1 Anti-Epilog

Di suatu masa, dunia tiba-tiba membisu, semuanya menjadi beku. Seakan hari ditahan untuk sementara waktu.

Lalu,

Bayang-bayang gesit itu berkejaran. Seakan tidak mau menanti sesuatu yang tak pasti.

Dimulailah penjarahan besar-besaran. Umat manusia dibantai begitu saja. Namun, tak lain tak bukan, mereka melakukan itu demi memancing keluar 1 orang yang begitu mereka inginkan.

Tiba-tiba..

"Tap..tap..."

Sebuah suara langkah kaki terdengar.

Bayang-bayang gesit yang berkeliaran itu mulai berhenti, demi memastikan, langkah kaki siapa itu?

"Bukankah dunia ini sudah kubekukan? Lantas, siapa yang mampu mematahkan kekuatan ini?"

Perlahan namun pasti, sosok itu mulai menampakkan dirinya.

Bayang-bayang gedung yang menutupi sosok itu mulai menyingkapkan tabirnya.

Langkah kaki itu nampak antusias.

Langkah kaki itu nampak menyuarkan hawa kematian.

Langkah kaki yang penuh aura haus darah.

Aura yang mengerikan.

" Akhirnya, kau muncul juga, Sekigan!" ujarnya.

"Hooh...lumayan juga nyalimu, K, atau, bisakah kupanggil saja kau, One-Eyed Wolf?"

"Sekigan, nampaknya kepalamu cukup lezat, bolehkah aku memakannya?!"

Sekigan terdiam, dengan senyum simpul, ia melihat sekelilingnya. Ia dikepung.

"20 kanan, 30 kiri, 60 depan, 35 belakang... Masing-masing membawa 1 pedang, pisau pendek di saku kanan, rantai di saku kiri. Peluang meloloskan diri 25%, arena pertarungan, radius 2 hektar, hmmm...baiklah.." gumam Sekigan, menganalisis keadaan medan perang.

Sekigan kembali tersenyum.

"Nampaknya kau meremehkanku, ya, Sekigan! Jangan harap kau bisa keluar hidup-hidup dari sini!"

"Jangan terlalu yakin, One-Eyed."

Setelah menghirup nafas dalam-dalam, Sekigan menerjang.

avataravatar
Next chapter