5 Part 4

Persahabatan Eros dan sahabat-sahabatnya berawal dari pertemuan tiap tahun beberapa keluarga terpandang di Italia. Beberapa keluarga ini memang sudah berakrab baik dari zaman nenek moyang mereka seperti keluarga Milano, Allegro, Moretti, D'Angelo, Ravello, Ambrogio, dan Bellucci.

Acara turun temurun ini diadakan untuk mempererat hubungan antar teman, sahabat dan keluarga. Ada beberapa orang tua yang menggunakan kesempatan acara ini untuk menjodohkan anak cucu mereka dengan keluarga tertentu ataupun memperluas relasi bisnis mereka.

Setiap tahunnya akan ada giliran bagi keluarga tertentu untuk mengadakan acara reuni bersama ini, baik itu dalam rangka merayakan Ultah seseorang, Pernikahan, Natal, Paskah, Halloween maupun Tahun Baru. Dari acara-acara inilah mereka berempat berkenalan, berteman dan akhirnya menjadi sahabat karib hingga sekarang.

Segala suka duka juga sudah mereka lewati bersama dari menolong satu sama lain, meminjamkan bahu untuk menangis, berbagi cerita/masalah yang mengganggu pikiran mereka, mengerjai guru,..., hingga dihukum guru pun mereka jalanin bersama. 

Bisa dibilang mereka berempat sudah mengenal baik luar dalam pribadi sahabat-sahabatnya ini bahkan Eros sendiri sudah menganggap Alvaro, Arthur dan Elliot seperti anggota keluarganya, begitu juga dengan sahabat-sahabat Eros yang sudah menganggap Eros seperti saudara kandung mereka.

                            ~•~

[Eros: 27 tahun]

[Klub Malam Venice, Italy]

Di saat aktivitas dan toko-toko di kota mulai sepi, klub malam Venice ini malah memiliki kondisi sebaliknya. Semakin malam hari, semakin ramai pulalah klub malam terkenal ini.

Tidak terasa sudah 4 jam Eros & sahabat-sahabatnya menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol, bercanda gurau dan meneguk bergelas-gelas minuman keras yang mereka pesan. Alhasil efek dari minuman keras itu pun sudah mulai menunjukkan efek sampingnya pada tubuh mereka.

Sebut saja Alvaro, setengah jam yang lalu, Eros yang masih sadar terpaksa menelepon sekretaris pria itu dari hp Alvaro untuk membawanya pulang karena sahabatnya itu sudah mabuk berat dan tidak membawa mobil.

Walaupun Eros dan Arthur ada membawa mobil tapi melihat kondisi mereka saat ini, sangat tidak aman buat mereka untuk berkendara disaat kesadaran mereka mulai diambil ahli oleh pikiran mabuk mereka.

Lebih baik menelepon seseorang yang dapat dipercaya untuk mengantar Alvaro pulang dan orang itu tentu saja tak lain adalah sekretaris kepercayaan sahabatnya itu.

"Hati-hati di jalan! Kabari kami jika kalian sudah tiba di rumah" ucap Eros sambil menutup pintu mobil sekretaris Alvaro itu.

"Tentu Mr Eros. Terima kasih banyak telah membantuku memapah tubuh bosku ini. Kalau begitu kami pulang dulu" ucap sekretaris Alvaro sambil tersenyum ramah lalu masuk ke dalam mobilnya.

Setelah melihat kepergian mobil sekretaris Alvaro, Eros pun kembali masuk ke dalam klub malam itu. Kerasnya alunan musik DJ membuat semakin banyak pengunjung di dalam klub malam ini semakin bersemangat melompat-lompat mengikuti irama musik dari sang DJ dan banyak dari mereka bahkan sudah tenggelam dalam dunia mereka sendiri.

"Ayo kita ke lantai dansa!" ajak Elliot sambil mengedarkan pandangannya pada kumpulan orang-orang yang menari di lantai dansa.

"Kalian pergilah! Aku duduk di bar saja" ucap Eros kepada kedua sahabatnya.

"Kau yakin kau tidak mau ikut Eros?Ayolah, tidak ada salahnya jika kau bersenang-senang untuk malam ini saja bukan?" ucap Elliot sambil membujuk sahabatnya itu.

