38 hutan belantara

ia tersenyum sambil menundukan kepalanya seraya memohon maaf. ia menatap kakak ipar barunya itu dengan raut wajah senang. walaupun ia mendengar kata-kata "tidak apa-apa" tapi tatapan sinis yang mengintimidasi itu seakan berkata "dasar gadis sialan". dan dia berbisik di telinganya "menjauhlah dari hadapanku, tidak ada yang menginginkanmu disini". ia mencoba menutupi rasa kesalnya dengan sebuah senyuman.

semua tamu mulai menatapnya dengan aneh, dan memberikan tatapan kebencian.

"siapa dia?"..."aneh"... lihat pakaiannya.. kampungan" .. hei bukankah dia anak perempuan dari keluarga Pratama". sepertinya iya,"...dia adik dari mempelai pria yang gosipnya telah lari dari rumahnya demi seorang pria" kenapa dia ada disini"... entahlah", mungkin dia kehabisan uang ketika lari" haha..." orang-orang itu mulai berbisik-bisik.

awalnya ia merasa bahagia berada di acara itu karena dapat melihat kakaknya menikah. tapi perasaan bahagia itu seakan-akan berubah menjadi rasa kesedihan yang tak dapat diungkapkan.

ia mulai menjauh dari kerumunan dan menjauh dari orang-orang. ia berada di sudut ruangan mencoba untuk keluar tapi tatapan matanya berada dalam ruang itu, matanya tertuju pada dua orang, kakaknya dan kakak ipar barunya itu. ia mulai meneteskan air mata, entah kenapa tanpa sebab air mata itu mengalir begitu deras. ini hari paling bahagia dalam hidup kakakku tapi kenapa aku merasa begitu sedih. kenapa kakak harus menikah dengan gadis seperti dia. rasa sakit yang entah dari mana asalnya mulai mencabik-cabik hatinya, ruangan itu serasa berubah bagaikan hutan belantara. yang ia lihat hanya binatang buas yang siap menerkamnya hidup-hidup, di satu sisi ia melihat senyum bahagia dari sang kakak ketika asik berbincang-bincang dengan para tamu dari kejauhan dan ia berkata jika dia bisa membuat mu bahagia kak, aku akan rela menjauh dari hidupmu. Zia akan merasa bahagia untuk kakak.

ia mulai keluar dari ruangan itu dengan perasaan hampa setelah menumpahkan rasa sedihnya, ia mulai melamun matanya sekarang tertuju pada gaun yang indah saat pernikahan, itu mengingatkannya akan pernikahan yang ia lakukan bersama Fian. ada perasaan iri dihatinya yang membuatnya merasa bertambah sedih. tapi ia berusaha menahan dirinya. aku harus segera pergi dari sini gumamnya menahan rasa pedih dihatinya.

aku harus pergi, aku harus pergi sekarang... ia mulai berlari menjauh tapi tanpa di sangka tuhan selalu mempertemukan dia dengan pria ini.

"ah, maaf maafkan saya tuan.. saya begitu ceroboh, tolong maafkan saya tuan". ia menundukan kepalanya seraya memohon maaf dan hendak melarikan diri dari situasi yang membuatnya merasa tidak nyaman itu.

Tama memandangi gadis itu, ah dia ingat, dia adalah gadis yang ingin sekali ia beberapa bulan ini.

ketika Zia mulai berjalan melewati pria itu dengan masih menundukan kepalanya. ia menahan tangis yang hampir saja tumpah untuk beberapa kali, hatinya kacau, fikirannya beratakan.

pria itu dengan seketika menangkap tangannya dan menghapi wajah yang cantik itu telah berubah menjadi pucat pasi. ada bekas air mata yang telah dihapus dengan tidak rapi. masih terlihat jelas mata yang mulai sebam itu dan terlihat mulai memerah.

"apa kau baik-baik saja? Tama mulai merasa bersimpati.

avataravatar
Next chapter