webnovel

akan menunggu

"hem, sedikit" jawab Zia malu.

"wah padahal aku sangat merindukanmu" bagaimana ini". jawab Veris

Pipi putih Zia mulai memerah " benarkah ?" jawabnya merasa ragu.

"kalau tidak percaya lihatlah kemari "

"apa yang perlu aku lihat disana ?"Zia bingung

"karena kalau kamu disini aku akan memelukmu dan kamu akan lihat betapa aku sangat merindukan mu" Veris menjelaskan sambil merayu.

wajah Zia mulai merah padam dan hatinya berbunga-bunga. sambil tersenyum simpul mengatakan sesuatu. tapi belum sempat Zia mengatakannya ada suara ibu paruh baya yang terdengar di panggilan telepon itu.

"ian, anterin mama arisan ya". suara itu terdengar jelas.

Veris pun menjadi gugup dan menutup speaker handphonnya. "iya ma sebentar" teriaknya.

kembali ke panggilan telpon bersama Zia yang masih menunggu.

"sorry ya"

"siapa tadi ? ibu kamu ya ? (penasaran)

"oh iya nanti kita sambung lagi ya aku buru-buru" dan segera mematikan panggilannya.

----_---------_---------

Waktu semakin petang dan waktu makan malam telah tiba. Zia bersama ayah dan kakaknya pergi ke restoran langganan mereka. mereka memesan menu seperti biasa dan Zia pamit untuk pergi ke toilet, karena terburu-buru Zia menabrak seseorang.

"au... maaf aku tidak sengaja" jawab Zia dan memandang pria yang di tabraknya. Pria yang sama yang Zia tabrak beberapa bulan yang lalu. "maaf tuan saya minta maaf karena tidak sengaja menabrak anda". kata Zia sopan.

"iya" jawab pria itu dingin dan berlalu pergi.

"apa?'" apa kah aku setua itu hingga pantas di panggil tuan?" bukankah selisih umur kita hanya 10 tahun tidak lebih. guman pria itu dalam hati.

ketika Zia kembali dari toilet Zia melihat kakaknya sedang berbincang-bincang dengan seorang pria yang berpakianan rapi dan memakai jas warna hitam terlalu formal untuk dilihat. "siapa pria itu? gumam Zia dan pergi menghampiri Papa dan kakaknya.

belum sempat Zia melihat wajahnya, pria itu pun berpamitan pergi.

"siapa tadi kak?"temanmu ? tanya Zia penasaran.

"dia adalah ..." belum sempat Zeno menyelesaikan kalimatnya. Papanya sudah menjawabnya terlebih dahulu.

"Tama Sanjaya, Calon tunanganmu bila perjodohan ini terjadi" jawab Papa singkat.

Zia mengerutkan dahi dan wajahnya berubah masam karena merasa sebal.

"bukankah dari postur tubuhnya dia sudah tua kak? katakan padaku? bisik Zia pada kakaknya sambil memonyongkan bibirnya menggerutu karena marah.

"oh itu ...." kata Zeno dan lagi lagi Papa memotongnya.

"Dia pria tampan berumur 32 tahun dari keluarga Sanjaya. Dia pintar dan masa depan yang cerah". mempromosikan calon menantunya.

"KAKAK, apa ayah sudah gila menjodohkan aku dengan pria yang berumur 30 tahun bahkan lebih tua dari kakak. " kata Zia emosi.

"tenang Zia, dia itu kakak kelas kakak waktu kuliyah S1 dan sekarang dia sudah selesai dengan gelar S2 nya dan suatu saat nanti dia akan mengambil alih perusahaan orangtuanya walaupun awalnya dia mulai dengan jabatan yang rendah. Dia pria yang baik dan akan menyayangimu dan menjagamu" Zeno menjelaskan.

"terserah" dan berlari pergi dari tempat itu.

"apa tidak ada yang sayang aku lagi, bayangkan saja di usiaku yang belum 22 harus menikah dengan om om yang berumur 30 tahun lebih bagaimana aku memperkenalkannya pada teman-temanku".

Zia mengurung diri di kamar hingga pagi mulai membangunkannya.

"kepalaku sakit sekali" hari ini sepi seperti biasa padahal hari ini hari minggu". sudahlah". gumamnya.

di restoran yang sama siang itu Zia makan sendiri. sambil memandang kearah jendela dan menguyah makan siangnya.

Zia mulai berdiri dan hendak membayar tagihan tanpa sadar Zia membentur dada bidang yang kekar itu. sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit sedari pagi dan hampir jatuh.

"apa kah kau sengaja menabrakku setiap kali kita bertemu"

"apakah kau menyukaiku?" suara khas itu seolah pernah di dengarnya.

Pria tampan yang sama dengan tubuh gagah dan tinggi hampir 180cm, dia mengenakan kaos berwarna putih dan celana pendek selutut terlihat kasual dan tampak lebih santai dan lebih muda.

dan berbicara di telinga Zia "ataukah memang kita berjodoh"

Zia melepas pelukan itu dan berkata "maafkan saya tuan saya sama sekali tidak bermaksud seperti apa yang anda katakan bahkan saya sama sekali tidak tertarik dengan anda., "apakah mungkin sebaliknya". menyindir.

"bagaimana aku bisa menyukai gadis kecil yang manja, kekanak-kanakan dan tidak bisa apa-apa " bahkan belum matang sepertimu." Tama menimpali.

merasa kesal dengan pria yang ada dihadapannya. Zia mulai marah dan berkata " "siapa bilang aku tidak bisa apa-apa lihat saja nanti." Zia pergi dengan emosi tapi pria itu mendekat dan berbisik "akan aku menunggu, Zia Fiska Pratama". sambil memandang Zia dengan senyum samar.

Zia siang itu bertambah kesal dan pergi dari rumah untuk kembali ke asrama tanpa mengabari orang rumah. sambil tak lupa menelpon Elis untuk berbarengan ke asrama.

____-____-____

"halo Zia, maaf ya kemarin aku buru-buru mematikan panggilan karena ibuku memintaku mengantarkannya pergi". telpon dari Veris.

"iya" jawabnya singkat karena banyak fikiran.

"apa kamu sedang ada masalah?" aku siap mendengarkan. jawab Veris.

"tidak ada apa-apa hanya terlalu lelah". jawab Zia menutupi.

"minggu depan aku ketempatmu ya" pinta Veris

"aku kangen sama kamu Zia" ungkap Veris lagi

"kangen sebagai teman kan" Zia menanggapi

"terserah kamu, kamu sudah tau perasaanku" dan kamu tetap tidak menerimanya." jawab Veris menyindir.

"maaf aku hanya belum siap" jawab Zia

"baiklah aku akan menunggu." meyakinkan

______-_____-_____

"jangan memaksa nya, Ayah ! "

"aku akan menunggu" aku masih ingin lebih lama mengawasinya." pinta Tama

"baiklah aku harap dia tidak mengecewakanmu. jawab ayahnya.

_____--_______--_____

tubuh Zia mulai gemetar dan keringat dingin mulai bercucuran saat Zia akan masuk ke kampusnya. "pria itu ...pria itu kenapa ada disini".

Pria yang berusaha memperkosa Zia dulu.

ternyata dia kuliyah di sini di kampus yang sama dengan Zia. dan ternyata dia itu sahabatnya Zen. Jia mulai merasa panik fikirannya kosong. hingga ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Next chapter