Walaupun Elliot tau bujukannya seperti biasa pasti akan ditolak oleh Eros tapi tetap saja sebagai sahabat pria itu, Elliot ingin Eros menemukan kebahagiaannya karena sejak sahabatnya mengetahui berita menghilangnya cinta pertamanya Gemma, sahabatnya itu sudah tidak pernah mempunyai hubungan serius dengan wanita manapun.

Meskipun banyak wanita masih mengejarnya sampai sekarang tapi tetap saja tidak ada seorang wanita pun yang sanggup menarik perhatian sahabatnya itu.

"Iya aku yakin! Kalian bersenang-senanglah!" ucap Eros sambil menepuk pelan bahu kedua sahabatnya lalu pergi menuju ke arah bar.

Saat Eros sedang duduk dan menunggu minuman yang dipesannya di bar, tiba-tiba saja matanya menangkap sosok seorang wanita cantik yang sedang duduk sendirian disampingnya.

Karena merasa ditatapi, wanita itu pun melirik sekilas ke-arah Eros, setelah itu ia membuang muka lalu kembali meminum vodkanya.

Untuk sesaat Eros hanya bisa terpaku melihat wajah wanita disampingnya. Bagaimana tidak? Wanita itu memiliki struktur wajah yang hampir mirip dengan cinta pertamanya yakni mata besar, hidung kecil, bulu mata lentik, rambut lurus dan postur tubuh kecil seperti Gemmanya.

Hal yang membuat Eros yakin wanita disampingnya bukanlah Gemmanya adalah wanita ini memiliki warna mata dan rambut yang beda dengan wanita yang dicintainya.

Dia memiliki mata berwarna coklat serta memiliki rambut sebahu berwarna blonde gelap sedangkan cinta pertamanya memiliki rambut berwarna cokelat kastanye gelap dan mata indah berwarna hijau dengan percikan warna hazel di dalamnya, mata yang paling disukai dan dirindukan oleh Eros.

"Gemma D'Angelo" itulah nama cinta pertama Eros sekaligus sahabatnya. "Entah dimana dia sekarang" pikir Eros dengan raut wajah sedihnya.

"Apakah Gemmanya masih hidup?"

"Jika iya, Bagaimana keadaannya? Apakah wanita itu baik-baik saja? Jika iya, kenapa dia tidak kembali kesisi Eros? Apa telah terjadi sesuatu sehingga Gemma tidak bisa menemuinya?"

"Kau ada dimana amore mio [my love]?" Eros hanya bisa menghela nafas beratnya saat memikirkan semua pertanyaan yang belum bisa dijawabnya itu.

"Dimanapun kau berada, kuharap kau masih hidup Gemma! Mi manchi tanto [aku sangat merindukanmu]" ucap Eros dalam hatinya.

~•~

[Iris: 22 tahun]

[Klub Malam Venice, Italy]

Disaat yang bersamaan seorang model muda sedang melepas semua kesedihan dan kekesalannya dengan meminum berbagai jenis vodka yang sengaja dipesannya.

Tujuannya tentu saja untuk menghilangkan rasa sakit hati akibat dirinya yang diselingkuhi oleh mantan pacarnya.

Iris Bellucci, itulah namaku! Aku adalah seorang model muda yang baru memasuki dunia modelling. Sejak Ibuku meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, aku hanya bisa membanting tulang untuk menafkahi diriku sendiri.

Berbagai pekerjaan sudah aku lakukan dari menjadi part-timer di restoran, 7-11, family-mart, supermarket, perpustakaan, jadi penerjemah hingga kerja di pabrik pun uda pernah kulakukan.

Pasti banyak yang bertanya dimana Ayahku bukan? Sejujurnya aku juga baru tahu siapa Ayahku tapi sayangnya Ayah kandungku tidak mengenalku atau lebih tepatnya dia tidak mengetahui adanya keberadaanku di dunia ini.

Dulu waktu umurku masih belia, aku sering bertanya pada Ibuku tentang siapa Ayahku? Dimana dia? Kenapa Ayah tidak pulang mencari kita?

Waktu itu, aku yang masih kecil masih belum mengerti kenapa Ibuku selalu menangis ketika aku bertanya tentang sosok Ayahku tapi seiring berjalannya waktu, aku menyadari satu hal, segala sesuatu yang menyangkut tentang Ayahku akan membuat Ibuku sedih jadi sejak umurku menginjak 6 tahun, aku memutuskan untuk tidak lagi mengungkit tentang Ayahku.

