webnovel

Segel Cinta Zayyan

Zayyan Daviandra Arjuna atau yang akrab dipanggil Zayyan adalah siswa tampan yang paling populer sekolahnya. Namun begitu, tidak berlaku bagi siswi cantik dengan sejuta prestasi bernama Anindhita Fazila (Dhita). Keduanya tidak pernah satu pemikiran dalam hal apapun baik akademis ataupun non akademis, ada saja bahan untuk saling menyerang satu sama lain dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Dan sialnya, mereka terjebak dalam satu hubungan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya di karenakan janjinya Dhita yang akan memacari lelaki tangguh yang menolong adiknya dari sekelompok preman kampung yang ingin memerasnya beberapa waktu lalu. “Gue terima,” jawab Zayyan dengan wajah tengilnya. Ternyata dia lah lelaki tangguh yang tanpa sengaja telah menolong adek kesayangannya Dhita. Seisi aula tempat pertemuan siswa siswi baru seketika menjadi riuh, mereka bersorak sorai dan bersiul girang. Nggak ada akhlak! Dhita tau lelaki tangguh itu satu sekolah dengannya karena penuturan sang adik yang menggebu-gebu. Dan karena itulah adiknya mau satu sekolah dengannya,itu karena adiknya terlalu mengidolakan sang penolong. Nggak di sangka lelaki itu musuh bebuyutannya. “Kapan gue nembak lo?!” kesal Dhita yang di abaikan Zayyan. Apa tujuan Zayyan pada Dhita sebenarnya? Bagaimana nasib hubungan mereka? Stop atau lanjut? Temukan kisah penuh canda tawa dan airmata dalam novel ‘Segel Cinta Zayyan’ Dijamin buat ngakak dan baper parah.

worldside_11 · Teen
Not enough ratings
426 Chs

Menurut Lo Dia Bakal Dihukum Gak?

Keluar dari kantin, Zayyan dan Yuda langsung menghabiskan roti yang mereka beli di perjalanan. Jadi tidak ada masalah yang di timbulkan ketika mereka kembali kedalam kelas.

Tapi Farrel yang membawa semangkuk bakso kedalam kelas tidak bernasib sama dengan mereka.

Peraturan sekolah sudah jelas melarang siswa makan didalam kelas demi menjaga kebersihan dan ketertiban, jadi sudah jelas Farrel akan tertimpa masalah karena membawa semangkuk bakso ke kelasnya.

Bahkan sebelum pak Wawan masuk kedalam kelas ia sudah harus menghadapi Dhita yang memarahinya karena membawa makanan kedalam kelas.

"Dhita gue laper banget sumpah! lagian kan lo sendiri tadi yang nyuruh kita bawa makanannya kedalam kelas daripada bolos." Farrel memohon didepan kelas, mau makan aja ribet banget gini. emang nasib!

"Pokoknya ngga! lo gak boleh masuk sebelum pak Wawan datang, dan gue gak pernah nyuruh lo bawa makanan kedalam kelas ya Farrel!" melipat tangannya di dada, Dhita menghadang Farrel di pintu masuk.

"Yah? jelas jelas tadi lo bilang gitu ke Zayyan, masak sekarang gak ngaku sih?"

"Ya kan gue ngomongnya sama Zayyan bukan ke lo! jadi itu sama sekali gak berlaku buat lo," jawab Dhita.

Memang benar kalau tadi dia sempat bilang ke Zayyan untuk membawa saja makanannya ke kelas agar ia tidak bolos. Tapi bukan berarti itu berlaku sama pada Farrel kan?

"Jadi lo pilih kasih ni?" Farrel sama sekali tidak menyangka kalau Dhita akan ngeles seperti itu, Dia benar benar terjebak saat ini.

"Dia gak satu kelas sama gue jadi mau dia bawa satu pabrik makanan ke dalam kelasnya sekalipun, gak bakal ngerugiin gue!" dengan wajah datarnya Dhita menjawab.

"Ya kan gue bisa simpan makanannya didalam laci Ta! pak Wawan ga bakal tau, tenang aja!" kalau ada yang kedapatan bawa makanan ke dalam kelas biasanya 1 kelas yang akan di hukum bukan hanya perorangannya saja.

Itulah mengapa Dhita sangat bersikeras melarang Farrel masuk kedalam kelasnya.

Gilang yang duduk di pojokan kelas hanya menatap Dhita yang berdiri didepan pintu, ia menatapnya dengan tatapan rumit yang sulit di jelaskan.

Saat ini ia hanya menjadi sosok figuran yang berperan sebagai teman yang tidak terlalu penting dalam kehidupan gadis yang ia cintai itu, entah kapan ia akan mendapatkan peran penting seperti Zayyan, atau setidaknya seperti Farrel.

Ia merasa hubungannya dengan Dhita semakin renggang semenjak Dhita berpacaran dengan Zayyan.

Dalam periode lamunan Gilang, ternyata pak Wawan sudah datang ke kelas dan menanyai kenapa Dhita berdiri di depan pintu seperti itu.

