16 Sebuah Ciuman

"Menawan?" Hans melirik pada Jonatan, ia ingin memprotes lagi karena kata menawan sepertinya tidak pantas disandingkan dengan Jonatan.

"Ya, dia harus tampil menwan. Aku ingin semua orang memujinya malam ini."

Hans tidak setuju dengan rencana itu. Tetapi dia tidak menunjukkannya dan hanya melakukan seperti yang Jessica minta. Ia bahkan memanggil beberapa stylist untuk membuat Jonatan lebih dekat dengan kata menawan.

Sementara itu Jessica menyelesaikan beberapa pengaturan dengan direktur dan kepala bagian lainnya. Masalah peluncuran produk baru mereka akan jadi PR-nya untuk beberapa minggu kedepan.

Sore itu Hans membuat penyesuaian terakhirnya. "Bagaimana menurutmu?"

Hans telah membuat beberap perubahan pada Jonatan. Mengubah potongan rambutnya menjadi lebih rapih dan memasangkan sebuah setelan berwarna abu-abu metalik yang melekat pas ditubuh Jonatan. Cukup untuk membuat banyak perbedaan pada Jonatan.

Jessica terpukau untuk sesaat tapi tetap memegang kendali kendali diri. Ia sudah bertemu

lusinan pria tampan dengan setelan menawan. Satu pria lagi muncul dihadapanya tidak akan membuatnya bertelut.

"Kau tampak sempurna." Jessica berjalan kearah Jonatan. Mengelilinginya satu kali lalu

menggandeng lengan pria itu. "Apakah kami terlihat hebat bersama?"

Hans dan Jonatan sama-sama terkejut dengan aksi Jessica.

Wanita itu belum pernah berada sedekat itu dengan Jonatan.

Apa wanita itu sedang menguji Hans?

Jessica menyunggingkan senyuman terbaiknya pertanda ia puas dengan penampilan Jonatan.

"Mulai saat ini kau harus selalu tampil luar biasa, karena kau adalah sekretarisku."

Tangan Jessica menyentuh pundak Jonatan, menepak kedua bahunya. Tatapan matanya berkilau penuh keyakinan.

Sinar mata itu sampai pada Jonatan. Mencengangkan dirinya sampai kedalam, bahwa ia menerima tatapan seperti itu lagi. Tidak, meskipun ia mungkin menerima sesuatu seperti itu dimasa lalu, mereka pasti tidak sama.

Jonatan merekamnya dalam ingatan dan berharap bisa melihatnya lagi.

"Kalau begitu aku juga akan segera bersiap." Jessica menanggalkan tanganya dari Jonatan.

Wanita itu juga perlu berisap untuk acara grand launching Rossell. Tinggalah Hans dan Jonatan dalam ruangan itu.

Hans berjalan mendekati Jonatan. Dengan kedua tangan dalam sakunya, ia menatap Jonatan penuh cemooh. "Jangan berharap apa pun dengan penampilanmu saat ini."

"Menurutmu apa yang sebaiknya kuharapkan saat ini?" Jonatan bahkan tidak berterima kasih pada Hans dan membalasnya seperti itu.

"Apa pun itu, kau bahkan tidak pada posisi dimana kau bisa membuat harapan."

"Kau benar, tapi itu tidak akan lama lagi bukan? Aku akan segera sampai disana," rupanya tak

satu pun perkataan Hans mengena pada Jonatan. "Jadi menyingkirlah segera!"

Dengan itu Jonatan meninggalkan tempatnya.

Memikirkan dengan cermat bagaimana reaksi Jonatan terhadap peringatannya. Hans bersiap menaikan kewaspadaannya. Jonatan sepertinya bukan karakter yang bisa dengan mudah ia tekan.

Hans perlu memastikan posisi Jonatan sebelum bisa meninggalkannya disisi Jessica. Jika tidak, Jonatan mungkin akan jadi salah satu momok yang sulit disingkirkan.

Malam itu, pada Grand Launching Rossell.

Jessica menggandeng Hans berjalan dikarpet merah, sementara Jonatan mengekor dibelakang mereka. Perkataan Hans sejauh ini adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh Jonatan.

Jonatan memang berhasil tampil menawan malam itu. Tapi cahaya terlalu redup.

Jonatan belum pada taraf yang dikatakan mampu menyaingi Hans.

