webnovel

sebuah laporan

melalui panggilan telepon Elis memberitahu Zia.

Zia yang mendengarkan kabar itu merasa sangat kaget dan fikirannya terguncang sanagat hebat. dia berfikir pasti ada sesuatu yang telah terjadi. "kenapa kakakku mencariku?" katanya. "entahlah", okey udah ya aku balik ke kelas dulu kamu gak masuk kuliyah ya?" tanya Elis. "apa?" oh ada kuliyah kah?" okey-okey aku segera balik" jawab Zia gugup sambil memungut baju nya yang berantakan dibawah tempat tidur. "okey" jawab Elis menutup telepon.

dengan seketika Veris meraih tangan Zia ketika gadis ini ingin turun dari tempat tidur itu berkata dengan lembut "aku ada kelas hari ini" kata Zia memohon. tapi Veris menarik Zia sampai terduduk di samping Veris dan Veris memeluk pinggang ramping Zia dan berkata dengan malas "tetaplah disini aku mohon, sekali ini membolos bukankah tidak ada masalah"! sambil memeluk erat seperti seekor anak kucing yang imut. Zia mulai tergerak hatinya dan ingin mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampus tapi semua itu berubah ketika ia mendapatkan sebuah panggilan. "kamu sekarang ada dimana?" Zeno bertanya penasaran. "aku ... aku ada di kampus kak" jawab Zia gugup. "di kampus?" di gedung mana kamu sekarang?" tanya Zeno menekankan. Zia bertambah gugup dia bingung harus menjawab apa "di Gedung C di lantai 3 ada kelas tambahan" Zia berusaha berbohong. "gedung C itu di sebelah mana biar aku kesana atau kamu ke sini kakak ada di asramamu sekarang" berusaha mencari tahu. perasaan Zia bagaikan berada di tiang gantungan, pertanyaan itu seakan-akan mencekik lehernya. bahkan lebih parah lagi bagaikan telur diujung tanduk apapun yang kamu lakukan hasilnya akan sama. "aku harus jawab apa sekarang" gumam Zia. "kak aku ini masih jam pelajaran dan dosennya killer" nanti saja kalau kelasnya sudah selesai aku akan ke asrama. kakak tunggu di sana aja" berusaha mencari aman.

Zia bangun terburu-buru hingga tidak sengaja menyenggol jam dinding yang ada di sebelahnya hingga pecah berantakan, kacanya mulai bertebaran dimana-mana. Perasaan Zia bertambah kacau, dia sangat ketakutan bahkan ingin menangis. pertanda buruk itu membuat perasaannya menjadi semakin ketakutan. "tenanglah... tenang ada apa ceritakan padaku" tanya Veris berusaha menenangkan Zia yang panik di pelukannya. Zia dengan terbata-bata memberitahu Veris dengan kondisinya saat itu dan memohon Veris untuk mengantarnya kembali ke kampus.

setelah merapikan diri Veris dan Zia keluar dari apartemen dengan mengendarai sepeda motor melaju dengan kecepatan yang sangat cepat tapi tak secepat detak jantung Zia yang hampir copot karena merasa sangat ketakutan. Zia memeluk erat pinggang Veris dan berusaha menahan air matanya serta berusaha untuk tenang.

Tak perlu beberapa lama sekitar 30 menit sampailah Zia di Kampus B. Zia bergegas masuk ke Kampus dan berjalan keluar dari pintu belakang kampus menuju ke asramanya. Zia berusaha menarik nafas agar bisa tenang dan berjalan perlahan-lahan, ketika Zia tiba di asrama Zia tidak menemukan sang kakak dan dia merasa sangat heran dan mulai mengetik sebuah pesan "kak kamu dimana ? kelasku sudah selesai aku sudah kembali ke asrama sekarang" dikirim ke kakaknya. tidak perlu menunggu lama Zia mendapatkan balasan "aku sedang berada dirumah temanku sekarang, sebentar lagi kakak kesana. apakah kau mau ikut kakak pulang kerumah, bila iya nanti sekalian kakak jemput. kalau tidak kakak hanya mampir sebentar untuk memberikan sesuatu untukmu dari Mama". pesan Zeno. "baiklah kak aku akan ikut kakak pulang" jawab Zia takut kakaknya curiga dan tambah kecewa Zia memutuskan untuk pulang kerumahnya.

Zia berganti baju dan bersiap untuk pulang kerumah, sambil menunggu sang kakak Zia mengirim pesan kepada Veris bahwa dia akan pulang ke rumahnya minggu ini.

kak Zeno datang dengan raut muka standart seakan tidak ada apa-apa dan pulang bersama adiknya itu. sampailah di rumah Zia, semua masih terlihat biasa saja tapi ketika makan malam tiba Ayah Zia dan semua orang mulai mengajukan pertanyaan satu-satu, bagaikan pelaku kejahatan yang berada kantor polisi untuk di introgasi oleh penegak hukum yang menatapmu dengan tajam.

"awalnya papa nunggu kamu bicara sendiri tentang kesalahanmu. tapi kamu tak mau cerita bahkan kamu diam saja" sebenarnya Papa dapat laporan dari kakakmu". kalau kamu sering bolos kuliyah dan jarang tidur di asrama. terus kamu dimana?" tanya Ayahnya. "kamu tidur dimana? sama siapa?" mengaku saja? kamu mengecewakan kakak Zia" tegas Zeno. suasana semakin memburuk hingga membuat Zia menangis dengan terisak-isak. "maaf" hanya kata itu yang bisa diucapkan. "aku tidak perlu kata maaf dari mu" jawab Ayah Zia yang marah tapi masih ia tahan. "cepat katakan semua itu salah!" sentak ayah dan melanjutkannya. "kalau kamu tidak bicara berarti semua yang dituduhkan itu benar. siapa namanya? dari keluarga mana?". Zia hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan sangat pelan "aku tidak tau".Ayahnya berkata dengan nada kesal "bagaimana kamu tidak tahu?" apakah dia telah menyentuhmu?" apa saja yang telah kalian lakukan?" apakah kalian telah melakukan hubungan selayaknya suami istri?" tanya Ayah dengan penuh emosi. Zia dengan ragu-ragu menganggukan kepalanya. "ya tuhan apa yang telah kalian lakukan. mama kecewa padamu Zia" sentak ibu Zia shock. "kapan pertama kali kalian melakukannya dan bagaimana? ceritakan pada papa" perintah Ayahnya. dengan ragu-ragu dan penuh dengan isak tangis dan terbata-bata Zia menceritakan kejadian pertama kali Veris merampas kesuciannya.

merasa anak perempuannya telah di lecehkan dan dinodai Ayah Zia merasa sangat marah dan terhina, dengan penuh emosi Ayah Zia memberikan sebuah perintah "baiklah telpon dia sekarang dan mintalah dia untuk datang kemari!" papa akan lapor polisi".

Next chapter