"Dhita! ngapain kamu berdiri di depan pintu seperti itu?" dengan kerutan di wajahnya Pak Wawan bertanya, lalu ia menoleh ke arah Farrel yang menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya.

Ia tidak tau apa yang sedang dipegang oleh anak itu.

"Saya berdiri di sini supaya Farrel gak bisa masuk pak!" jawab Dhita dengan yakin.

"Loh kenapa Farrel kamu larang masuk?" pak Wawan semakin bingung, sebenarnya ada apa dengan kedua muridnya ini.

Farrel hanya bisa menunduk dan tidak menjawab, barang bukti udah ada ditangannya yang ia sembunyikan dari pak Wawan jadi udah pasti dia bakal ketahuan.

"Farrel...." saat akan mengatakan kalau Farrel membawa makanan, seketika Dhita teringat kejadian kemarin dimana Zayyan yang berani menentang Manager perusahaan karena dirinya.

"Farrel belum piket pak, jadi saya mau minta dia selesain tugasnya dulu," mengingat kejadian kemarin membuat Dhita berubah pikiran.

Kalau di pikir pikir, kemarin itu sebenarnya Zayyan memang melanggar peraturan karena hanya mereka yang berkepentingan yang boleh masuk kedalam ruang manager.

Tapi karena dirinya yang takut di tinggal sendirian di tempat asing seperti itu, Zayyan berani menentang peraturan itu, dan ia ingat kalau Zayyan pernah mengatakan kalau peraturan gak harus di patuhi banget kalau terlalu ketat atau berlebihan.

Memang peraturan sekolah tidak berlebihan sih, tapi jika di lihat dari kondisi Farrel yang sepertinya memang dalam keadaan lapar. Sepertinya tidak ada salahnya jika ia sedikit melonggarkan aturan itu, ya itungannya melanggar sih!

Farrel yang mendengar apa yang baru saja di katakan Dhita langsung melebarkan matanya terkejut.

Ia sudah pasrah dengan hukuman apapun yang akan diberikan pak Wawan padanya, tapi siapa sangka ternyata Dhita menutupi kesalahannya.

Ini benar benar diluar dugaannya.

"Farrel, kenapa kamu malas sekali piket! selesaikan segera dan setelah itu kembali ke kelas!" beruntung pak Wawan adalah guru yang sedikit cuek, jadi ia tidak terlalu ingin tau permasalahan antara siswa.

Setelah memberikan instruksi pada Farrel ia pun segera memasuki kelas meninggalkan Dhita dan Farrel di luar.

"Ikut gue!" kata Dhita sambil memimpin jalan.

"Mau kemana Ta?" Farrel dengan susah payah membawa bakso di tangannya agar tetap seimbang supaya tidak tumpah mengikuti langkah kaki Dhita.

"Ruang uks hari gini sepi, gada guru yang datang. Selesaikan makan lo dalam 10 menit habis itu langsung balik ke kelas! kalau bisa lebih cepat!" Dhita memimpin jalan ke uks.

"Lo serius?" tanya Farrel. gak biasanya ni Dhita bantuin orang ngelanggar aturan.

Karena biasanya dia tuh cepunya!

"Kalau lo ketahuan diluar tanggung jawab gue, dah cepetan masuk gue mau balik ke kelas." Tanpa menjawab pertanyaan Farrel Dhita menjelaskan apa yang harus orang itu lakukan.

Dan setelah ia mengantarkannnya ke UKS, Dhita kembali kedalam kelas.

"Tu orang kenapa ya? labil banget jadi manusia! bentar dia ngomong ini bentar ngomong itu, ga jelas banget!" duduk di salah satu meja di ruang uks, Farrel menikmati baksonya yang sudah mulai dingin itu sambil mendumal kesal.

Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada Dhita hari ini, ia terlihat labil dan berbeda dari biasanya.

Sudah jelas jelas dia yang meminta mereka untuk segera kembali ke kelas, dan jika lapar bawa saja makanannya ke kelas.

Tapi dia juga yang melarang Farrel masuk kedalam kelas karena membawa makanan, kan labil banget.

Lalu, dia juga yang melindungi Farrel dari pak Wawan agar tidak ketahuan. Sebenarnya apa sih maunya anak ini? Farrel terus memikirkannya tapi ia sama sekali tidak menemukan jawabannya.

"Lo apain si Farrel? setelah kembali ke kelas Dhita langsung di serang pertanyaan dari Anjani dan Dina yang duduk di depan mereka.

"Udah, bentar lagi dia balik. tenang aja!" dengan santai Dhita menjawab. Ia memuntahkan seteguk udara keruh sebelum memulai pelajaran.

Sementara itu Yuda dan Zayyan bertanya tanya di kelas, kira kira Farrel kena masalah gak ya?

"Menurut lo dia bakal di hukum gak?" tanya Yuda.

"kemungkinan besarnya sih iya, gak mungkin Dhita ngasih dia masuk dengan semangkuk bakso di tangannya. Kalau ketahuan satu kelas di hukum tu!" mengedikkan bahunya, Zayyan menjawab.

"Farrel yang malang!"