1 1

Menjelang akhir tahun, semakin sering hujan. Udara terasa sangat dingin dan siap membuat semua orang tertusuk suhu rendah.

Untungnya itu tidak berlaku di kawasan Kemang. Orang-orang asik berkumpul dan berbincang bersama teman mereka masing-masing.

Termasuk Kinara Ekaputri sendiri.

Dia sibuk menyeruput kopinya yang masih panas dengan hati-hati agar tidak tumpah.

"Gini dong ngumpul semua... Dari kemaren mah lo pada sibuk kuliah" Sahut salah satu temannya—nana—dengan entengnya dan tidak peduli.

Dia tidak melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dan hanya sibuk menulis beberapa buku novel yang selalu menjadi best seller di seluruh toko buku. Ucapannya barusan mengundang beberapa sentilan keras di dahinya.

"Mulut lo gampang banget ngomongnya... Sini tukeran badan baru paham" Sahut Enjo panjang lebar dengan jengkel. Anak yang biasa dipanggil 'akang gasin' itu ngedumel tanpa henti, yaaaa sudah menjadi ciri khasnya.

"btw Chandra kok belom dateng? Kasian pacarnya ngopi sendiri"

Tanpa disuruh pun Kinara menoleh ke arah sumber suara tadi. Juno hanya terkekeh tanpa dosa sekaligus menunjukan matanya yang berubah menjadi segaris itu. Eyesmile yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Jangan lambe Jun, ngegasnya Kinara satu lepel sama Enjo" Ujar Nana yang sedang sibuk mengetik beberapa dialog di laptopnya. "Kalo masih sayang nyawa mah--"

"Na, malahan lo yang bakal gue tarik nyawanya" Potong Kinara dengan nada tenang yang justru membuat Nana bergidik ngeri.

"Eh maaf nih telat" Panjang umur. Belum lama dibicarakan orangnya datang. Chandra Ragupta yang biasa disapa dengan panggilan Matahari karena sifatnya yang sangat ceria dan hangat seperti matahari.

Dia langsung duduk di samping Kinara tanpa disuruh dan mengacak rambut panjang Kinara sebagai sapaan darinya.

"Selama gue belom dateng aman kan ya?" Tanya Chandra dengan suaranya yang lembut itu, menghangatkan suasana.

Tanpa ajakan pun Nana mengangkat tangannya "Pacar lo Chan--"

Mana sempat? Tanda dari Kinara terlanjur membuatnya takut. Menaruh ibu jarinya di leher lalu menggerakannya seolah membuat gerakan memotong leher.

"Kenapa Na?" Tanya Chandra kepada temannya itu. Meminta lanjutan dari Nana.

Nana menggeleng cepat. Nana begitu sayang pada nyawanya dibandingkan dengan gossip.

Tapi, siapa sih yang tidak sayang nyawa?

"Btw sebentar dulu ya. Gue mau mesen dulu" Chandra bangkit dari kursi panjang itu dan menjauh dari meja, menghampiri kasir.

Disaat Chandra sibuk memesan, Kinara menatap tajam Nana. Pria yang menyerupai kelinci itu terlihat panik.

"Er..... Maap nih neng geulis ¹ " Bujuk Nana dengan nada canggung. Diselingi dengan suara tawa dari Juno, Enjo dan beberapa teman lainnya.

"Na lo diem-diem dong....." Siapa sangka? Kinara malah memohon sekarang dengan nada memelas yang membuat Enjo merasa mual. Ya, hanya Enjo.

Alih-alih langsung menurut, Nana justru berusaha menahan gelak tawanya. "Tumbenan kalem Kin"

Kinara terdiam. "Yah maunya masa langsung gue tarik nyawanya?"

"Ya nggak-- yaudah iya...."

Chandra kembali ke kursinya dengan tangan yang menggenggam segelas espresso hangat.

"Berapa shot Chan?" Tanya Nana iseng. Chandra yang sudah paham persis temannya ini sudah tau maksud dari itu.

"Udahlah Na... Espresso gue nggak kayak punya lo... Punya lo kan udah segelap hidup gue"

"Ya gak gitu juga ye Chan"

Chandra terkekeh-kekeh. "Kinara mau coba?" Tanya Chandra pada pasangannya itu. Kinara hanya menoleh kepada Chandra lalu memperhatikan kopinya.

White coffee maksudnya.

"Nggak bakal buat begadang kok" Lanjut Chandra.

Kinara mengangkat bahunya dan menyerbu kopi milik Chandra. Sang empunya terlihat kaget dan panik saat melihat espresso miliknya hanya tinggal setengah gelas.

"Kinnnnn tinggal setengahh"

"Makanya Chan, Kinara tuh blekhol" Celetuk Endo—kembaran Enjo—enteng. Perkataannya barusan sukses mengundang gelak tawa orang di satu meja itu.

