51 Sampai Bertemu di Ruang Belajarmu

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Rong Jia Luo tertegun. Dia segera mengambil bangau kertas itu. Bangau kertas itu dilipat secara khusus sehingga akan meninggalkan bekas setelah dibuka. Ini dilakukan untuk menghindari surat itu diintip oleh pengirimnya.

Rong Jia Luo segera membuka lipatan bangau kertas dan ketika membaca isinya, tiba-tiba dia mengepalkan tangannya.

Hanya ada dua kalimat di atas kertas itu, tetapi rasanya seperti petir telah menyambar jantung Rong Jia Luo, "Yang Mulia, penyakit misterius Anda disebabkan oleh racun khusus. Silakan perintahkan seseorang untuk menawar gelang itu atas nama saya dan saya akan membantu menyembuhkan racun dalam tubuh Anda."

Beberapa tahun lalu, Rong Jia Luo didiagnosis mengidap semacam penyakit yang misterius. Setiap kali dia berlatih bela diri, seluruh tubuhnya akan kesakitan, seolah-olah ginjalnya akan meledak, tetapi dia baik-baik saja begitu dia berhenti latihan.

Dia sedang meningkatkan kemampuan bela dirinya dan perlu lebih sering berlatih, atau jika tidak, keterampilan itu akan berkurang dan memudar.

Alasan mengapa dia memegang pangkat Pangeran Pertama, adalah karena dia adalah bakat peringkat pertama di Kerajaan Fei Xing.

Jika orang-orang tahu bahwa tingkat keahliannya menurun, posisinya akan segera diganti dan kemungkinan besar, dia bahkan juga akan kehilangan nyawanya.

Selama dua tahun terakhir, diam-diam dia mencari perawatan medis, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa menyembuhkannya.

Mereka bahkan tidak bisa mendiagnosis penyakit apa yang telah menjangkit sang Pangeran.

Dia tidak pernah menyangka Gu Xi Jiu benar-benar bisa mendeteksi penyakit misterius dalam dirinya, bahkan dari kejauhan.

Jari-jarinya sedikit gemetar, tetapi Rong Jia Luo masih bisa tetap tenang. Dengan pelan dia membalik kertas itu dan segera membakarnya menjadi abu. Kemudian, dia memerintahkan pengawal di sampingnya, "Tawarlah gelang itu untukku, berapa pun harganya, kemudian antarkan padaku segera."

Sebelum berjalan keluar dari ruang makan, pengawal mengucapkan, "Baik, Yang Mulia."

Rong Jia Luo menimbang-nimbang keputusannya sebentar lalu berbicara dengan pelayan yang masih menunggu, "Tolong undang pemuda itu agar datang ke sini."

Pelayan itu sangat efisien. Dia kembali hanya sesaat dan berlutut di depan Rong Jia Luo, "Yang Mulia, pria muda itu telah pergi tetapi dia meninggalkan bangau kertas lainnya di atas meja untuk Anda." Kemudian pelayan itu menyerahkan bangau kertas di telapak tangannya pada Rong Jia Luo.

Wajah Rong Jia Luo muram. Dia mengambil bangau kertas itu dan membuka lipatannya. Hanya ada beberapa kata, "Saya akan bertemu di ruang belajar Anda besok malam." Setiap hurufnya ditulis dengan tekanan kuat dan tulisan tangan itu sama dengan tulisan sebelumnya.

Raut wajah Rong Jia Luo sedikit berubah. Dia segera berdiri dan menyuruh para pengawal lainnya untuk langsung mencari Gu Xi Jiu dan melindunginya secara sembunyi-sembunyi serta menyelidiki latar belakangnya.

Dia sangat paham watak saudara keempatnya. Dia takut kalau Rong Chu sudah berencana membunuh Gu Xi Jiu dan begitu pemuda itu meninggalkan rumah lelang, dia mungkin sudah dibunuh oleh kaki tangan Rong Chu.

Orang ini adalah satu-satunya harapan untuk menyembuhkan penyakit misteriusnya, jadi tidak ada ruang untuk kesalahan sedikit pun.

Ini juga alasan mengapa Rong Jia Luo memerintahkan pelayan itu untuk mengundang Gu Xi Jiu ke ruang makannya. Rong Jia Luo ingin pemuda itu tetap di sampingnya sehingga dia bisa melindunginya, tetapi dia tidak pernah menyangka kalau pemuda itu akan pergi ....

Waktu berlalu begitu lambat. Gelang itu juga telah berhasil ditawar dan dikirim padanya. Dia memegang gelang itu di telapak tangannya tetapi dalam benaknya, tapi sepertinya gelang ini sama sekali tidak istimewa.

Setelah beberapa saat, pengawal yang dia perintahkan untuk mencari Gu Xi Jiu pun kembali. Dia melaporkan dengan rasa malu, "Yang Mulia, mohon maaf, tapi saya tidak dapat menemukan pemuda itu."

Raut wajah Rong Jia Luo berubah dan tiba-tiba dia berdiri, "Bagaimana mungkin?"

avataravatar
Next chapter