2 Langit

Aku berusaha menggapai bulan, namun aku sadar, aku hanya makhluk yang kecil, aku ingin diantara bintang bintang, namun, apakah bintang juga ingin bersamaku?, aku ingin menyentuh awan, namun akupun juga sadar, tangan mungilku tak akan sampai menggapai benda menggantung dilangit itu. Dan akhirnya, aku hanya bisa menggantung harapan di tingginya langit,dan diluasnya samudera, kugantungkan satu persatu harapanku pada satu persatu bintang diangkasa itu.

"Alesha bangun !! Udah pagii kamu harus sekolahh !!"

Pagi pagi aku harus mendengarkan suara lantang dari Mama, iya.. Mamaku orang yang tegas kata orang orang, tapi menurutku mamaku galak seperti Hitler.

"Sarapan!! Sakit nanti kalo gak sarapan!! Cepet makan nya!! udah siang, nanti telat!!" Perintah mama sambil menarikku menuju tempat makan, aku pun menurut dan buru buru menghabiskan makanan ku, saat itu aku masih TK tapi Mama sudah setegas dan segalak itu, tidak jarang aku menangis karenanya.

Saat itu keluargaku memang sudah tidak utuh, papa meninggal satu bulan setelah aku dibawa kerumah mereka, saat itupun keluargaku masih berkecukupan, yaa masih bisa dibilang orang punya, tapi berjalannya waktu saat aku masuk sekolah Dasar...

"Alesha, gak usah sekolah lagi kamu, bantuin mama cari uang buat makan kita, mama sudah tidak punya uang sepeserpun, mama sudah jual semua perhiasan mama." Perintah mama kepadaku.

"Tapi ma.. Aku masih ingin sekolah, aku masih punya cita cita ma." Dengan kesal aku berbicara dengan nada tinggi, dan itu membuat mama marah.

"Sudah berani ngelawan orang tua kamu? Ha? Cita cita? Kita ini orang miskin gak pantes punya cita cita!! lagian kamu tu masih kecil!! gak usah ngomongin cita cita!!"Bentak mama, akupun langsung lari keluar rumah untuk menenangkan diri.

"Bagaimana aku tidak bisa sekolah, aku ingin sekolah, kehidupanku ada di sekolah hikss hikssss." Aku menangis dan terisak

"Kenapa kehidupanmu ada disekolah? bukankah rumah juga bagian dari kehidupan?"

"Karna dirumah jiwaku mati, mamaku sudah seperti singa jika aku tetap dirumah, rumahku bukan seperti rumah orang lain, bahkan aku enggan menyebutnya rumah, tidak ada ketentraman dirumah." Jawabku

Sebentar, suara siapa itu tadi? Tanyaku dalam hati, kutengokkan kepalaku, aku tidak mengenali siapa bocah laki laki ini, sepertinya kita seumuran.

Tanpa basa basi akupun bertanya, "kamu siapa?" Sambil terisak

Anak laki laki itu menjawab, "hai namaku langit, aku tadi lihat kamu menangis, emang ada apa? apa mama mu memarahimu?"

"gak papa kok, mamaku hanya ingin aku membantunya bekerja, dan aku harus berhenti sekolah." jawabku dengan kepala menunduk.

"kata mamaku, belajar itu tidak hanya dari sekolah kok, aku aja sekolah dari rumah, namanya apa yaaa... aku lupa..." Kata Langit sambil mengingat ingat.

"Emmm... kamu ngapain malam malam kesini?." Tanyaku penasaran.

"cari angin sama cari teman, dirumah bosan, aku baru saja pindah rumah kesini, trus aku keliling ada danau disini, oiya namamu siapa? kamu mau nggak jadi temanku?." Jawab Langit.

"namaku Alesha, apa kamu mau jadi temanku? kata mama aku miskin, lihat baju aku aja lusuh, baju kamu bagus." kata ku sambil menunduk lagi

"kata mamaku juga kalo berteman itu tidak memandang apapun, termasuk uang, jadi kita sekarang teman kan?" jawab langit meyakinkan, dan aku menjawab dengan mengangguk.

