webnovel

Senandung Cinta Ayu

"Wanita bisa melupakan pria yang pernah dia cintai memang hebat, tapi apakah kamu tahu ada yang lebih hebat dari dia?" tanya Ayu pada Bella, wanita yang sedang menunduk lesu berselimutkan duka. Mendengar pertanyaan Ayu, Bella sontak menggelengkan kepalanya. "Dia adalah wanita yang masih mencintai pria dari masa lalunya tapi tak sedikit pun mempunyai niat merusak hubungan pria itu dengan wanita barunya, sekalipun dia tahu wanita itulah yang sudah merenggut kebahagiaanya," jawaban dari Ayu semakin membuat Bella tenggelam dalam larutan penyesalan.

ALWA1196 · Teen
Not enough ratings
245 Chs

Bukan Aku Saja Yang Dikecewakan

Ponsel yang sedari tadi berada didalam handbag Ayu terus berdering nyaring. Tapi hal itu tidak sedikitpun mengalihkan atensinya.

Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya, warna jingga sudah mewarnai langit pertanda gelap akan segera datang.

Ayu tahu yang sedari tadi menghubunginya adalah orang-orang terdekatnya, mungkin saja Papa Galih, Mama Kinanti ataupun Akbar.

Kepergian Ayu selama berjam-jam tentu saja hal yang menjadi hal yang paling dikhawatirkan, apalagi Ayu meninggalkan rumah dalam kondisi hati yang tak ceria.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ayu tidak langsung keluar. Wanita yang kini berangsur menjadi kuat itu lantas memeriksa ponselnya yang sedari tadi berdering tanpa jeda, membuat kuping si empu memanas saja.

Netra pekat milik Ayu membola takkala melihat nomor yang sedari menelponnya bukanlah Papa Galih, Mama Kinanti, maupun Akbar.

Tanpa dia sadari air matanya menetes tanpa aba-aba sedikitpun. Orang yang menghilang dari hidupnya sejak empat tahun lalu kini telah kembali.

"Apa dia udah tahu soal perceraian gue dan Mas Yudi?" Ayu membatin. Otaknya menciptakan banyak spekulasi tapi tak ada yang dapat dicerna dengan baik oleh akal sehatnya.

Tapi biarlah spekulasi-spekulasi tentang munculnya kembali kepingan puzzle ini Ayu simpan dulu. Ada hal yang penting yang harus dia sampaikan pada papa dan mamanya.

Dengan langkap tegap dia memasuki rumah mewah tempat yang menjadi saksi tumbuh kembangnya dari masa ke masa.

"AYU!" yang diserukan namanya terperanjat karena seruan nyaring sang papa.

"Tinggalkan Yudi, dia telah mengkhianatimu, lagi," tegas dan lugas penuturan Papa Galih.

"Pa, ingat darah tinggimu," tegur Mama Kinanti.

Ada keraguan yang terpatri dalam jiwa Ayu ketika memandangi wajah sang papa, apakah ada yang Ayu lewatkan?

"Papa, Ayu ada salah?" tanya Ayu.

"Satu-satunya kesalahan kamu adalah memaafkan dan membiarkan Yudi masuk ke dalam hidup lagi. Dan Papa, Papa adalah orang bodoh yang dengan mudahnya memberikan harta berharga Papa pada lelaki macam dia," Papa Galih membawa putrinya dalam pelukannya.

Ayu membawa kedua netra pekatnya menatap Mama Kinanti, seolah-olah meminta penjelasan atas kejadian ini.

Tapi Mama Kinanti tak memberi jawaban apapun kecuali senyuman meneduhkan hati.

Ayu membalas pelukan Papa Galih, mengusap-usap punggung lelaki paru baya itu, tak ada lagi ekspresi sedih yang tergambar dalam raut wajah calon janda itu. Rupanya Allah telah menguatkan hati seorang, Suci Indah Ayu.

"Pa," cicit Ayu saat pelukakan antar keduanya terurai.

Papa Galih paham bahwa anak keduanya itu sedang menuntut penjelasan. Papa Galih mengeluarkan amplop coklat yang tadi siang dapatkan dari Bayu Rianto.

"Apa ini, Pa?" tanya Ayu saat menerima amplop tersebut dengan mata memicing dan kening berkerut bagaikan kulit jeruk.

"Bukalah!" titah Papa Galih.

Saat ini hanya ada bapak dan anak itu di ruang tamu, karena Mama Kinanti sudah naik ke lantai dua untuk memeriksa cucu kesayangannya.

"Aku sudah tahu kalau papanya Zaskia telah menikah lagi dan hari ini mereka melaksanakan aqiqah," jelas Ayu.

Papa Galih terkejut mendengar penuturan Ayu, "Kok kamu bisa tahu?" tanya Papa Galih.

Ayu mengeluarkan undangan yang menjadi akar dari perceraiannya bersama Yudi.

Bungkamlah mulut pria paru baya itu. Ayu kembali fokus pada lembaran kedua yang papanya berikan.