"Lambemu do, do" Bantah Kinara membela dirinya sendiri. Yang ada dipikirannya, masa iya Kinara yang cantik ini disebut 'blackhole' oleh Endo? Ujarnya barusan sekali lagi mengundang tawa di satu meja itu.

"Eh btw Kin, kan lo punya dua kakak kan? Kak Ital sama Bang Jep??? Kak Ital apa kabar?"

Kak Ital adalah kakak pertama Kinara... Namun namanya bukan Ital melainkan Krystal Aliza Winanda. Ital hanya nama panggilan yang diberikan teman-temannya.

Dan Jep kakak laki-laki Kinara, yang paling dekat. Nama lengkapnya Jeffrian Arza Dwipangga.

Keduanya sudah lulus kuliah. Kak Ital mengambil pekerjaan di bidang hukum, sedangkan Kak Jep sekarang bekerja di rumah sakit sebagai dokter spesialis bedah.

"Mbak Ital kemarin abis dilamar Na sama Kak Ildin" Jawab Kinara singkat, padat dan jelas.

Nana menyayangkan itu, hanya Nana kok.

"Lagipula nih ya, naksir cewek tuh yang bener bener Na. Mbak Ital 6 tahun lebih tua dibilang apa lo ya gusti"

"Berarti lo aja ya Kin?"

Dengan cepat Chandra merangkul pacarnya itu "Sudah berpawang. Dikit lagi jadi imamnya" Sambungnya tanpa diundang.

"Chan gue mual nih maap ye.... Maap"

"Lah gimana cerita kan lo berdua..."

Seketika suasana hening... Walaupun kedai itu sedang ramai, rasanya sepi sekali.

Chandra kembali diam, menutup mulutnya rapat seperti di rekatkan oleh lem. Memutuskan untuk menyandarkan kepalanya pada Kinara sesekali memainkan tangannya.

"Eehhhh pulang deh berdua nih... Uwu gak liat tempat" Sahut Juno sembari mengernyitkan hidungnya.

🌻

"Kamu nggak mau mampir dulu?" Tanya Kinara pada Chandra saat hendak keluar dari mobil. Chandra menggeleng cepat. "Nggak usah.... Kamu baik-baik aja ya" Tolak Chandra dengan suaranya yang lembut itu. Tangannya mengacak rambut Kinara(lagi).

Kinara tertawa pelan dan turun dari mobil bmw hitamnya itu. Membiarkan Chandra berlalu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Chandra?"

Kinara membalikkan badannya. Jeffrian tampak sedang duduk santai di halaman samping.

Kinara memutar bola matanya malas. Kakaknya itu mulai lagi dan beberapa detik kedepan pasti Jeff akan membanjiri Kinara dengan nasihat tanpa henti.

"Mas bilang berhenti sama dia"

"Mas!!"

Kinara merasa muak atas apa yang dilakukan kakaknya. Ya, perempuan yang sedang menduduki semester 5 ini begitu keras kepala. Apapun yang dikatakan orang lain tentang Chandra Ragupta ditolak mentah-mentah olehnya.

"Kinara! Ini untuk kamu sendiri!" Sambung Kak Ital yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"Mbak juga ngapain ngikutin Mas Rian!?" Bentak Kinara pada Ital. Moodnya seketika hancur lebur.

"Mbak setuju sama Rian! Kamu harus belajar untuk jauh dari Chandra!"

"Nggak mau!!!!"

Dengan rasa emosi yang menggebu-gebu Kinara berlari ke kamarnya dan membanting pintunya dengan keras sampai Umi terheran-heran.

"Astaghfirullah.... Kalian ngapain sampai adek begitu?" Tanya Umi pada kedua anaknya yang berada di halaman rumah.

Tak perlu menjawab, Umi bisa paham betul masalah apa yang terjadi. Terlihat jelas dari wajah mereka.

"Kalian masuk, Umi udah masak makan malam. Kinara umi yang urus" Ujar Umi Ica saat berjalan masuk ke dalam rumah.

Di dalam kamar, Kinara hanya diam merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar yang dia lukis seperti langit cerah di siang hari.

"Nak...." Tanpa disadari, Umi masuk ke dalam kamar anak bungsu itu. Umi duduk di pinggir tempat tidur, lalu mengusap pucuk kepala Kinara dengan lembut.

"Kamu kenapa lagi?"

Kinara tetap menutup mulutnya rapat. Berharap ibunya mengerti apa yang dia pikirkan. Sebenarnya, tentu umi sudah tau itu.

"Chandra ya? Denger Umi dulu sini...." Ujar umi yang sedang membetulkan posisi duduknya. Lalu menarik nafas dalam.

"Mbak sama Mas nggak salah Kin...." Ucap umi yang membuat kinara semakin jengkel.

"Kamu tau beda iman itu susah kan?"

note:

[1] geulis adalah kata cantik dalam bahasa sunda

avataravatar