webnovel

berfikir ulang

"aku sebenarnya tidak sengaja mendengarnya ketika kamu bercerita pada Lina" jelas Elis.

"pasti pria tampan itu kan? pasti dia telah melakukan sesuatu ya kan? dasar laki-laki bajingan." Elis mengutuk dan melanjutkan perkataanya" aku sebanarnya sudah memperhatikanmu sejak lama, aku tau kamu sedang ada masalah waktu itu tapi aku tidak mau kalau kamu tidak mau cerita sendiri" seperti biasa Elis berbicara tanpa henti menasehati temannya itu.

seperti biasa sebuah kehawatiran yang dia rasakan terasa sangat hangat yang diberikan oleh sahabatnya ini. sebuah keluarga kecil yang akan selalu menasehati dan menjaganya adalah sosok sahabatnya sendiri.

"maafkan aku dan terima kasih banyak karena telah menghawatirkanku, aku hanya takut untuk menceritakannya padamu karena aku takut kau membenciku". Zia memeluk Elis dengan erat. persahabat itu sangatlah manis memberi tanpa harus meminta, mendorong dan saling menjaga begitu indah.

memulai kehidupan barunya dengan menerima Veris adalah sebuah keputusan yang besar yang diambilnya tapi itu semua belum mengubah perasaannya terhadap Veris. walaupun rasa traumanya mulai menghilang dengan kebaikan dan kasih sayang dari Veris tapi perasaannya tetap sama rasa kecewa itu masih tertinggal di lubuk hatinya yang paling dalam.

di daerah pegunungan yang sama di tempat yang berbeda, udara masih tercium sangat segar, dedaunan hijau berayun-ayun di dahan ranting dan jatuh di atas kepala seorang gadis yang sedang tersenyum manis menatap kepada seorang pria tampan berambut lurus dan berhidung mancung dengan senyum manis di bibir tipisnya.

"kenapa kau menatapku seperti itu" sambil menarik daun yang jatuh di atas kepala gadis yang manis itu.

"entahlah, aku sedang memikirkanmu" jawab Zia santai sambil memandang pemandangan bukit yang dipenuhi pepohonan hijau dengan di lewati aliran sungai dibawahnya. udara yang sejuk itu menciptakan atmosfir tersendiri. sebuah ketenangan yang selalu ia inginkan walaupun hati dan otaknya terus bekerja. "bagaimana perasaanmu kepadaku?" tanya Zia spontan.

"em.., bukankah kau sudah tau." jawab Veris santai. "aku tak tau apa yang kau rasakan" aku bahkan berfikir kau tak mencintaiku" tukas Zia dengan pandangan lurus ke perbukitan tanpa melirik sedikitpun kepada pria yang sedang memperhatikannya berbicara.

sebuah ciuman mendarat di pipi putih Zia, tapi entah kenapa gadis itu merasa tidak nyaman dan berkata "bukankah kau hanya bernafsu kepadaku..." dengan ungkapan seperti itu mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.

Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama di hari libur mereka hingga membuat Zia lupa untuk pulang kerumahnya yang sudah lama merasa khawatir. hanya hari libur saja mereka bisa bertemu dengan kesibukannya masing-masing karena mereka berada di kampus yang berbeda dan di kota yang berbeda. tapi hubungan long distance itu berjalan dengan baik, dengan beberapa kemajuan di dalamnya.

tapi tak berselang lama semua itu terguncang dengan sebuah logika yang diberikan oleh sahabatnya, nasehat yang membuat Zia berfikir ulang tentang hubungannya yang mulai dia jalani dengan nyaman.

"kamu itu jangan terlalu mengejarnya, kamu belum tau dia itu terbaik untukmu atau tidak. seandainya karena masa lalu itu kau mengejarnya dan mempertahankan nya sampai lupa keluargamu sungguh itu sebuah kesalahan besar." celetuk Elis dan mulai melanjutkan perkataannya "kakakmu tadi siang mencari mu disini tapi kamu pergi entah kemana dengan pria itu." kakakmu sungguh menghawatirkanmu dan juga keluargamu, ayah dan ibumu." lebih baik minggu ini kau pulang ke rumahmu,," pinta Elis. "aku beri nasehat yang baik padamu", walaupun kau kehilangan kesucianmu karena dia tidak seharusnya kau menghancurkan hidupmu karena dia pula" sesungguhnya dengan wajah cantikmu kau bisa dapatkan banyak laki-laki yang lebih dari si berengsek itu," kalau kau tidak percaya biar aku yang akan carikannya untukmu" menawarkan. "bila memang seorang pria sangat mencintaimu dia tidak akan berfikir tentang kesucian atau apalah." Elis berkata tanpa henti memperingatkan sahabatnya ini.

"pulanglah ke rumahmu pasti keluargamu sangat merindukanmu" pinta Elis lagi mengingatkan. Zia mengangguk setuju dan fikiranya mulai mereset ulang.

"halo kak, "

"kalau kakak ada waktu jemput aku ya aku ingin pulang istirahat" Pinta Zia kepada kakaknya melalui sambungan telepon.

dear pembaca

maaf akhir-akhir ini jarang update

tapi masih diusahakan y

terima kasih masih menunggu

fhyeracreators' thoughts
Next chapter