webnovel

Segel Cinta Zayyan

Zayyan Daviandra Arjuna atau yang akrab dipanggil Zayyan adalah siswa tampan yang paling populer sekolahnya. Namun begitu, tidak berlaku bagi siswi cantik dengan sejuta prestasi bernama Anindhita Fazila (Dhita). Keduanya tidak pernah satu pemikiran dalam hal apapun baik akademis ataupun non akademis, ada saja bahan untuk saling menyerang satu sama lain dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Dan sialnya, mereka terjebak dalam satu hubungan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya di karenakan janjinya Dhita yang akan memacari lelaki tangguh yang menolong adiknya dari sekelompok preman kampung yang ingin memerasnya beberapa waktu lalu. “Gue terima,” jawab Zayyan dengan wajah tengilnya. Ternyata dia lah lelaki tangguh yang tanpa sengaja telah menolong adek kesayangannya Dhita. Seisi aula tempat pertemuan siswa siswi baru seketika menjadi riuh, mereka bersorak sorai dan bersiul girang. Nggak ada akhlak! Dhita tau lelaki tangguh itu satu sekolah dengannya karena penuturan sang adik yang menggebu-gebu. Dan karena itulah adiknya mau satu sekolah dengannya,itu karena adiknya terlalu mengidolakan sang penolong. Nggak di sangka lelaki itu musuh bebuyutannya. “Kapan gue nembak lo?!” kesal Dhita yang di abaikan Zayyan. Apa tujuan Zayyan pada Dhita sebenarnya? Bagaimana nasib hubungan mereka? Stop atau lanjut? Temukan kisah penuh canda tawa dan airmata dalam novel ‘Segel Cinta Zayyan’ Dijamin buat ngakak dan baper parah.

worldside_11 · Teen
Not enough ratings
426 Chs

Pengumuman

Suasana didalam ruang latihan silat seketika jadi menegangkan saat Zayyan mengambil alih ruangan itu.

Itu karena Zayyan saat ini akan mengumumkan nama nama dari siswa siswi yang akan keterima di dalam ekskul silat, dan itu hanya 20 orang dari 70 orang lebih.

"Gimana ni? kira kira gue bakal keterima gak ya?" gumam seorang siswi cantik yang berbaris di depan.

Ia adalah salah satu fans beratnya Zayyan tapi ia sama sekali gak punya basik beladiri makanya dia ragu apakah dia bakalan keterima atau tidak.

"Please gue harus keterima! kak Zayyan itu idaman banget tau gak! kalau gue gak bisa satu ekskul sama dia gimana gue bisa dapetin hatinya," kata siswi yang lain.

"Mimpi banget lo! liat noh saingan lo, secantik apa kak Dhita itu kalau dibandingin dengan lo? gue rasa kayak tower telkom sama antena tv, jauh banget!" sahut salah satu siswi lain yang gak sengaja mendengar ucapan itu.

"Enak banget lo kalau ngomong! lo pikir lo cantik banget apa?" julid banget sih jadi orang? suka kali urusin urusan orang lain.

"Setidaknya gue gak memimpikan untuk bisa dapetin kak Zayyan kalau dia masih pacaran sama kak Dhita," siswi ini fans netral, dia menyukai pasangan itu sejak momen jadian mereka yang sangat romantis di aula minggu lalu.

"Sudah jangan ribut dulu!" Yuda mengeraskan suaranya agar mereka semua bisa lebih fokus.

"Bisa saya ambil perhatiannya sebentar?" Zayyan sekali lagi bicara dan barulah siswa dan siswi baru itu diam tidak berkata sepatah katapun.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, di kertas yang sedang saya pegang ini ada 20 nama yang dipilih pak Rahian untuk bergabung dengan ekskul ini." mereka yang sudah mulai diam mendengarkan dengan seksama.

Apalagi cewek cewek yang ngefans banget sama Zayyan, kalau bisa mereka berdiri satu senti didepan Zayyan saat ia bicara.

"Sebelum saya menyebutkan nama nama dari ke 20 orang yang sudah terpilih saya ingin mengingatkan satu hal, bagi siapapun yang tidak terpilih jangan berkecil hati.

Karena ini hanyalah ekskul dari sekolah bukan pelatihan nasional, jadi kalian masih bisa mencari perguruan lain diluar sekolah yang bisa mengajari kalian jika kalian memang benar benar memiliki niat untuk melatih beladiri." kata Zayyan dengan penuh kewibawaannya.

Bahkan Dhita hampir terpesona melihat Zayyan bicara didepan orang banyak seperti ini, jarang jarang bisa liat seorang Zayyan bicara dengan serius tanpa candaan sedikitpun.

"Dan bagi kalian yang diterima, kalian juga harus tau kalau ini bukanlah akhir! tapi awal dari perjalanan kalian di perguruan yang memikul nama baik sekolah kita. Jadi kalian harus benar benar serius dalam pelatihan nanti agar reputasi dari kualitas perguruan kita yang sudah dikenal diluar sana tidak menurun dan akan terus disegani!"

