang hanya tinggal beberapa sentimeter dari hidung Bu Fang dan dia dapat merasakan hawa dingin yang keluar dari pedang itu.

Bulu kuduk di seluruh tubuh Bu Fang berdiri samar-samar, namun wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"Apakah kamu tahu siapa saya? Kamu berani sekali tidak memberi saya arak?" kata pria itu menggoda sambil tersenyum.

"Mengapa saya harus peduli siapa kamu? Apakah kamu mencoba membuat masalah?" jawab Bu Fang dengan mudah. Walaupun ujung pedang hanya beberapa sentimeter, dia tetap tidak bergeming.

Pria itu memandang Bu Fang selama beberapa saat, lalu memasukan pedang dan membungkusnya kembali. Energi pedang yang tadinya marah di dalam restoran beberapa saat yang lalu menghilang.

"Pemilik restoran ini betul-betul orang yang aneh. Ini tiga puluh kristal. Saya menyimpan Arak Kendi Giok Hati Es untuk besok, "kata pria itu dengan tertawa. Lalu dia memakai topi bambunya lagi, membawa pedang di punggungnya dan berjalan menuju pintu masuk.

Ketika dia sampai di pintu masuk, dia bertanya, "Apakah pemilik restoran betul-betul tidak tahu siapa saya?"

"Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu. Siapa pun yang memasuki restoran saya adalah pelanggan. Saya memperbolehkan siapa pun datang selama mereka tidak membuat masalah, " kata Bu Fang serius.

"Hahaha! Bagus! Saya, Xiao Yue dari Paviliun Pedang Hampa, menganggapmu sebagai teman!" Pria itu tertawa ketika dia tiba-tiba melangkah keluar dari pintu masuk dan menghilang ke dalam musim gugur yang berangin.

"Xiao Yue? Nama keluarganya adalah Xiao . . ." Bu Fang bertanya-tanya dalam hati. Namun, dia mengerutkan bibirnya dan berkata pada dirinya sendiri, "Egois sekali. Siapa yang menganggapmu teman?"

Ketika dia selesai berkomat-kamit, suara sistem tiba-tiba terdengar di dalam pikirannya . . .

Next chapter