Saat itu, aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin Ayahku memang tidak menginginkan kami lagi sehingga dia tidak pernah pulang melihat kami tapi semua kesimpulanku ternyata tidak sepenuhnya benar.

Saat Ibuku sekarat di rumah sakit, Ibuku akhirnya memberitahuku kebenaran yang selama ini ingin kudengar.

Kata Ibuku, Ayahku adalah sahabatnya saat dia masih tinggal di Milan. Awalnya hubungan mereka hanyalah sebatas sahabat tapi sejak mereka menginjak umur remaja, mereka menyadari bahwa ternyata mereka saling mencintai dan kisah cinta mereka pun dimulai dari sejak hari itu.

Saat mereka berumur 17 tahun, mereka terpaksa menjalin hubungan LDR karena waktu itu Ayahku mendapat beasiswa kuliah di MIT (US) sedangkan Ibuku mendapat beasiswa kuliah di Milan.

Walaupun LDR tapi hubungan mereka tetaplah sangat romantis, setiap ada liburan mereka pasti akan bertemu dan meluapkan kerinduan mereka pada satu sama lain. Sayangnya hubungan mereka harus kandas ketika Ayahku memutuskan untuk menikah dengan wanita lain untuk menyelamatkan bisnis keluarganya.

Ibuku yang tidak sanggup melihat pernikahan itu pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan memulai hidup baru di kota lain yang tak lain adalah kota kelahiranku, kota Venice.

Hal yang tidak disangka Ibuku ketika ia meninggalkan masa lalunya adalah hadirnya diriku di dalam rahimnya. Karena Ibuku tidak mau merusak pernikahan Ayahku, dia akhirnya memutuskan untuk menyimpan rahasia ini dari Ayahku dan membesarkanku seorang diri.

Kata-kata terakhir yang dikatakan Ibuku padaku adalah Dia menyayangiku dan meminta maaf telah memisahkanku dengan Ayah kandungku. Ibuku menyuruhku untuk mencari Ayahku di Milan, Ayahku bernama Antonio dan bermarga Bellucci seperti margaku.

Beberapa bulan setelah Ibuku tiada, aku sempat pergi ke Milan untuk mencari Ayahku dengan berbekal alamat yang dituliskan Ibuku padaku. Sejujurnya aku sedikit terkejut melihat rumah besar (mansion mega) yang dimiliki Ayahku, ternyata Ayahku adalah orang kaya.

Disaat aku memantapkan hati dan ingin menghampiri Ayahku, disaat yang sama jugalah aku melihat Ayahku tertawa bahagia bersama keluarganya. Mereka terlihat sangat bahagia dan seketika itu juga keraguan mulai muncul dalam hati dan benakku.

"Apakah aku sanggup merusak keluarga harmonis tersebut dengan hadirnya hidupku (orang asing) di dalam keluarga mereka?"

Jawabannya tentu saja tidak! Dengan perasaan sedih, aku pun kembali ke Venice dan melanjutkan hidupku disana hingga pada saat umurku yang ke-20 hidupku mulai berubah lebih baik, aku tidak perlu membanting tulang dengan kerja part-time di beberapa tempat hanya untuk membayar uang kontrakan, biaya sekolah dan biaya sehari-hari.

Saat itu aku mengambil jurusan fashion dan bekerja part-time sebagai make-up artist untuk beberapa model terkenal di dunia. Berkat umurku yang masih muda dan paras cantik yang diturunkan oleh Ibuku, aku diberi kesempatan untuk mengikuti audisi modeling yang diadakan majalah Elle di Venice.

Harus kuakui dunia Modeling itu tidak segampang kelihatannya. Walaupun cuma berpose beberapa gaya tapi untuk menjadi model yang diakui dunia, kau harus berkorban banyak, salah satunya adalah kehidupan privasimu.

Sebagai seorang model, semua tingkah lakumu akan diperhatikan publik dan disorot wartawan ke media sosial mulai dari pakaianmu, gayamu, mimik mukamu, kehidupan pribadimu hingga makanan yang dimakan pun tidak boleh sembarangan makan atau kau akan merusak tubuh idealmu itu yang tak lain adalah salah satu aset paling berharga untuk seorang model.

