11 Part 10

Sambungan Flashback

[Iris: 25 tahun, seminggu setelah bertemu Eros]

Saat pagi menjelang, samar-samar Iris mendengar suara percikan air dari arah kamar mandi. Sesaat kemudian Iris pun membuka matanya, dilihatnyalah langit-langit kamar yang berwarna biru, Iris yang masih setengah sadar pun menegakan tubuhnya dalam posisi duduk dan memegang kepalanya yang masih sedikit pusing.

Saat dia menegakan tubuhnya, selimut yang awalnya menutupi tubuhnya pun melorot kebawah dan mempertampangkan tubuh atasnya yang sudah polos dengan berbagai hiasan kissmark/hickey pada leher dan dadanya. Iris yang menyadari hal itu langsung tersadar dan langsung mengedarkan pandangannya pada sekeliling kamar penthouse mewah yang tidak dikenalnya.

"Ohhh tidakk... ini kamar siapa? Aku ada dimana sekarang? dan siapa yang sedang mandi?" tanyaku dalam hati. Ini jelas-jelas bukan apartemen Eros! Jika ini bukan apartemen pacarku berarti kemarin aku bercinta dengan siapa? tidak mungkin aku bercinta dengan salah satu pria hidung belang dari club bukan? Memikirkannya saja sudah membuat Iris merinding. Saat Iris mendengar suara air yang sudah berhenti, Iris pun tersadar bahwa dia harus segera pergi dari tempat ini sebelum pria hidung belang itu keluar dari kamar mandi dan memaksanya untuk melakukannya lagi dengannya.

Saat mau turun dari ranjang, Iris tiba-tiba merasakan kesakitan pada area kewanitaannya. Dia tau dia bukan seorang virgin lagi tapi kenapa dia masih bisa merasa perih dibawah sana kecuali...Arghh... teriak Iris dalam benaknya. Sebenarnya berapa ronde yang dilakukannya dengan pria itu sehingga membuatnya susah berjalan seperti ini?

"Stop it Iris! Kau bisa memikirkannya nanti" teriak pikirnya dalam benak Iris. Ya betul! I have to save myself first! Aku harus segera keluar dari sini dulu sebelum pria hidung belang itu keluar dari kamar mandi itu.

Walaupun masih perih, dengan cepat Iris pun segera memerintah kakinya untuk mencari dress dan pakaian dalamnya. Tidak butuh waktu lama bagi Iris untuk menemukan dressnya yang tergeletak di dekat pintu kamar mewah ini dan memakai pakaian dalamnya yang ditemukannya diatas lampu samping ranjang tersebut.

Ketika dia melihat dressnya dalam keadaan yang sudah robek dan tidak bisa dipakai lagi, mata Iris pun segera menangkap kemeja putih laki-laki itu yang berada di walk in closet di kamar tersebut dan tanpa pikir panjang dia langsung memakainya.

Untungnya kemeja itu lumayan panjang untuk menutupi setengah pahanya dan ketika Iris sudah mengumpulkan semua barangnya, dia pun langsung menuju pintu keluar dari kamar itu. Tapi sebelum Iris benar-benar keluar dari penthouse mewah ini, Iris melihat ada sebuah jaket tersampir di sofa ruang tamu pria itu.

"Aku ambil ngak ya jaketnya?? Tapi kalau aku cuma memakai kemeja putih tipis ini keluar, semua orang pasti bakal melihat bra hitamku!" ucap Iris pada dirinya.

"Ahhh bodoh amat! Pria itu yang merusak dressku! Lagipula dia kan orang kaya pasti bisa beli jaket baru lagi bukan? Tanpa pikir panjang lagi Iris pun langsung meraih jaket tersebut, memakainya dan langsung keluar dari penthouse laki-laki tersebut.

~•~

[Alvertos pov]

"Sial! Lagi-lagi aku memikirkan tubuh polos wanita itu!" gumpat Alvertos yang sedang diguyur air dingin itu.

