48 Andalusia–Cordova (extra part)

Kedua pasangan tersebut tiba dibandaran Jose Maria Cordova saat hari sudah mulai gelap dan sesampainya mereka di hotel yang sudah dipersiapkan, mereka memutuskan untuk langsung beristirahat agar besok mereka memiliki banyak tenaga untuk menjelajah dikota pertama mereka.

Kota Cordova terletak di sungai Al-Wadi Al-Kabir di bagian Selatan Spanyol. Kota ini didirikan oleh bangsa Cordova yang tunduk kepada pemerintahan Romawi dan Visigoth (Bangsa Goth) (Maus'ah al-Maurid Al-Hadits). Kota ini ditaklukkan oleh panglima Islam yang terkenal, yaitu Thariq bin Ziyad, pada tahun 93 H / 711 M. Sejak saat itu kota Cordova memulai tatanan hidup baru dan mengukir sejarah yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia.

Kecemerlangan Cordova sebagai kota peradaban mencapai puncaknya pada tahun 138 H / 759 M, ketika Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan Daulah Umayyah II di Andalusia setelah sebelumnya runtuh di Damaskus oleh orang-orang Abbasiyah.

Pada masa ini, Cordova juga dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia sehingga menyaingi Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium di benua Eropa, Kota Baghdad ibu kota Daulah Abbasiyah di Timur, Kota Khairawan dan Kairo di Afrika, sehingga orang-orang Eropa menyebut Cordova dengan "Mutiara Dunia".

Perhatian Dinasti Umayyah terhadap Kota Cordova mencakup beberapa sisi kehidupan, seperti: pertanian, perindustrian, pembangunan benteng-benteng, pembuatan senjata, dan lain sebagainya. Mereka juga membuat aliran-aliran air dan mengimpor berbagai macam pohon dan tanaman buah untuk di tanam di kota ini.

Keesokan harinya, Selin dan Dion telah siap untuk menjelajah kota peradaban tersebut dengan outfit yang kasual.

Selin hanya mengenakan kemeja putih berbahan tipis dan dipadukan dengan celana jeans yang sedikit over size serta sepatu kets putih yang membungkus kakinya dan jangan lupakan ransel travel sedang yang berisi beberapa buku tentang Andalusia serta dompet dan keperluan lainnya. Sedangkan Dion juga mengenakan kemeja putih lengan panjang yang ia gulung hingga perbatasan siku dan dipadukan dengan celana chinos pendek selutut serta sepatu kets putih yang kembar dengan sang istri.

Jika dilihat dari penampilan, orang-orang akan langsung menebak jika kedua orang berbeda jenis kelamin itu adalah pasangan yang sedang berlibur.

"Tempat pertama yang akan kita datangi dimana?" tanya Dion yang sedang duduk di sofa yang disediakan dikamar mereka sembari menunggu sang istri bersiap-siap.

"Kita akan berkunjung ke Mezquita, salah satu bangunan paling bersejarah di kota ini." Jawab Selin.

"Baiklah kita akan memulai penjelajahan kita hari ini" ucap Dion sambil beranjak dari duduknya dan mengikuti sang istri yang sudah lebih dulu berjalan keluar meninggalkan kamar hotel mereka.

*****

Mereka telah berdiri didepan bangunan megah sebuah masjid-katedral peninggalan bangsa Moor. Bangunan yang bernama Mezquita atau masjid kordoba adalah sebuah katedral yang dulunya merupakan sebuah masjid pada masa kejayaan Islam dibawa pemerintahan dinasti Umayyah.

Namun sebelum bangunan tersebut menjadi Masjid, bangunan tersebut sudah lebih dulu difungsikan sebagai Gereja Katolik yang dibangun oleh bangsa Visigoth, dan Setelah Andalusia dikuasai oleh bangsa Moor, bangunan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dijadikan sebagai masjid, tempat ibadah bagi kaum Muslim dan bagian yang lainnya untuk tempat beribadah kaum Kristen. Namun seiring waktu berjalan pada masa kepemimpinan Abdurrahman I dari dinasti Umayyah akhirnya membeli seluruh bangunan dan menjadikan seluruh bangunan tersebut sebagai Masjid dan menjadi Masjid terbesar di tanah Spanyol.

Setelah Reconquista atau penaklukan kembali Spanyol dari bangsa Moor (sebutan umat muslim pada masa tersebut) oleh kaum Kristen, bangunan tersebut kembali dialih fungsikan sebagai Katedral Gotik. Namun demikian arsitektur bangsa Moor masih di pertahankan dengan tujuan sebagai bukti sejarah bahwa Islam juga pernah berkuasa di tanah Spanyol.

"Aku tidak pernah menyangka jika suatu hari nanti aku akan menginjakkan kakiku di bangunan bersejarah ini" ucap Selin penuh rasa haru. Mereka telah memasuki bangunan tersebut dan menyaksikan betapa megahnya bangunan itu.

Selin berkeliling menjelajahi setiap inci dari bangunan tersebut, dapat mereka saksikan berbagai sudut yang menggambarkan ciri khas bangsa Moor dengan ukiran-ukiran kaligrafi yang indah yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Tidak ada masjid kaum muslimin yang menyerupai masjid ini dari segi keindahan, luas, dan besarnya. Separuh masjid dibuat beratap dan separuhnya lagi tidak. Jumlah lengkungan bangunan yang beratap ada empat belas. Ada 1000 tiang, baik tiang yang besar ataupun kecil. Ada 113 sumber penerangan, penerangan yang terbesar terdapat 1000 lampu dan yang paling kecil memuat 12 lampu.