Semesta, sekarang aku punya teman :)

Setiap malam hari dipinggir sebuah danau itu, aku selalu menceritakan apapun kepada bulan, karna hanya bulan satu satunya temanku, tapi kali ini, aku mempunyai teman lagi selain bulan.

kuangkat kepalaku keatas sambil melihat bulan.

"Bulan, sekarang aku punya teman, namanya Langit, dia baik, sama seperti kamu bulan." Curhatku kepada bulan yang jauh disana.

Dari kecil aku Memang sangat senang berbicara dengan bulan, walaupun aku tau bulan tidak akan menjawabku, tapi setidaknya bulan selalu setia mendengarkan ceritaku, ya memang seperti orang gila berbicara sendiri sambil menghadap ke langit, tapi bagiku bulan adalah teman sejatiku, selalu mendengarkan semua cerita dan harapanku.

tok tokk braakkk

"Alesha bangun!!! Cari sampah sekarang!!"  Pukul 04.00 Suara ibuku sudah bergemintang sepagi ini, dengan malas aku bangun dan langsung menuju kamarmandi untuk mandi, walaupun aku tahu akan sangat dingin jika mandi sepagi ini, tapi aku harus memaksakan tubuhku memeluk dingin ini.

Setelah aku siap, tidak ada sarapan pagi atau secuil roti, aku harus segera bergegas mencari rezeki agar aku bisa makan hari ini, kutelusuri jalanan, selokan, dan tempat sampah, ku korek korek semak belukar berharap kutemukan botol yang banyak agar aku tak perlu berjalan berkilo kilo meter hanya untuk mencari sampah.

Saat aku melewati sekolah ku dulu, selalu ada harapan dihatiku untuk bisa sekolah, tapi.. Ah rasanya tidak mungkin, makan saja susah. aku jadi teringat ucapan Langit, belajar tidak harus dari sekolah.

"Wah alesha kamu sudah jadi pemulung ya? Iyuuh lihat baju mu yang kotor itu, sangat menjijikkan hahahahha." Aku selalu diejek ketika teman teman sekolahku dulu melihatku, aku tau aku lusuh, tapi apa harus aku mendapat ejekan itu? Saat semua teman temanku menertawakanku aku lari tunggang langgang untuk menghindar, karna sebenarnya aku malu bertemu mereka.

saat aku menyusuri jalanan, aku melihat Langit duduk termenung di depan toko buku.

"Eh itu langit.. LANGIT !!" teriakku memanggil langit

"Eh ada Alesha, kamu ngapain?" Tanya langit

"Aku lagi cari sampah, kamu dari mana?"

"Aku habis beli buku tadi,, ini lagi nunggu supir jemput aku, emm kamu pasti belum makan, gimana kalo ikut aku? aku lapar." Ajak Langit, aku memang belum makan, tapi aku tidak punya uang.

"Gimana? Aku yang bayarin!!" Tanya Langit lagi meyakinkan. Dengan perasaan yang gembira akupun langsung mengiyakan.

"tapi gimana nanti kalo sopir kamu nyariin?" tanyaku

"kan bisa aku telfon, hehe udah tenang aja yuk."

Kita makan disebuah warung kecil, ya karna yang dekat hanya warung kecil itu, setelah makan siang bersama Langit aku banyak sekali cerita, dan langit juga begitu antusias mendengar ceritaku.

"oooh jadi gitu.. tapi kemarin kamu ingin sekolahkan?" Tanya langit

"iya, tapi kata kamu belajar tidak hanya dari sekolah kan?" kataku.

"iya, aku punya buku yang bisa kamu pinjam buat belajar loh," Langit dengan sangat antusias menawariku buku.

"emang gak papa? nanti kalo mama kamu marah gimana?"

"gak papa kok, tenang aja, nanti malam aku akan bawa buku buku nya."

Tilulit tilulit suara handphone langit berbunyi

"Halo pak? Aku di warung depan toko buku."

"oh iya den baik."

"oke pak."

di depan warung..

"aku pulang dulu Alesha, sampai bertemu nanti malam." pamit Langit

"iya, hati hati."

Langit harus pulang, dan aku harus lanjut mencari uang, ibu selalu berkata kalo karungku belum penuh aku tidak boleh pulang, sangat menyedihkan... Tapi tak apa, harapanku besar tekadku juga harus besar, aku akan menggapai semua harapanku semesta !!

avataravatar
Next chapter