1 Kecelakaan

Selamat Membaca

Sinar mentari masuk kedalam kaca jendela seorang anak gadis kecil yang masih terlelap, sementara sang ibu dan Ayahnya tengah bersiap siap, mereka sekeluarga akan mengunjungi oma dan oppa di kota A.

"Mah, Arina mana mah?" tanya sang suami.

"Ya Ampun, mama lupa ngebangun in Arina tadi subuh dia tidur lagi!" jelas sang mama, meninggalkan sang suaminya dengan menggelengkan kepala perilaku istrinya yang pelupa itu.

"Mama, mama kebiasaan!"

Tap... Tap.. Suara kaki melangkah menuju kamar sang putri yang masih tertidur.

"Sayang, bangun nak!"

"Mama masuk ya!"

Jekleek .. Pintu terbuka"Anak ini pasti lupa mengunci pintu kamar sangking penakut dia" gerutu sang mama menggelengkan kepala.

Sang mendekati putri kecilnya itu yang masih tertidur, duduk di atas tempat tidur anaknya, membelai surai gadis kecilnya itu.

"Sayang, bangun!! Papa sudah nunggu kita loh, kita kan mau kerumah oma dan opa, apa kamu lupa?" jelas sang mama mengelus tangan dan punggung putrinya.

"Mmmmh... Mamaa, jam berapa mah?" tanya sang putri sambil mengucek matanya, sang mama tersenyum.

"Sudah jam 9 sayang" jawab sang mama.

"Ya ampun mama, aku lupa kenapa baru bangunin mah!" manjanya sambil bergelayut pada mamanya.

"Ya udah kamu sekarang mandi? Apa mau mama mandiin?" tawar sang mama menggoda putrinya.

"Aku bisa mandi sendiri mah" jawab putrinya beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi nya.

"Baju udah mama siapin, mama sama papa tunggu di bawah ya!" jelas sang mama.

Tak ada jawaban dari sang putri hanya suara gemercik air di kamar mandi.

"Mah, mamah!" teriak sang suami.

"Iya pa, tunggu Arina lagi mandi pa!" jelas sang mama.

"Yaudah papa, ngopi dulu di depan mah" kata sang suami, sang istri mengangguk dan tersenyum.

Sebelum suami nya keluar, istrinya bertanya "Kita berangkat tidak pake sopir pah? Apa kita pake taxi aja pa?" sang istri sedikit khawatir suaminya semalam habis lembur banyak pekerjaan minggu dia selesaikan untuk bisa berlibur satu minggu kedepannya.Dan sopir pribadi mereka sedang libur dari hari kemarin anaknya pak sopir sedang di rawat di rumah sakit.

" Nak, kamu udah selesai blm sayang!" Teriak sang mama.

Tap... tap ..tap...

"Ini Arin, udah siap mah, papa mana mah?" tanya sang putri.

"Di depan sayang, yuk kita berangkat" ajak sang mama.

"Bi, pak Ujang kami berangkat dulu ya, jaga rumah ya!" pesan mama pada bi Narti.

"Ya, Nyonya, hati-hati dijalan, nyah" ucap bi Narti.

"Pak Ujang mana bi?" tanya mama.

"Ads di depan sama tuan Baskara nyah!" jawab Bi Narti,dan mama mengangguk.

Mama menggandeng tangan putri kecil nya yaitu Arina Mauren Baskara berumur 5 tahun, anak yang cerdas dan mandiri namun kadang masih manja pada papa mama nya.

Sesampai depan rumahnya, dilihatnya sang suami sedang menatap nya.

"Sudah siap mah?" tanya sang suami, sang istri hanya mengganguk.

"Ayo masuk mobil ntar keburu macet sayang!" ajak sang papa menggandeng tangan putrinya, sang mama yang cemburu hanya tersenyum kecut.

"Pak Ujang saya titip rumah ya, kalo ada apa-apa telepon saya!" titah papa pada mang Ujang.

"Siap Den" jawabnya.

Mama duduk didepan sedangkan Arina di belakang menatap kearah jendela, hatinya seperti tidak ingin pergi hari ini, rasanya cemas tidak seperti biasa kalo mau berangkat senang hatinya, firasat apa ini ya?

Flasback On

Sebelum kepergian hari ini tadi malam gadis kecil bernama Arin bermimpi sampai membuatnya tidak bisa tidur.

Pov Arina

Waktu berjalan terasa sangat lambat. Detik demi detik jarum jam seolah tak beranjak dan memaksaku terpaku dalam keadaan.

Malam ini terasa semakin dingin dan mencekam. Aku rindu dekapan hangat mama dan papa, aku rindu aroma tubuhnya, aku rindu belaiannya, aku rindu semua yang ada pada dirinya. Sungguh, aku rindu.

