12 11. GARA-GARA TELPON

Seperti yang direncanakan sebelumnya, Selin dan Dion akan menyiapkan rencana pernikahan mereka setelah Dion selesai mengurus segala keperluan pengunduran dirinya sebagai seorang pilot dan mengambil alih urusan perusahaan ayahnya.

Dan tak terasa pernikahan mereka akan dilangsungkan kurang lebih tiga minggu lagi dari sekarang, segala keperluannya sedang mereka persiapkan. Mulai dari tamu undangan yang hanya akan mengundang keluarga dan beberapa teman dekat dari kedua belah pihak, makanan, serta konsep yang mengusung tema outdoor seperti keinginan Selin.

Selin memiliki impian pernikahan yang bernuansa Modern klasik seperti pernikahan-pernikahan dari negara barat. Garden Party.

Sudah semingguan ini baik Selin maupun Dion disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Selin yang ingin menuntaskan seluruh pekerjaannya sebelum ia menikah dan mengundurkan diri dari tempat kerjanya saat ini dan memutuskan untuk bergabung di perusahaan ayahnya seperti keinginan kedua orang tuanya dan calon suaminya.

Sedangkan Dion tengah disibukkan dengan berbagai pekerjaannya yang masih berusaha ia pelajari tentang urusan perusahaan, karna memang ia tidak memiliki basic dalam dunia bisnis walaupun kedua orang tuanya adalah pasangan pengusaha handal, yang Dion ketahui selama ini hanya seputar urusan pesawat dan teman-temannya.

[makan siang bareng?] pesan Dion masuk beberapa menit sebelum jam istirahat Selin tiba

[boleh, kamu mau jemput aku atau kita ketemu di tempat makan saja?] balas Selin

[aku jemput kamu di kantor]

[kalau gitu aku tunggu].

Setelah membalas pesan terakhir Dion, Selin kemudian merapikan meja kerjanya yang sedikit berantakan dan menatanya dengan rapi, setelah urusan mejanya telah selesai ia kemudian beranjak dari tempat duduknya sambil menenteng tas tangannya.

"Sel, mau kemana?" seru Cerry dari meja kerjanya saat melihat sang sahabat hendak melewatinya.

"Mau makan siang bareng Dion" jawab Selin sambil berhenti tepat di hadapan meja kerja Cerry, "kamu ngga istirahat?" tanyanya kemudian saat melihat sang sahabat masih betah berkutat dengan layar monitor di depannya.

sambil menghembuskan napas pelan, Cerry mengangkat pandangannya ke arah sang sahabat "aku pesan online aja, kerjaan ku masih numpuk dan deadline nya hari ini" jawab Cerry dengan tampang yang sudah pasrah.

"makanya, kalo ada kerjaan jangan ditingggal nge-drakor mulu, numpuk kan jadinya" Ledek Selin pada sang sahabat yang sudah hafal kebiasaan sahabatnya yang satu itu.

"aku juga nge-drakor buat ngilangin stres dari kerjaan, sekalian memanjakan mata liatin oppa-oppa ganteng" jawab Cerry sambil tertawa pelan.

Drrttt

Selin merogoh tas tangannya setelah merasakan ponselnya bergetar yang menandakan ada pesan masuk.

Dion: [aku udah di bawah]

Setelah melihat pesan masuk yang ternyata berasal dari sang salon suami Selin kembali menyimpan ponselnya kedalam tas tangannya,

"Aku duluan yah, Dion udah di bawah" pamit Selin pada sang sahabat

"Iya, hati-hati yahh. Aku nitip kopi di kafe depan kalo udah balik" jawab Cerry sambil memesan minuman pada sang sahabat yang sudah beranjak dari hadapannya. Selin hanya menjawab ucapan Cerry dengan mengacungkan jempol ke atas sebagai tanda meng-iyakan.

Kurang dari lima menit, Selin sudah sampai di Lobi kantornya dan melihat ke arah depan dan menemukan mobil Dion terparkir di depan kantornya. Selin melangkahkan kakinya hingga mencapai mobil tersebut dan berdiri disebelahnya dan sepertinya Dion belum menyadari keberadaan Selin dan masih sibuk dengan ponsel yang berada ditelinganya. Merasa keberadaannya belum diketahui oleh Dion, Selin mengetuk kaca mobil yang langsung mengagetkan orang yang berada di dalamnya, Dion yang telah menyadari keberadaan Selin di samping mobilnya segera memutuskan panggilannya dan buru-buru memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Selin yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dion yang sedikit mencurigakan hanya diam ditempatnya.

