19 PERKARA VIDEO VIRAL

Siang ini, aku berdiam diri di kamar. Sementara Alan pergi keluar bersama dengan Ayah. Pekerjaan rumah sudah selesai, beres-beres dan bantu Ibu memasak di dapur. Waktunya istirahat, mumpung suami sedang pergi keluar.

Dipikir-pikir, kok setelah menikah rasanya biasa-biasa saja, ya. Tidak semengerikan saat prosesi lamaran waktu itu. Menikah dengan pria yang tak kukenal sebelumnya, membayangkan tidur bersama dengan orang asing. Semua ketakutan itu, nyatanya tidak terjadi.

Kuputuskan untuk tidak menyesali pernikahan ini sama sekali. Meskipun, Alan orangnya dingin, tapi ia sopan dan tampaknya memang pria terbaik untuk menjadi imamku.

Ponsel berdenting. Ada pesan whatsapp yang masuk. Saat kubuka.

@Ina

[Gawat, Nad. Loe coba cek youtubenya Aldo. Nggak cuma di youtube, baru juga diunggah sepuluh jam yang lalu, video itu udah viral aja, dishare di mana-mana. Ya Allah, bahkan di salah satu media sosial, gue liat ada yang mention akun @Alan_S, laki lo bukan?]

Wajahku mendadak pias saat membaca pesan ini. Benar-benar keterlaluan Aldo.

@Ina

[Nggak cuma itu, Nad. Lo tau, dia bikin captionnya, ngenes. 'Ditinggal kawin, pas lagi sayang-sayangnya'. Gue baca komenan orang-orang, banyak yang ngasih support ke dia, bahkan ada yang ngutuk lo segala, dibilang cewek nggak bersyukur, jahat, nggak punya hati, ninggalin cowok sebaik dan seganteng Aldo, demi seorang pria, yang entah siapalah.]

Ya Allah, aku sampai meremas baju di dada.

@Nada

[Makasih, In, infonya. Pantes aja, instagram, facebook gue banyak yang ngetag, gue belum sempet liat, dari tadi sibuk bantuin Ibu.]

@Ina

[Sama-sama, Nad. Gue harap, suami lo bijak menanggapi ini.]

Setelah membaca pesan terakhir dari Ina, langsung saja kubuka youtube channel Aldo. Benar saja, dia mengupload video ketika mengucapkan selamat, hingga selesai bersalaman denganku di pelaminan.

Video yang durasinya hampir sepuluh menit. Ini benar-benar gila. Tega sekali dia menjatuhkanku di hadapan para pengikutnya.

Aku akan meminta penjelasan darinya.

Dengan tangan gemetar, kuhubungi Aldo. Sekali bunyi, langsung diangkat.

[Hallo, mantan terindahku. Apa kabarnya?]

Ya Allah, kenapa Aldo begitu menyebalkan sekarang?

"Apa maksud kamu mengupload video itu?"

Dengan emosi yang tertahan, kucoba untuk bertanya baik-baik kepadanya.

Sejenak terdengar tawa renyahnya di seberang sana, membuat hatiku panas seketika, seolah sedang menertawakan diri ini.

[Oh itu, hanya konten aja, kok. Nggak usah terlalu berlebihan gitu nanggepinnya. Biasa ajalah, Nad. Aku aja yang kamu tinggal kawin, biasa aja, kok.]

Menusuk sekali ucapannya itu. Jadi begini aslinya, seorang Aldo Adinata itu, youtuber nomor satu se Asia Tenggara. Beruntung sekali segera lepas dari jerat tipu dayanya. Kalau tidak, bisa jadi perawan tua diriku.

"Kamu mau bales dendam sama aku?"

[Hei, Nada. Mana mungkin aku balas dendam sama kamu. Video ini kenang-kenangan, aku hadir di pesta pernikahan kamu, meskipun nggak diundang sama sekali.]

Kenang-kenangan katanya!

"Aku nggak ngundang karena mau jaga perasaan kamu, tahu nggak sih!"

Seketika aku mendadak emosional. Mataku mulai menghangat. Suara juga bergetar.

[Nada, kamu nangis?]

Lalu dia, mulai lagi dengan sikap manisnya itu. Intonasi suara yang terdengar penuh kekhawatiran. Selama menjalin hubungan, ia memang tak pernah sanggup melihatku menangis.

"Tolong hapus, Al. Aku malu. Video itu udah dishare banyak orang. Kamu kayak terdzolimi aja kesannya. Nanti orang-orang mikirnya aku yang kejam. Padahal, kamu nggak niat nikahin aku. Makanya, Ayah sama Ibu nyariin jodoh, usiaku udah dua lima, Al."

Kuharap, Aldo akan luluh dengan isak tangis ini. Membayangkan komentar netizen saja, rasanya sudah membuat dadaku nyeri.

[Aku mau ketemu dulu sama kamu, bisa nggak? Setelah itu, akan kutake down video tersebut, dan membuat video klarifikasi untuk membersihkan namamu. Apa kamu mau?]

Kenapa harus dengan pertemuan segala? Mana mungkin aku akan menemui lelaki lain, sementara saat ini statusku adalah seorang istri.

"Aku nggak bisa. Ada hati yang harus kujaga."

Hati Alan.

