webnovel

pacar baru

Sambil membawa makanan Zeno mengetuk pintu kamar Zia yang sunyi itu "Zia buka pintu ini kakak mau bicara" Zeno berkata dengan lembut. "tidak mau, kakak pasti akan memarahiku seperti Papa iya kan" aku tidak akan keluar." jawab Zia sinis. Ibu menepuk pundak Zeno yang berdiri di depan pintu Zia sambil meletakkan susu coklat hangat dan sebuah kotak dan meninggalkannya sendiri.

"dengarkan kakak baik-baik bukankah hari ini hari ulang tahunmu kakak mempunyai sesuatu untukmu, bukalah pintunya sebentar." pinta Zeno.

"kenapa kalau hari ini hari ulang tahunku tidak ada yang menyayangiku bahkan aku sendiri sudah lupa ulang tahunku" jawab Zia ketus. "kalau kau tidak mau, baiklah, lain kali tidak ada hadiah lagi dan perayaan apapun. bukalah itu tidak akan merugikanmu " pinta Zeno memohon. dengan malas Zia membuka pintu kamarnya "baiklah" dan meminta kakaknya masuk. sebuah kue kecil dengan lilin diatasnya, bersama dengan makan malam dan segelas susu coklat hangat dan dua kotak kado bersamanya. Zeno meletakkan semuanya diatas meja dan mulai berbicara pelan "Papa marah padamu karena dia sedang banyak fikiran karena perusahaan yang membuat Papa jadi sering lembur dan kurang istirahat, itu yang membuat emosinya jadi mudah terpancing apalagi dengan sikapmu yang kurang sopan itu" menasehati adiknya dan melanjutkan pembicaraannya "dan insiden tadi kenapa calon tunanganmu datang dan ikut bergabung di acara makan malam kita, kakak juga tidak tau dan juga tidak ada yang mengundangnya jadi semua ini hanya kebetulan saja"."kamu tidak seharusnya marah dan bersikap seperti itu, itu sangat tidak sopan" tegas Zeno. "maaf kak" kata Zia merasa bersalah. "baiklah makan makan malammu dan setelah itu tiup lilinnya ulang tahunmu dan buatlah permohonan" memegangi kue ulangtahun. "ini titipan dari ayah dan ibu semoga kau menyukainya. kakak hanya bisa memberimu ini". sambil memasukkan gelang putih di tangan adiknya. "kakak pergi istirahat dulu, jangan suka ngambek seperti itu kamu sudah dewasa kan" sambil mencubit hidung adiknya dan pergi dengan menutup pintu.

Zia menghabiskan makan malamnya dan membuka kado yang diberikan oleh ayah dan ibunya. Itu sebuah kalung liontin yang cantik yang sangat Zia inginkan. "makasih Ma Pa " berteriak dengan kencang dari pintu kamarnya. ibunya yang mendengar hanya tersenyum manis sambil mengambilkan kopi untuk suaminya. "dasar anak-anak" dengus sang ayah sambil tersenyum lega.

Pagi yang indah dengan mentari yang bersinar keemas-emasan membangunkan semua mahluk hidup disana. seperti biasa pagi hari sudah tidak ada satu orang pun dirumah. semua sibuk dengan acara masing-masing.

Zia sayang, Mama pergi arisan dulu di komplek sebelah. sarapan Zia ada di meja makan. selamat ulangtahun dan bertambah dewasa.

"itzzz... ulang tahunku kemarin ma" mendesis dan berbicara pada note yang tertempel di pintu kulkas.

Siang terasa terik di depan teras rumah "ah mama kenapa belum pulang" tanya Zia melalui panggilan telepon.

"Zia sayang maaf mama belum bisa pulang acaranya belum selesai Zia makan di luar aja ya, Zia kan sudah dewasa". perintah Ibunya.

"ah mama ini..." dengan malas menutup telepon dan bersiap pergi.

Di restoran yang sama, Zia memesan makanan favoritnya sambil memandang keluar jendela. Zia meminum Es jusnya dengan cepat dan mengakhiri makan siangnya dan terkejut dengan sosok pria yang tak asing lagi di matanya. "kenapa kamu ada disini ?" sentaknya merasa jengkel. "bukankah sudah aku katakan mungkin kita berjodoh" jawab pria itu santai tanpa melihat Zia dan pergi berlalu. "kalau itu memang jodoh mungkin itu akan menjadi kesialanku" jawab Zia kesal. "apa ini ?" merasa penasaran. "mungkinkah dia sengaja meninggalkannya" ah biarlah" dan mulai pergi meninggalkan tempat itu dengan segera setelah meraih kotak itu. dia tidak mau berurusan dengan pria itu, memikirkannya saja dia tidak sudi.

_______-___-_____

kembali ke kampus. Anto yang menyukai Zia sejak lama memberanikan diri untuk mendekati Zia perlahan demi perlahan. walaupun awalnya dia tidak berani mendekatinya karena Zia selalu acuh kepada semua laki-laki.

Fikiran Zia mulai mereset ulang, Zia ingin hidup normal. memikirkan apa yang telah dikatakan Elis padanya dia mulai mencoba membuka lembaran baru dan menjauhi Veris, "kali ini kalau aku bener-benar jadian sama Anto akan aku traktir kalian semua" sentak Zia menerima tantangan dari teman-temannya. dan benar saja belum ada beberapa hari Zia mendapatkan pernyataan cinta dari Anto, tak ada rasa cinta ataupun suka, ini hanya sebuah cara agar fikiran Zia tidak terfokus pada Veris dan mulai hidup normal kembali karena Zia berfikir Anto adalah pria yang baik dan hubungan mereka akan baik-baik saja. Zia terlalu takut dengan nafsu yang dimiliki oleh Veris terhadapnya dan mengganggapnya itu tidak sehat untuk hubungan mereka dan masa depan mereka pula.

Sehari setelah mereka memutuskan untuk berpacaran Anto mengajak Zia untuk berjalan-jalan selayaknya seorang pasangan karena tidak ada jam kuliyah. Zia menolak permintaan pertemuannya dengan Veris dan menerima permintaan dari pacar barunya. walaupun Zia sudah bisa menerima keberadaan Veris di hidupnya tapi diantara keduanya sebenarnya belum ada sebuah ikatan apapun karena Zia belum mau berpacaran dengan Veris, yang ada hanyalah ikatan batin yang terbentuk setelah kejadian malam itu dan ingin sekali Zia lupakan.

Anto bercerita banyak hal tentang kehidupannya, keluarganya dan mantan-mantan kekasihnya yang Zia anggap itu masih dibatas normal. mereka berjalan-jalan di taman itu sambil saling berbagi cerita, pada dasarnya Zia hanya menjadi pendengar setia.

siang itu sepi yang ada hanya beberapa orang yang berlalu lalang dan sibuk dengan aktifitas masing-masing mungkin karena bukan hari libur.

Anto memandangi Zia tanpa henti ketika mereka duduk untuk beristirahat di bangku taman. mata Anto tertuju pada leher yang jenjang dan putih mulus itu, sebuah hasrat ingin menikmatinya muncul di benaknya. tak ada yang bisa menahan godaan ini, gadis yang manis yang berada di hadapanya itu sungguh menggiurkan dengan kulit putih susunya, wajah imutnya dihiasi bibir mungil nan cantik. "sebagai pacar bolehkah aku menciummu" pinta Anto.

Next chapter