'kenapa responnya harus seperti itu, siapa sebenarnya yang barusan teleponkan sama dia?' tanya Selin dalam hati

Setelah menormalkan kembali ekspresinya, Dion segera membuka pintu mobil sebelahnya dengan tombol kunci, dan setelah mendengar bunyi 'klik' Selin segera masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Dion.

Setelah memastikan Selin selesai menggunakan seatbelt-nya Dion segera melajukan mobilnya menuju tempat makan langganan mereka, keheningan melingkupi dua orang yang berada di mobil tersebut, yang semakin membuat debaran jantung Dion seolah semakin menggila, dia seperti suami yang sedang kepergok istrinya sedang selingkuh dan itu membuatnya sangat gugup. Sedangkan Selin hanya terdiam memandang lurus ke depan tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun, ia masih memikirkan tentang kejadian yang terjadi baru saja serta respon yang diberikan oleh laki-laki yang sedang mengemudi disebelahnya ini.

"Siapa?" tanya Selin dengan suara datarnya tanpa menoleh kearah orang yang ia tanyai.

Dion yang mendengar pertanyaan Selin serta nada bicaranya yang terkesan datar semakin membuatnya tambah gugup.

"i...itu, tadi klien. iya klien" jawab Dion gugup yang menambah rasa curiga dihati Selin.

"Kamu tahu betul kalo aku ngga suka pembohong, lebih baik kamu jujur sekarang dari pada aku yang tau dari orang lain" ucap Selin masih terdengar datar dan seolah tidak menerima alasan yang diucapkan Dion barusan.

Dion semakin gugup hingga tidak menyadari keringat yang telah memenuhi dahi dan telapak tangannya. Sungguh iya benar-benar gugup sekarang, baru kali ini Selin menampakkan wajah datarnya setelah hubungan mereka mulai terjalin.

Berbagai kutukan ia lontarkan pada sang penelepon yang meneleponnya barusan karna telah menciptakan suasana tegang seperti ini antara dirinya dan Sang calon istri tercintanya.

"Masih tidak mau jujur?" tanya Selin setelah tidak mendapatkan jawaban yang ia lontarkan dan hanya melihat respon gugup dari Dion, "baiklah, lupakan saja. Tapi ingat, ini adalah kesempatan terakhir buat kamu" sambung Selin datar yang semakin membuat jantung Dion semakin menggila setelah melihat dan mendengar perkataan Selin.

Setelah beberapa saat, mereka telah sampai ditempat makan tujuan mereka dan segera menuju private room yang telah dipesan oleh Dion sebelum menuju kemari.

Ketegangan didalam mobil berlanjut pada sesi makan mereka, Selin yang rasakan mood yang sudah hancur sedari tadi memutuskan untuk tidak mengeluarkan suara hingga makanan dipiringnya habis. Sedangkan Dion sedang berperang dengan pikirannya sendiri antara jujur dengan resiko Selin yang akan marah atau tetap berbohong dengan resiko yang belum ia tau akan seperti apa. dan akhirnya Dion memilih tetap diam demi menjaga perasaan sang calon istri tercintanya.

"Aku sudah selesai" ucap Selin masih dengan nada datarnya sambil meletakan alat makannya dan meraih minumannya untuk membersihkan tenggorokannya.

"mau balik sekarang?" tanya Dion yang ikut menghentikan acara makannya dan meletakkan alat makannya di atas piring.

"Selesaikan saja makan mu lebih dulu" perintah Selin setelah melihat makanan dipiring Dion yang bahkan belum habis setengahnya.

"Aku udah kenyang" ucap Dion "Aku ngga bisa makan dengan situasi kita yang seperti ini" akunya, dengan tampang memelas

"Kamu sendiri yang menciptakan situasi seperti ini" jawab Selin sedikit meninggikan suaranya. Untung saja mereka berada di private room hingga tidak akan yang melihat ketegangan mereka saat ini. Setelah mengatakan itu Selin meraih tas tangannya dan beranjak dari tempat duduknya "aku balik sendiri saja, kamu selesaikan saja makan mu dulu, tidak baik membuang makanan seperti itu" ucap Selin dan langsung melangkah keluar dari ruangan tersebut tanpa menoleh lagi ke belakang.

avataravatar
Next chapter