17 apa yang aku lakukan

hei, jangan suka melamun seperti itu" ayo masuk" Lina yang baru saja datang menggandeng lengan Zia dan menariknya masuk.

pria yang ia takuti dan tidak ingin dia lihat ternyata kuliyah di tempat yang sama, Pria yang berusaha mengambil kesuciannya dengan paksa itu membuat Zia sangat ketakutan, wajahnya mulai memucat tapi semua itu berubah seketika ketika mobil polisi mulai datang ke kampus mereka, pria yang sama yang berusaha memperkosa Zia terlibat dalam aksi pencurian dan tertangkap oleh kamera pengawas dan dengan segera di ringkus oleh polisi sore itu. Itulah akhir dari perbuatan yang merugikan oranglain. sampah masyarakat yang harus di singkirkan.

suasana menjadi tenang kembali dan Zia bisa bernafas lega untuk sekarang ini.

____-_____-_____

siang itu panas masih menyengat di atas kepala walaupun angin masih berhembus tapi tak menutupi panasnya udara saat itu, sepanas fikir yang masih berputar-putar di satu tempat tapi tak menemukan sebuah jawaban atas masalah yang dihadapi.

"Perjodohan itu bagaimana aku menyelesaikannya" gumamnya.

Zia menghembuskan nafas lelahnya di depan teras asrama. "aku hanya mempunyai keinginan yang sederhana menikah dengan seseorang yang kucintai dan hidup bahagia sampai tua". sambil memandang langit dengan awan yang masih sibuk bergerak menutupi matahari dan mengubahnya menjadi terang kembali.

Zia menggerakkan tangannya keatas kebawah dan kesamping hanya sekedar melakukan straching membuang rasa penat yang ada. mengambil sebotol air mineral dan meminumnya.

waktu menunjukan pukul 2 siang "bukankah Veris akan datang hari ini" gumamnya "tapi dia tidak memberi tahuku jam berapa dia akan datang", menghela nafas.

ketika Zia akan mulai beranjak dari duduknya dan mulai masuk ke asrama, sebuah suara menghentikannya, "Zia" katanya.

Zia menoleh dengan seketika melihat sosok tampan yang dia tunggu-tunggu sudah berada di depannya tersenyum manis dengan bibir tipisnya. semanis permen, kesan yang manis itu membuat Zia tersipu malu dan wajahnya mulai memerah.

Zia mempersilahkan Veris untuk masuk ke ruang tamu asrama dan mengambilkan beberapa minuman. sambil berbincang-bincang Veris menawarkan Zia untuk pergi ke tempat wisata daerah pegunungan yang tak jauh dari daerah kampusnya untuk menghilangkan penat.

"itu akan membuatmu lebih segar, jelasnya "bagaimana?" Varis menawarkan.

"baiklah" Zia menyanggupi dan bersiap.

berlari ke kamar mencari baju ganti dan masuk ke kamar mandi.

Zia mengenakan hem lengan pendek dan di padukan dengan celana Jean panjang. menghampiri Veris yang telah menunggu sedari tadi dan bersiap untuk pergi.

Butuh beberapa waktu untuk dapat ke lokasi bahkan hampir 1 jam untuk dapat ke tempat air terjun itu, karena dari keduanya tidak ada yang mengetahui dengan pasti lokasi air terjun itu maka dari itu yang memperlambat waktu mereka.

semua tenaga telah terkuras habis karena perjalanan dan medan yang hanya bisa di lalui dengan berjalan kaki, tapi rasa lelah itu terbayar dengan pemandangan alam yang asri nan indah. hawa pegunungan yang sejuk di lengkapi air terjun yang indah menghilangkan semua perasaan lelah itu.

Air itu turun menghantam bebatuan dengan derasnya. memercik kan embun di udara menimbulkan hawa dingin yang menyegarkan.

beberapa orang menikmatinya dengan mandi dibawah cucuran air atau hanya sekedar berfoto selfi.

"wah segar sekali, aku belum pernah kesini sebelumnya" ucap Zia. "aku juga" ucap Veris menimpali.

"entah kenapa aku merasa nyaman denganmu , sepertinya aku sudah lama mengenalmu". ungkap Zia

"banarkah?" aku juga". jawab Veris singkat tapi penuh makna karena tatapannya penuh arti kepada Zia.

Sambil berbincang-bincang Veris berkata "kamu pastilah anak yang baik karena sering menghabiskan waktu bersama keluargamu ketika waktu libur" memuji Zia.

Zia berkata "aku tak sebaik itu"

Zia memikirkan hal-hal buruk yang telah terjadi, diantaranya reputasinya yang buruk di kampus. Zia menganggap dirinya bukan anak yang baik karena menolak permintaan ayahnya untuk dijodohkan.

fikiran itu membuat ekspresi Zia berubah menjadi sedih.

melihat perubahan ekspresi Zia yang membuat Veris merasa tak nyaman akhirnya Veris memutuskan untuk untuk menghiburnya.

"Hahahaha " kamu lucu" sentak Zia, seketika mata mereka saling bertemu, dia merasa aneh dengan tatapan misterius pria yang ada di hadapannya itu dan Zia tersipu malu serta salah tingkah.

"bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Veris.

"entahlah aku merasa senang hari ini" jawab Zia dan mulai berjalan di depan, mendahului Veris yang berada di sampingnya. menyusuri jalan setapak menuju pintu keluar.

Zia merasa bahagia bisa melupakan semua masalahnya hari ini. Zia tersipu malu tatkala melihat Veris yang selalu menatapnya dengan senyuman.

"kenapa dia selalu menatapku" gumamnya dalam hati, Zia jadi merasa malu dan salah tingkah secara terus menerus, "aku harus bagaimana" kenapa aku merasa senang sekali", jantungnya berdetak tak beraturan menunjukan ritme ke gugupan dan rasa senang yang meluap.

Zia memikirkan apa yang dikatakan Veris tentang perasaannya dan Pipi Zia mulai memerah bagaikan buah apel impor dan terlihat manis. tanpa aba-aba seketika Zia berbalik mengecup pipi Veris dan berkata "terima kasih".

dan berlari kecil menjauh melanjutkan perjalanannya sambil bergumam sepanjang perjalanan "apa yang aku lakukan kenapa aku melakukannya" menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat menahan tindakannya.

Veris tersenyum puas walaupun fikirannya masih kosong karena mendapatkan sebuah hadiah yang manis dari pujaan hatinya itu. Veris masih menatap Zia penuh arti.

dari belakang pria itu dapat melihat tubuh gadis ini sangat menggoda. celana Jean yang ketat itu dapat menunjukan lekuk tubuh bagian bawahnya dengan kaki panjangnya, kulit putih susunya dapat terlihat dari lehernya yang ramping dan terbuka, rambut hitam panjang itu menambah keelokan tersendiri ketika berayun-ayun di punggungnya ketika berjalan, dan sesekali gadis itu menoleh dan tersenyum manis seperti peri kecil dengan bibir mungilnya yang tertarik ke atas menunjukan lesung pipinya dan mata sipitnya, membuat fikirannya melayang dan hatinya bergejolak.

"kenapa kau membangunkan nafsuku yang sudah lama aku tahan" "gadis ini tidak bisakah kau tidak memberiku rangsangan. aku tidak tahan untuk menidurinya" batin Veris.

avataravatar
Next chapter