Malam itu Hans mengenakan setelan serba hitam. Sementara Jessica mengenakan dress a line berwarna putih, berganya vintage dengan corak hitam. Pakaian mereka serasi satu sama lain.

"Sebuah kehormatan dapat hadir disini dengan undangan langsung dari anda, Nyonya Rosse." Jessica membungkuk pada seorang wanita paruh baya berparas cantik dan anggun. Penampilannya tampak awet muda daripada wanita seusinya.

Wanita itu adalah Rossaline Purba. Wanita nomor satu Rossell, tokoh kunci yang telah membawa bisnis itu berkibar puluhan tahun sebagai salah satu brand kosmetik lokal yang terkemuka.

"Jessica, terima kasih telah meluangkan waktu berhargamu untuk menghadiri acara ini."

"Tidak, aku yang perlu berterima kasih kepada anda. Aku hanya orang baru dalam bidang ini, sedang anda adalah seorang legenda. Aku perlu banyak belajar dari anda, Nyonya."

Rossaline tersenyum hangat, "semua adalah orang baru pada awalnya. Aku yakin kau mampu melalui bisnis ini dengan baik seperti bagaimana kau menangani bisnis lainya juga."

"Terima kasih untuk pujiannya Nyonya Ross." Jessica adalah wanita yang terbuka, dia menerima semua pujian yang memang pantas diterimanya.

"Kuharap putriku bisa sebaik dirimu. Acara ini adalah miliknya, kuharap kalian bisa mengarungi lautan ini dengan baik untuk kedepannya." Isyarat Nyonya Rossaline tertangkap dengan baik oleh Jessica.

Tidak heran mengapa Rossell mempercepat rencana mereka memasuki pasar. Rupanya ini adalah rencana sang putri mahkota Rossell. Jessica tahu gadis kecil itu pasti akan segera datang

menghadangnya dan dia rupanya dia akan memulainya pada malam itu juga.

Jessica memperkenalkan Jonatan kepada Nyonya Rossaline beberapa kolega yang mereka temui diacara itu. Sedang

Jessica sendiri masih dalam posisi menggandeng Hans.

Dalam beberapa kesempatan Jonatan tertinggal dibelakang untuk melakukan penyesuainya sendiri setelah diperkenalkan sebagai sekretaris baru.

"Jadi kau akan menggantikan Hans?"

Jonatan menjawab dengan sopan. Ada beberapa pria yang mencoba mendekatinya. Bersikap seolah mereka cukup karib dengan Jonatan dengan beberapa percakapan ringan.

"Apakah kau bertugas melakukan pengaturan untuk jadwal harian Jessica?" seorang pria langsung menujukan inisiatifnya tanpa banyak basa basi.

"Umm, itu," Jonatan tidak yakin bagaimana menjawabnya. Dia memang sekretaris Jessica yang baru, tapi ia tidak mengurus jadwal Jessica. Pekerjaan itu belum menjadi miliknya.

"Dapatkah kau membuatkan aku sebuah janji makan siang denganya?"

"Ya, dapatkah kau mengosongkan jadwalnya untukku juga? Hans selalu menolak dengan

alasan tidak ada jadwal kosong yang tersedia. Tapi aku pernah menemui dia hanya makan berdua dengan Jessica."

Mereka berusaha melompatinya untuk sampai lebih dekat dengan Jessica.

Jonatan akhirnya mengerti beberapa nasihat terakhir Hans padanya. Malam itu, bukan wanita yang akan mengejarnya tapi para penjantan yang mengira dirinya cukup baik untuk bisa berdiri disamping Jessica.

Dengan beberapa usaha Jonatan berhasil lepas dari pria-pria bodoh yang berpikir punya kesempatan mendekati Jessica.

Sialnya Jonatan kehilangan Hans dan Jessica. Jonatan harus mengitari ballroom beberapa kali sebelum akhirnya menemukan jejak Jessica.

Wanita itu berjalan sedirian, tanpa Hans disisinya. Jonatan mengikuti kemana Jessica melangkah. Menunggu dikoridor saat melihat Jessica masuk kedalam toliet.

"Sial!" Jessica baru saja keluar dari toilet saat pupil matanya mengkap sosok jangkung menunggunya diujung koridor.

Melihat Jonatan dijalur yang sama. Buru-buru wanita itu menghampiri Jonatan.

Jessica menerjang pria itu dan mendaratkan sebuah ciuman padanya. Ciuman itu keras dan mendominasi.

avataravatar
Next chapter