[Kenapa kamu jadi begitu peduli padanya? Bukankah kamu belum kenal dia? Belum tentu juga dia di luar sana akan menjaga hati kamu. Laki-laki, di mana-mana sama aja, Nad. Jangan terlalu menyerahkan diri kamu sepenuhnya pada pria itu.]

Bicara apa Aldo ini?

"Jangan bicarakan hal yang bukan ranah kamu. Sekarang aku cuma minta, kamu hapus, dan tolong klarifikasi tentang video itu. Jelaskan kenapa aku memilih menikah dengan pria lain? Sebutkan kesalahan kamu, Al. Jangan jelek-jelekkan orang lain."

Namun, bukannya menanggapi permintaanku, Aldo malah kembali tertawa.

[Begini aja, Nad. Kamu ketemuan sama aku, video kuhapus, dan akan kuupload video terbaru, seperti yang kamu mau, tapi kalau kamu nggak mau ketemu aku, ya sudah biarkan netizen dengan kesenangannya.]

"Kamu tega biarin aku dibully? Jahat banget ya kamu. Nggak nyangka aku! Nyesel udah kenal sama kamu!"

Langsung saja kumatikan sambungan telepon itu. Benci sekali rasanya hati ini padanya. Kenapa dia sampai setega ini? Apa susahnya menghapua video itu?

*

Sore harinya, aku terkejut saat terdengar pintu kamar dibuka. Segera kuusap wajah, agar Alan tak melihat sisa-sisa tangisan ini.

Meskipun, pada kenyataannya hingga detik ini, Alan tak juga mau bersitatap denganku. Syukurlah, tak apa.

Alan meraih handuk, lalu menuju ke kamar mandi. Menit-menit berlalu, ia pun keluar dengan busana seperti biasa, baju kaos dan celana panjang.

Sorot mataku mengiringi ke mana arah langkahnya.

"Ada apa?" tanyanya menyentakkanku. Ia tak melihat, tapi sadar mataku tengah memindai wujudnya.

"Aa' dari mana sama Ayah?"

Pertanyaan ini mengalir begitu saja. Memang dalam hati bertanya-tanya juga. Ia tadi hanya bilang pergi keluar dengan Ayah, tetapi tidak mengatakan hendak ke mana.

"Ayah ngajak ke kantor lurah. Ada komputer yang perlu ditangani."

Aku mengangguk paham. Ia bukanlah seorang tukang service komputer, tetapi lebih dari pada itu. Suamiku seorang eksekutif muda, di Indonesian Machine Company atau disingkat IMC, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak komputer.

Ayah memang tidak salah pilih. Ia menitipkan anaknya kepada sosok yang tepat. Secara finansial, hidupku takkan kekurangan.

"Hmm. Aa' masih marah sama aku?"

Kuberanikan diri untuk bertanya. Ingin tahu alasan sebenarnya, kenapa sikapnya masih begitu dingin dan kaku kepadaku?

"Nggak. Memangnya kenapa?"

Ia balik bertanya, sambil duduk di atas ranjang, di sebelahku.

"Atau Aa' nyesel udah nikahin aku?"

"Nggak juga. Kenapa sih?"

Kali ini ia menoleh ke arahku, menatap dengan sorot bingung. Ia memiliki bentuk mata dalam, dengan warna iris, coklat tua. Dahinya sedikit berkerut.

"Lalu, kenapa sampai saat ini, aku ngerasa Aa' kayak enggan aja berinteraksi denganku?"

Akhirnya berani juga menanyakan hal ini.

"Saya bersikap seperti ini, justru karena saya ingin kamu merasa nyaman dengan pernikahan kita. Saya akan menunggu sampai kamu siap dengan statusmu sebagai istri saya."

Dia membalas tatapanku lebih lama dari biasanya. Sepertinya, memang pembahasan ini yang ia inginkan.

"Aa' masih kepikiran soal perjanjian pra nikah yang kubuat asal itu?"

Alan menggeleng. "Bukan. Kamu sudah merobeknya di depan saya, jadi sudah tidak ada masalah lagi, 'kan."

"Lalu, karena apa?"

"Saya tahu, sulit bagi kamu menerima saya sebagai suami. Karena itulah, saya memberi ruang dan waktu agar kamu bisa membiasakan diri dengan kehadiran saya, sebagai suamimu."

Aku menghela nafas dalam. Jika ditanya soal ini? Jujur kukatakan memang belum siap. Namun, terlepas dari semua itu, sikap dingin Alan juga seolah menjadi tanda tanya besar buatku. Apakah ia juga terbebani dengan pernikahan ini?

Ponselku berdering. Tertulis nama Aldo di layar.

Alan kemudian meraihnya, dan langsung mengangkat telepon itu.

"Hallo. Iya, maaf, Bro. Istri saya sedang istirahat, jika ada persoalan yang hendak diselesaikan, mungkin bisa melalui saya. Oh, tidak ada. Baiklah."

Telepon pun diakhiri. Alan kembali menyerahkan ponsel itu kepadaku.

"Berhentilah berkomunikasi dengannya, karena kalau tidak, banyak fitnah-fitnah lain yang akan ia unggah di channel youtube miliknya."

Dia sudah tahu soal video itu, tapi sama sekali tak menuntut penjelasan dariku, bahkan menyinggung membahasnya pun tidak.

------------

avataravatar
Next chapter