Ayu terhenyak, ternyata bukan saja dia saja yang harus dikecewakan dan dipatahkan hatinya akibat pernikahan Yudi dan Bella. Seseorang yang pernah dia kagumi, dan dia cintai dalam hati pun ikut terkecewakan.

"Papa, ini ngak benarkan? Ini bohongkan? Bilang ke aku, kalau ini bohong," pinta Ayu. Air mata kembali tergenang di pelupuk matanya yang hanya dalam satu kedipan saja akan membasahi pipinya.

"Tapi, kenyataannya memang seperti itu," jawab Papa Galih.

Siang tadi, orang nomor satu di Angkasa Group itu mentitah tangan kanannya Bayu Rianto untuk menyelidiki tentang menantunya, tidak boleh ada satu hal kecilpun yang terlupakan.

Galih Surya Atmadja geram saat mengetahui kalau menantunya telah menjalin cinta yang melanggar norma dan adab dengan wanita lain. Bahkan sudah ada dua anak di tengah-tengah mereka.

Yang membuatnya lebih tertohok adalah sosok yang menjadi cinta terlarang sang menantu adalah tunangan dari pria yang pernah dia harapkan menjadi pelabuhan terakhir putri kesayangannya.

"Terus, dia sekarang bagaimana, Pah?" tanya Ayu dengan nada bergetar.

Hanya gelengan yang papanya berikan, dia pun tak tahu harus menjawab apa pertanyaan Ayu.

Ayu meluarkan ponsel dari dalam handbagnya, melakukan panggilan suara tapi sayangnya yang ditelpon tak kunjung memberikan jawaban.

"Kamu nelpon siapa?" tanya Papa Galih seraya menilik wajah masam Ayu.

"Akbar Pa, dia harus bantu aku nyari keberadaan ...."

"Ada Papa sayang, Papa akan menemukan dia dan membawanya kehadapanmu," sela Papa Galih.

Papa Galih dengan jelas melihat guratan kekhawatiran di wajah anaknya.

"Janji?" kata Ayu seraya menggerak-gerakkan jari kelingkinganya di hadapan sang papa.

"Kalau gitu, aku ke kamar dulu, Pa," Ayu hendak beranjak dari duduknya tapi langsung di cekal oleh Papa Galih.

"Urusanmu dan Yudi gimana?" tanya Papa Galih.

"Yang diucapkan Akbar benar Pa, tidak ada pembenaran di atas kesalahan," sahut Ayu tanpa pikulan beban sedikitpun.

"Yudi sudah meninggalkanku tanpa alasan,  maka aku tidak akan membiarkan dia kembali dengan sebuah penjelasan," tambah Ayu.

"Aku siap berhadapan dengan dia di Pengadilan."

"Tapi kamu perlu bantuan hukum, Papa akan mencarikan Pengacara dengan track record terbaik dalam perkara perdata," pinta Papa Galih.

"Papa ngak lupakan anak Papa ini, lulusan Ilmu Hukum dengan predikat kelulusan camlaude?" Tanya Ayu dengan penuh percaya diri.

"Tapi kamu belum mengikuti PKPA apalagi mengikuti UPA?" ledek Papa Galih, Ayu lantas mencebikkan bibirnya. Yang papanya ucapkan memang benar hanya berbekal gelar SH saja tidak lantas menjadikan Ayu sebagai Pengacara. Sekalipun, dia adalah lulusan berpredikat camlaude.

"Papa akan meminta bantuan Om Agasa, dia Pengacara dengan rekam jejak yang sangat bagus, sudah banyak perkara yang dia menangkan," jelas Papa Galih.

"Pakai pengacara? Buat apa sih, Pa?" gerutu Ayu.

Pikirnya perceraiannya akan putus apabila dia tak hadir dalam 3 kali sidang.

"Kamu harus mendapatkan hak asuh atas Zaskia, mendapatkan hakmu sebagai seorang istri, dan Zaskia pun demikian," Ayu masih berpikir keras apa maksud dari titahan sang papa.

"Untuk lebih jelasnya biar Om agasa yang menjelaskannya besok, kamu bisakan nemuin dia besok?"

"Nggak, aku ada rapat dengan investor. Papa aja ketemu ama dia, yang ngebet aku pakai pengacarakan, Papa," Ayu beranjak dari duduknya dan segera menapaki anak tangga menuju kamarnya.

"Kamu ada meeting dengan investor atau mau nyari cinta dalam hatimu itu?"

Suhu Ayu mendadak dingin, kenapa sangat susah untuk mengecoh papanya, pikirnya. 

"Aku ada meeting bareng Akbar, Pa. Ada investor yang mau nanamin modalnya," Ayu masih saja berkilah.

"Darah lebih kental dari air juga tidak ada yang mengenalmu sebaik Papa dan Mama," Ayu memilih menghindar sebelumnya dirinya dipaksa mundur untuk mengakui kebohongannya.

Bersambung...