Tiang-tiang dan lengku-lengkung di dalam Masjid Cordova Seluruh kayunya berasal dari pohon cemara Thurthusy. Besar pasaknya satu jengkal dan panjangnya 30 jengkal, antara satu pasak dengan pasak yang lain dipasang pasak yang besar. Di atapnya terdapat bermacam-macam seni ukir yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Susunannya dibuat sebaik mungkin dan warna-warnanya terdiri dari warna merah, putih, biru, hijau, dan hitam celak.

Arsitektur dan warna-warni itu menyenangkan mata dan menarik hati. Luas tiap-tiap penyusun atap adalah tiga puluh tiga jengkal. Jarak antara satu tiang dengan tiang yang lain lima belas hasta, dan masing-masing tiang bagian atas dan bawahnya dibuat dari batu marmer pualam.

Masjid ini mempunyai mihrab yang sangat indah, dihiasi ukiran-ukiran dengan teknik yang sempurna, dan terdapat mozaik yang dilapisi emas. Hal ini sampai membuat pemimpin Konstantinopel mengirim utusan kepada Abdurrahman An-nashir Lidinillah. Di dua arah mihrab ada empat tiang, dua tiang berwarna hijau dan dua lagi berwarna violet kehijau-hijauan.

Dibagian ujung di hiasi lapisan marmer yang dihias dengan emas, lazuardi, dan warna-warna lainnya. Di sebelah mihrab terdapat mimbar yang keindahannya tidak ada yang menandinginya; kayunya adalah kayu eboni, Box, dan kayu untuk wewangian. Konon, mihrab tersebut dibuat selama tujuh tahun dan dikerjakan oleh tujuh orang ahli, selain tukang pembantu.

Di sebelah Utara mihrab terdapat gudang yang di dalamnya terdapat beberapa wadah yang terbuat dari emas, perak, dan besi. Semuanya untuk tempat nyala lampu pada setiap malam ke-27 bulan Ramadhan. Di gudang ini juga terdapat mushaf besar yang hanya dapat diangkat oleh dua orang, dan juga terdapat mushaf Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu yang beliau tulis dengan tangannya sendiri. Mushaf ini dikeluarkan setiap pagi oleh para penjaga masjid. Mushaf ditempatkan di atas kursi dan imam membaca separuh hizb darinya, kemudian dikembalikan ke tempatnya semula.

Di sebelah kanan mihrab dan mimbar adalah pintu yang menuju ke istana, terletak di antara dua dinding masjid yang berupa lorong yang beratap. Di lorong ini ada delapan pintu; empat pintu dari arah istana tertutup dan empat pintu dari arah masjid juga tertutup. Sedangkan masjid ini memiliki 20 pintu yang dilapisi dengan tembaga. Setiap pintu memiliki dua gagang pintu yang indah. Daun pintu dihiasi dengan beberapa butiran yang terbuat dari bata merah yang ditumbuk dengan berbagai macam hiasan yang lain.

Dalam setiap bagian dari empat arah lingkaran menara terdapat dua buah lengkungan yang dibuat batu marmer. Di samping menara juga ada ruang yang memiliki empat pintu tertutup. Ruang ini digunakan tempat tidur oleh dua Muadzin setiap malam. Di atas ruang terdapat tiga wadah minyak yang terbuat dari emas dan dua wadah lainnya terbuat dari perak dan daun tumbuhan lili.

Mereka selesai menjelajah bangunan bersejarah tersebut saat waktu telah memasuki jam makan siang, dan setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka, mereka kemudian melanjutkan penjelajahannya menuju tempat selanjutnya, yaitu istana Alcazar, jembatan Al-jisr serta universitas Cordova yang melahirkan banyak pakar dari berbagai ilmu pengetahuan.

"tidak terasa yah, kita telah menjelajar kota ini selama tiga hari dan besok kita akan ke kota selanjutnya" ucap Selin setelah kembali ke kamar hotel mereka, hari ini mereka hanya mengunjungi beberapa tempat wisata dan pasar tradisional yang menjual berbagai pernak-pernik khas kota tersebut dan mereka memilih beberapa untuk dijadikan sebagai ole-ole untuk keluarga mereka diindonesia, mereka juga akan mengumpulkan berbagai pernak-pernik lainnya dari ketiga kota yang akan mereka kunjungi selanjutnya.

"aku ngga pernah menyangka akan sangat menikmati liburan kali ini, dan sangat banyak pengetahuan baru yang aku dapatkan selama berada di kota ini" ucap Dion sambil merebahkan badannya diatas Kasur empuk yang menjadi tempat tidurnya selama 3 hari ini. "terima kasih telah membawaku ke tempat ini" lanjutnya sambil menarik Selin untuk ikut berbaring disebelahnya.

"Aku yang harusnya berterima kasih padamu karna sudah bersedia menemaniku untum memenuhi obsesiku pada tempat ini." jawab Selin sambil mengelus wajah sang suami. Selin sangat bersyukur bisa mendapatka suami sesempurna Dion dalam hidupnya, selama mereka berada di Cordova, tidak sekalipun Diin mengeluh padanya walaupun waktu mereka akan habis digunakan untuk menjelajah.

"Sebaiknya kita segera beristirahat, besok kita akan berangkat pagi menuju Sevilla dan melanjutkan penjelajayan kita" ucap Dion sambil membenamkan wajahnya di ceruk Leher Selin dan tidak lama kemudian telah terlelap dengan damainya, Selin mengikuti Sang Suami dan mengeratkan pelukannya sebelum ikut terlelap ke alam Mimpi dengan Senyum kepuasan yang terbit di bibir tipisnya.

Mereka menghabiskan waktu selama tiga hari untuk menjelajahi Cordova dan selanjutnya mereka akan melanjutkan penjelajahan mereka ke kota Sevilla, ibu kota dari Andalusia.

avataravatar