38 Akhirnya Kamu Ada di Sini

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Sudah jelas bahwa Rong Jia Luo sangat menghormati Rong Che saat dia segera keluar untuk menyambut Rong Che dan bahkan membantunya bangkit dari posisi berlutut. Rong Jia Luo bicara, "Adik Kedelapan, akhirnya kamu di sini."

Rong Jia Luo telah tiba di tempat ini terlebih dahulu dari Rong Che. Dia tahu kalau Rong Che sedang bersama dengan Gu Xi Jiu, jadi dia tidak ingin mengganggu mereka berdua.

Rupanya hubungan antara Rong Jia Luo dan Rong Che jauh lebih dekat dari yang diketahui orang lain, dan karenanya mereka pun mulai mengobrol dengan santai, mengabaikan Rong Yan dan kedua Gu bersaudari.

Gu Tian Yi dan kakaknya masih berlutut dengan kepala tertunduk. Sebagai anggota masyarakat yang berperingkat lebih rendah, seperti perwira berpangkat rendah dan rakyat jelata, mereka tidak bisa mengangkat kepala untuk menatap putra mahkota tanpa izin darinya.

Namun, lututnya mulai terasa sakit karena berada dalam posisi itu dan dia merasa kesal pada Rong Jia Luo. Karena Gu Tian Yi masih muda dan berpikiran sederhana, dia tidak bisa menahan batuk sekali untuk mengingatkan Rong Jia Luo akan kehadiran mereka.

Rong Jia Luo sepertinya baru ingat kalau mereka ada di sana dan dia segera mengalihkan perhatiannya pada kedua saudari itu sambil menyeringai, "Oh, jadi kalian berdua adalah saudara perempuan dari putri keenam keluarga Gu." Dia lalu mengarahkan pandangannya kepada Rong Yan dan bertanya, "Dan, kamu ingin berbohong padaku?!"

Rong Yan merasa marah sekaligus cemas. Dia terus menyangkal kalau dia telah bohong pada Rong Jia Luo. Karena dia tidak pintar bersilat lidah Rong Che, pikirannya menjadi kosong dan tidak bisa memberikan penjelasan yang sesuai.

Namun Gu Tian Qing lebih pintar, dan karena itu ia secepatnya menjawab dengan suara lembut, "Yang Mulia, aku mohon, maafkan kami. Saya dan saudari saya sedang berjalan-jalan ketika bertemu dengan Yang Mulia Pangeran Kedua Belas secara kebetulan. Sang Pangeran pun takut kalau mungkin akan berbahaya bagi kami apabila kami tidak didampingi seorang pria, sehingga dia memutuskan untuk menemani kami. Setelah berkeliling beberapa waktu, kami menemukan rumah lelang ini. Adik saya ingin menengok ke dalam meskipun kami pada awalnya menolak. Akhirnya, kami memutuskan untuk menurutinya karena kami tidak dapat meyakinkannya untuk tidak masuk …."

Rong Yan tampaknya baru menyadari apa yang terjadi dan dia dengan cepat mengangguk lalu berkata, "Ya, itulah yang terjadi …."

Penjelasan yang diberikan oleh Gu Tian Qing secara mengejutkan memang masuk akal. Kalau saja Rong Yan menjelaskan itu sebelumnya, mereka mungkin bisa meyakinkan orang untuk memercayai cerita mereka. Namun, ….

Rong Che dengan ringan memukul kipasnya pada telapak tangannya dan tersenyum ketika ia mengatakan, "Oh, jadi ini yang terjadi. Menurutku sepertinya ini bukan suatu masalah besar, tetapi mengapa kamu terlihat begitu cemas barusan ini? Apakah kamu telah berbuat sesuatu yang salah, Adik?"

"…." Rong Yan seketia terbungkam. Rasanya dia ingin menempeleng wajah Pangeran Kedelapan.

Rong Yan lalu berusaha menjelaskan bahwa dia terlalu gugup dan bersemangat ketika bertemu dengan Yang Mulia sehingga Pangeran Ketiga. Itu kenapa dia hanya menjawab pertanyaan tanpa benar-benar memahami artinya.

Meskipun demikian, alasan Rong Yan tidak meyakinkan mereka.

Rong Jia Luo tidak percaya pada penjelasan yang telah diberikan Rong Yan, meskipun dia tidak menunjukkan kalau dia tidak percaya. Ketika hendak kembali ke ruangannya, Rong Jia Luo menatap Rong Yan acuh tak acuh dan berkata, "Baiklah, kalau kamu berkata begitu ... Saudara Kedelapan, kemarilah."

Meskipun Rong Yan merasa dipermalukan, dia merasa lega karena dia tidak dihukum gara-gara berbohong pada Putra Mahkota. Ketika dia bersiap-siap hendak pergi dengan dua Gu bersaudari, lantai pertama yang tadinya berisik, tiba-tiba menjadi sangat senyap!

Gu Xi Jiu mengintip ke bawah dengan berpegangan pada pagar pembatas dan dia melihat sekelompok anak laki-laki mengenakan kemeja biru berjalan masuk.

Sekelompok anak laki-laki itu berusia sekitar sebelas hingga dua belas tahun. Mereka semua memiliki rambut hitam yang diikat dengan jepit rambut bambu. Yang luar biasa, tinggi badan mereka semua hampir sama, wajah mereka pun sangat tampan, dan gerakan mereka lumayan serempak. Saat sedang bergerak, kemeja biru mereka sedikit berkibar, seolah-olah mereka sedang berjalan di atas ombak. Pemandangan itu cukup menakjubkan dan menyenangkan untuk ditonton. Sementara itu, udara sepertinya telah dipenuhi aroma obat yang menyegarkan.

"Saint [1]1 Tian Wen ... Orang sakti dari klan Tian Wen ada di sini!" Seseorang berbisik dengan gembira di bawah.

Gu Xi Jiu mengerutkan keningnya ketika dia mengingat tentang orang sakti Tian Wen berdasarkan ingatan pemilik asli tubuhnya.

avataravatar
Next chapter