Aku bangkit dari pembaringan--tempat kami menghabiskan waktu untuk saling berbagi kasih. Kini hanya aku sendiri bertemakan bayang-bayang mama dan papa yang semakin membuatku terpuruk.

Aku beranjak menuju pintu dan mengambil jaket yang biasa ku pakai jaket yang kebetulan belum kucuci yang dibelikan papa waktu ada tugas ketemu klien luar negeri.

Kupeluk dan kucium jaket itu. Kuhirup aromanya yang sangat rakus, sembari membayangkan kalau aku tengah memeluk papa dan mama.

Kubawa jaket itu ke atas tempat tidur, lalu meringkuk sambil memeluknya dengan sangat erat. Kembali air mata menyembur dari telagaku. Aku terisak meratapi nasibku.

Mengapa takdir secepat ini memisahkan kami? Masih banyak impian yang ingin kami raih bersama, tapi sekarang aku hanya bisa menjadikannya angan-angan.

"Mah?" Aku tak percaya melihat sosok yang sedang tidur di sampingku--mama--dia tersenyum sambil membelai rambutku.

Aku mengulurkan tangan untuk meraih wajahnya, wajah yang begitu sangat kurindukan.

"Astaghfirullah." Aku tergamang dalam tidurku. Aku benar-benar merindukannya sampai-sampai selalu terbawa mimpi, dan ini bukan untuk kali pertamanya aku mimpi berpisah dengan mama dan papa dalam mimpiku. Entah pertanda apa ini. Benarkah mama dan papa yang mengunjungi ku atau berpamitan ataukah ... entahlah, aku juga tidak tahu... Ini sangat awam dan tidak mengerti apa-apa akan hal itu.

Segera aku bangkit dan menyeret langkah menuju kamar mandi. Mengabaikan rasa dingin yang terasa menembus kulit dan menusuk ke tulang, aku sama sekali tidak menghiraukannya, yang ada dalam pikiranku adalah ingin mencurahkan rasa rinduku melalui bait doaku. Ya, sekarang seperti inilah caraku satu-satunya untuk mencintainya. Tak ada alasan untukku berhenti mencintai mama dan papa walaupun dia sudah tiada. Cintaku akan tetap hidup selamanya. Bahkan sepanjang hari aku selalu merindukan suara adzan agar aku bisa bermunajah pada sang Khalik, menceritakan betapa besarnya cintaku dan berdoa agar Dia mempertemukan kami kembali.

Flasback End

Sampai di persimpangan Bandung Barat tiba-tiba terlihat mobil melaju kencang menuju kearah kami dan seketika terjadinya kecelakaan itu.

"Deeeer....braaaak...bummm"

Mobil Arina sekeluarga pun terbalik dan beruntung nya Arina dan sekeluarga ada orang yang menolong seorang ibu dan bapak melintas menggunakan mobil dsn berhenti menolong Arina dan keluarga nya.

Kedua orang tersebut membawa Arina dan keluarga nya ke rumah sakit terdekat, keadaan kedua orang tua Arina sangat lah parah luka luka dan darah yang terus mengalir pada sang papa yang sempat berpesan menitipkan anak nya pada ibu sang penolong sedangkan ibu Arina menghembuskan nafas ketika di perjalanan menuju rumah sakit, karena mobil mereka meledak di tempat jadi tidak ada data untuk menghubungi keluarga papa dan mamanya Arina, Arina yg masih di ICU seperti nya mengalami luka yang serius akibat benturan yang hebat mengenai kepala Arina.

Kedua orang tua Arina di makamkan sama kedua penolong mereka yang baik hati, sedangkan keadaan Arina dokter memvonis Arina hilang ingatannya. Setelah dua minggu di rumah sakit Arina dibawa ibu tersebut kerumah nya, yaitu tempat ibu itu tinggal di rumah panti asuhan kasih bunda.

Yap, yang menolong mereka seorang ibu panti dan suaminya yang bekerja menjadi satpam di rumah tuan Andrian Wicaksono. Ibu panti itu tidak mempunyai anak, semua anak panti dia anggap sebagai anak nya.

Setelah Arina sadar dia tidak ingat siapa namanya dan alamat rumahnya, maka ibu panti tersenyum dan memberikan pelukan hangat nya dan memberikan semangat untuk Arina.

"Tenanglah sayang, ada ibu disini, kamu ikut ibu ya, setelah kamu mengingat siapa kamu dan alamat rumah mu, barulah ibu antar kamu pulang!" jelas ibu panti itu yang bernama ibu Asri.

Arina terdiam kemudian mengangguk dan merengkuh ke pelukannya bu Asri.

Bersambung

avataravatar
Next chapter