Audisi yang kuikuti itu ternyata berhasil mengubah hidupku karena aku terpilih menjadi salah satu model untuk majalah Elle. Selama beberapa tahun ini, aku dan beberapa teman modellingku dilatih oleh beberapa guru dari berbagai belahan dunia, melakukan berbagai pemotretan dan fashion show untuk designer dalam negeri hingga designer terkenal dunia.

Di usiaku yang ke-22 ini, aku termasuk salah satu model yang terkenal di Italy dan aku mempunyai seorang kekasih pemain sepakbola yang sekarang sudah berstatus sebagai mantanku ketika aku melihatnya berselingkuh di belakangku dengan model majalah lain dan disinilah aku sekarang duduk di bar di klub malam Venice dengan meneguk bergelas-gelas vodka untuk menghilangkan rasa sakit hatiku.

Ketika aku merasa ada seseorang yang menatapku, aku pun melirik sebentar kearah orang tersebut yang ternyata adalah seorang pria tampan dengan jaket kulit yang membungkus tubuh perfectnya. Harus kuakui dia adalah pria tertampan yang pernah kutemui tapi dengan kondisiku yang baru putus cinta, aku tidak terlalu tertarik dengan siapapun untuk saat ini.

~•~

[Eros: 27 tahun; Iris: 22 tahun]

[Klub Malam Venice, Italy]

Awalnya Iris pikir pria disampingnya itu akan mengodanya atau paling tidak mengajaknya bicara tapi ternyata pria itu hanya duduk disampingnya dengan pikirannya sendiri. Karena merasa penasaran akhirnya Iris yang memulai percakapan diantara mereka.

"Hei Mr, apa kau juga sedang patah hati?" tanya Iris sambil melihat kearah Eros.

"Ya bisa dibilang begitu" ucap Eros singkat.

"Kita memiliki nasib yang sama Mr! Kau tau hari ini aku melihat pacarku bermesraan dengan wanita lain. Kenapa? Kenapa dia harus berselingkuh dengan teman modelku?" tanya Iris dengan suara putus asanya.

"Kau sangat beruntung!" ucap pria itu sambil meminum vodkanya.

"Beruntung karena masih bisa melihatnya walaupun dia menyakitimu sedangkan aku hanya bisa menebak-nebak apakah wanita yang kucintai masih hidup atau..." ucap Eros dalam hatinya.

"Beruntung???"

"Apa pria ini sudah gila? Apanya yang beruntung jika aku diputusin oleh pria yang kucintai?" tanya Iris dalam hati.

"Iya, kau sangat beruntung karena kau mengetahuinya saat kalian masih belum menikah. Bayangkan saja jika kalian sudah menikah dan sudah mempunyai anak, kau baru mengetahui fakta dia berselingkuh dibelakangmu pasti kau akan merasa lebih tersakiti lagi. At least, sekarang kau masih bisa mencari pria yang lebih baik dari pria brengsek itu!" ucap Eros sambil menatap wanita disampingnya.

Untuk sesaat Iris hanya bisa menatap pria disampingnya sambil tenggelam dalam pikirannya sendiri. Apa yang dikatakan pria itu memang ada benarnya! Paling tidak aku tidak akan menjadi janda yang ditinggal suamiku bukan?

"Kau benar! Pria brengsek sepertinya tidak patut mendapat air mata berhargaku! Lagipula di luar sana masih banyak pria yang mungkin jauh lebih baik darinya! Grazie [Terima Kasih] Mr....??"

"..." Eros hanya bisa mematung melihat mata wanita disampingnya.

"Hello Mr...?" ucap Iris sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka pria itu.

"Huh?" gumam pria itu seakan baru tersadar bahwa Iris sedang menanyakan nama pria itu.

"Ohh namaku Eros. Eros Castiglione" ucap pria itu sambil memperlihatkan senyum tampannya itu.

"Eros" ucap Iris yang mengulang nama pria itu di lidahnya. Seukir senyum muncul di bibirnya "Eros senang berkenalan denganmu! Aku Iris. Iris Bellucci" ucap Iris dengan senyum terbaiknya. Entah kenapa firasatnya mengatakan padanya bahwa pria disampingnya ini akan menjadi salah satu pria penting dalam hidupnya dan biasanya firasatnya selalu akurat.

~•~

avataravatar
Next chapter