Sebagai ketua ekskul silat, Zayyan harus menyampaikan hal seperti ini agar mereka yang tidak diterima maupun yang diterima tidak terlalu cepat merasa sedih dan bangga karena ini barulah permulaan dari sesuatu yang mereka pilih.

"Baiklah sekarang saya akan menyebutkan nama nama yang telah tertera di sini, jadi mohon diam dan dengarkan baik baik!"

Suasana menegangkan pun tampak terlihat dari wajah wajah mereka yang harap harap cemas apakah nama mereka akan disebut atau tidak.

Dhita dan Anjani sampai geleng geleng kepala melihat siswa siswi baru ini, mereka sama sekali gak nyangka kalau seleksi masuk ekskul bisa sedramatis ini juga.

Perasaan dulu mereka kalau mau masuk ekskul tinggal daftar aja dan kalau gak terima tinggal cari ekskul lain, tapi anak anak ini udah kayak mau masuk univ favorit aja.

"Riski Ananda, Kania Aulia, Riza....." Zayyan terus menyebut satu persatu nama nama yang tertulis.

Jumlah cewek yang mendaftar jauh lebih banyak dari cowok cowoknya, tapi yang keterima justru lebih banyak cewek ceweknya.

"Lo denger ni nama gue pasti ada karena tadi kak Zayyan sempat lirik lirik gue!" kata Fans Zayyan yang di julidin sama cewek sebelahnya.

"Udah gak usah banyak ngomong, ntar gak kedengeran nama lo waktu disebut," sahut orang sebelahnya yang lebih memilih netral karena suka dengan keduanya, Zayyan dan Dhita.

"Nazwa Fitria" sebut Zayyan

"Ups, sorry kayaknya nama gue duluan nih!" kata cewek yang barusan ngomong.

Seketika wajah fans berat Zayyan itu terdiam kaku, padahal dia yang berharap banget tapi malah cewek yang julidin dia yang diterima.

Mana tadi udah kepedean bilang kak Zayyan ada liat liat dia jadi dia yakin kalo dia akan diterima, asli malu benget!

"Udah lebih dari setengah ni yang disebut, Daffa kok belum disebut juga ya," ucap Anjani berbisik pada Dhita. Ia juga sempat melirik ke arah Daffa dan mendapati kalau wajah tu anak mulai panik

"Apa jangan jangan Daffa gak diterima ya?" Dhita ikut khawatir apalagi saat liat wajah adiknya yang panik itu.

"Farhan," ini adalah nama ke 18, Daffa menghitungnya dan ini membuatnya semakin panik.

"Zaky Yarneza," nama ke 19 telah disebutkan.

"Yah tinggal satu nama lagi, nama Daffa apa bukan ya kira kira?" Dhita udah gelisah, ia tau adiknya kepingin banget masuk silat ini jadi dia pasti sedih kalau gak keterima.

"Kenapa nama Daffa belum disebut? perasaan tadi gue ada liat namanya di tengah deh!" tanya Yuda saat berbisik ke Farrel.

"Mungkin karena ada Dhita kali," Farrel pun gak tau kenapa jadi dia nebak aja.

Saat akan menyebutkan nama terakhir, Zayyan berhenti sejenak dan melihat kedepan. Ia melihat wajah wajah mereka yang menunggu nunggu nama siapa kira kira yang akan disebut sebagai peserta terakhir yang keterima.

"Udah nih, kayaknya udah semua kan?" tanya Zayyan sambil tersenyum yang dengan cepat direspon oleh adik adik kelasnya itu.

"Baru 19 nama kak!" kata yang dengan tekun menghitung

"Yah seriusan ini doang? nama gue mana?" kata yang dari tadi sibuk nungguin namanya sampek lupa kalau baru 19 nama.

"Lah gue itung baru 18 lah perasaan,"

"1 orang lagi bang!" suara itu terus sahut sahutan.

Bahkan Dhita pun ikut menatap Zayyan dengan alis tertaut, ia heran kenapa tu orang bilang udah semua padahal baru 19 nama yang di sebut.

"Oh iya, ini ada nama yang kelewatan." kata Zayyan sekali lagi. Ia hanya ingin membuat suasana tidak terlalu menegangkan.

"Daffa umbara," tambahnya sambil melirik Dhita yang menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Akhirnya! huh! untung aja!" barulah Daffa bisa melemaskan punggungnya karena akhirnya namanya disebut juga.

Menyadari Zayyan meliriknya, Dhita menaikkan satu alisnya sambil mengedikkan bahu lalu keluar dari ruangan.

Zayyan seketika merasa bingung 'kenapa tu cewek?' pikirnya.

"Baiklah sampai disini pertemuan kita sore ini, selamat datang bagi yang lulus dan semoga sukses di tempat lain bagi yang belum keterima ya!" Zayyan memberikan ucapan semangat terakhir sebelum menutup acara.