webnovel

Malam tahun baru 2016

"Happy New Year" ..

Sorak Diandra bersama tiga kawannya sembari menyaksikan pesta kembang api di langit pantai kuta malam itu.

"Make a wish" ucap Winda.

Empat gadis berusia dua puluhan itu tersenyum dan menatap langit.

"Semoga kita menjadi lebih baik tahun depan" kata Icha.

"Kita sama-sama terus ya.." Nur tersenyum menatap sahabatnya satu persatu.

"Besok kita makan enak ya girls" gurau Diandra

Mereka semua tertawa mendengar celoteh Diandra.

Begitulah. Diandra selalu menjadi pemecah kesunyian di antara mereka.

"Ingatlah teman-teman, ada satu hal di dunia ini yang jauh lebih indah dari jatuh cinta" ucap Diandra

"Apa'an tuh?"

"Apa?"

"Ayo beri tahu!!"

Seru ketiga temannya.

"Sini" Diandra merangkul mereka lalu berbisik "MAKAN ENAK!!"

"Hahahahaha aku setuju!" seru Icha.

"Ada-ada saja" respon Nur sambil menggelangkan kepala.

"Jangan lari kamu" kata Winda sambil menekuk leher Diandra di bawah lengannya.

00.30 WITA

"Happy new year Honey"

Diandra menerima sebuah pesan singkat, dari seorang pria yg dia sukai. Adrian.

"Adrian ya?" tanya Winda yang duduk di sebelahnya

"Iya" jawab Diandra tersenyum kecut.

"Kenapa merengut?" tanya Winda lagi.

"Kau tahu betul kan, aku bukan satu-satunya" Diandra mengerutkan dahi, memandang lirih gulungan ombak pantai Kuta malam itu.

Adrian. Kakak tingkat yang di taksir Diandra selama satu tahun terakhir.

"Ya, memang betul jatuh cinta bukanlah hal yang indah untukku" ucap Diandra. Menatap lirih gulungan ombak pantai Kuta.

"Aku tau, tapi kalau kalian saling suka, kenapa tidak?" ucap Winda.

"Terus? Aku harus rela jadi yang kedua?" lirih suara Diandra.

"Menurutku lebih baik jadi yang kedua tapi diutamakan, daripada jadi yang pertama tapi diduakan, bukan?" senyum canda Winda.

"Dasar gila" saut Diandra ketus.

"Kau lebih gila. Faktanya kamu suka dia, kan?" Winda kembali meledek Diandra.

"Diamlah, aku serius." Diandra kembali melempar pandangan kosong pada laut di hadapannya.

"Girls, ayo kembali ke hotel!!" seru Icha dari tengah kerumunan tourist yang sedang merayakan pesta malam tahum baru.

"Ayo" Winda menjulurkan tangan.

"hhhh" Diandra meraih juluran tangan Winda. Mencoba berdiri dengan kaki yang sudah lelah.

"Kita duluan yaa!!" seru Icha lagi. Melambaikan dan kembali ke hotel lebih dulu bersama Nur.

"Dee, kita mampir minimart sebentar yuk" ajak Winda.

"hmm" saut Diandra lemah.

Diandra perlahan membuka etalase minuman.

"Win, temani aku mabuk ya" ucap Diandra sambil memasukan beberapa kaleng bir bintang ke keranjang belanja.

"Heii,, minum boleh, mabuk jangan!!" sahut Winda sembari mengembalikan kaleng bir ke dalam etalase dan menyisakan dua kaleng di dalam keranjang.

"Ding-Dong" Winda membunyikan bell kamar hotel.

"Kamu ngga bawa room key?" tanya Diandra pelan.

"Tidak, hanya ada satu, dibawa Icha tadi" saut Winda.

"Kenapa tidak dibuka, sedang apa mereka" Winda bergumam sambil menelepon Icha.

"Halo, sebentar kami sedang mandi!" seru Icha dibalin telepon.

"What?? mereka mandi berdua? benar-benar sudah gila!" Diandra mengeluh kesal.

Lima menit kemudian.

"Maafkan, kita sedang mandi" ucap Nur.

"Knp harus berdua sih?" Diandra mengernyitkan dahi.

"Aku tidak berani sendirian, Dee." sahut Nur.

"hmm, terserah kalian." Diandra berjalan lemas menuju balkoni sambil membawa dua kaleng bir.

"Tidak mau mandi dulu?" tanya Winda.

"Nanti saja" jawab Diandra singkat.

"Ayo kita mandi berdua juga" celoteh Winda.

"Diam atau kau ingin sepat mati!" Diandra menatap Winda tajam.

Diandra dan Winda duduk di kursi balkoni, meneguk bir yang sudah mereka beli.

"Aku lebih suka ditemani, daripada didengarkan. Aku tak ingin bercerita, karena kau sudah tau semuanya." ucap Diandra.

"Baiklah" sahut Winda pelan.

Winda tahu betul, apa yang dirasakan sahabatnya saat itu.

Menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih, bukanlah sesuatu yang mudah.

"Tapi dia juga suka kamu, Dee." Winda membuka pembicaraan.

"Iya, dia bilang begitu. Tapi dia masih bersama kekasihnya. Apa yang harus aku harapkan?" gumam Diandra.

"Drrrrttt.. drrrrttt" panggilan masuk dari Adrian.

"Kamu dimana, sayang?" suara Adrian di telepon.

Suara yang entah mengapa selalu membuat hati Diandra berdegup kencang.

"Aku sudah di hotel, ada apa?" Diandra menyahut datar.

"Aku rindu." kata Adrian.

("aku juga") Diandra menyahut dalam hati.

"kenapa diam?" tanya Adrian.

"Tidak boleh aku merindukan mu?" lanjutnya.

"Sudaah, katakan saja kau juga rindu." celetuk Winda dari kursi seberang.

Diandra mengernyitkan dahi, melempar tatapan tajam pada Winda.

"Sudah dulu ya, aku mau tidur." ucap Diandra pada Andrian.

"Kamu tidak ingin mengobrol denganku? Kamu tidak merindukan aku? Aku ingin mendengar suaramu lebih lama lagi." ucap Adrian berusaha menahan Diandra.

"Baiklah, kalian berbicara saja, aku akan masuk ke kamar". sahut Winda."Katamu kamu suka padaku, tapi kenapa kamu menghindar?" lanjut Adrian.

"Adrian, kamu sudah punya pacar!" jawab Diandra sedikit ketus.

"Aku sudah bilang, bukan? Aku tidak nyaman bersamanya, sekarang aku jatuh cinta padamu dan aku nyaman bersamamu." Adrian mulai menjelaskan hal yang sudah berulang kali dia katakan pada Diandra.

"Adrian, kamu sudah 9 tahun bersamanya. Kamu hanya bosan. Jangan jadikan aku tempat pelarianmu. Kau juga tidak mungkin bisa putus dengannya, bukan?" Diandra menjawab dengan nada kesal.

"Tapi kamu menyukaiku, bukan?" tanya Adrian lagi.

Diandra hanya terdiam.

"Kapan kamu pulang ke jakarta? aku ingin bertemu, kita bicarakan ini secara langsung." lanjut Adrian.

"Baiklah, setelah liburan tahun baru aku kembali ke jakarta, nanti kita bicara lagi. Aku tidur dulu." jawab Diandra.

"Good night Sweety, muaah." ucap Adrian.

"Kumatikan telepon nya ya. Bye." Diandra mematikan telepon tanpa membalas ucapan manis Adrian.

Next chapter