Pas Alvertos terbangun tadi, dia merasa ada yang sedang memeluk dirinya dan menindih seperempat tubuhnya. Ketika dia membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah cantik Iris yang sedang terlelap. Tanpa disadarinya senyum langka yang jarang menghiasi muka pria itu pun muncul di wajah tampan tersebut.

Wajah wanita itu hanya beberapa centi dari muka Alvertos dengan tubuh polos atasnya yang menempel tepat di dada Alvertos ditambah dengan kaki jenjang wanita itu yang sudah memeluknya bagaikan bantal guling kesayangannya. Melihat posisi intim mereka membuat Alvertos seketika kembali mengingat aktivitas panas mereka beberapa jam yang lalu.

Harus Alvertos akui, ini pertama kalinya dalam hidup Alvertos untuk bercinta dengan seorang wanita asing yang baru ditemuinya. Alvertos tau dia bukanlah seorang pria baik-baik, dia sering melakukan one night stand dengan wanita-wanita yang datang di clubnya tapi itu tidak berarti dia bercinta dengan mereka. Hubungannya dengan wanita-wanita itu hanyalah sebatas hubungan sex untuk memuaskan hasrat mereka tapi setelah satu ronde it's over dan Alvertos tidak pernah melakukannya dengan wanita yang sama.

Tetapi wanita di dekapnya ini begitu berbeda dengan wanita" one night standnya. Semua hal tentang wanita ini dari namanya, wajah cantiknya, tubuh sexynya, erangannya saat mereka bercinta, sebut saja apapun yang ada pada wanita ini entah kenapa membuatnya tidak pernah bosan dengannya. Yang ada semakin Alvertos mengenal wanita ini semakin pula dirinya tenggelam dalam pesona yang dipancarkan kouklanya ini. Jujur saja Alvertos sendiri juga heran kenapa dirinya bisa sebegitu tertariknya dengan wanita cantik ini.

Melihat tubuh polos Iris yang ada didekapannya membuatnya sangat tergoda untuk bercinta kembali dengan wanita itu, bibir ranum sexynya itu seolah-olah meminta Alvertos untuk kembali melumatnya dan itulah yang Alvertos lakukan.

Pria tampan itu kembali melumat bibir kouklanya itu, memperdalam ciuman mereka selama beberapa menit lalu kembali memberikan kissmark dan gigitan cintanya di leher dan dada wanita itu sedangkan tangannya kembali mengelus lembut punggung, paha dan berakhir meremas pelan bokong wanita itu.

Iris yang masih dialam mimpi pun hanya bisa membalas dan memperdalam ciuman yang diberikan seseorang yang dikiranya Eros dalam mimpinya, mendesah dan mengerang nikmat saat merasakan belaian pada tubuhnya tapi sayangnya mimpi erotis itu tiba-tiba berhenti dan sesaat kemudian mimpi itu hilang dan Iris pun kembali terlelap.

Alvertos yang berusaha menahan dirinya untuk tidak bercinta kembali dengan Iris pun segera melepaskan tubuh wanita itu dari tubuhnya dan berjalan kearah kamar mandi di kamar penthousenya. Dia butuh air dingin untuk meredakan semua gairah yang dirasakannya terhadap wanita itu.

Alvertos tau bahwa kemarin malam dia sudah melakukan beberapa ronde dengan wanita itu, walaupun dia masih belum puas tapi kalau dia bercinta lagi dengan Iris maka bisa-bisa wanita itu bisa dipastikan tidak akan bisa berjalan selama beberapa hari kedepannya. Alvertos masih punya hati nurani, dia tidak ingin melihat wanitanya kesakitan karena dirinya.

Setelah mandi Alvertos pun segera masuk ke walk in closetnya dan keluar dengan busana rapi ala kantor karena pagi ini dia ada meeting dengan clientnya yang di Paris. Pas dia baru keluar dari walk in closet nya, mata Alvertos langsung melihat kasur kingnya yang sudah kosong.

Deg! Seketika itu juga dia merasa panik ketika tidak melihat kouklanya di ranjang mereka. Dengan segera Alvertos melihat sekelilingnya, mencari keberadaan wanita itu dan barang-barangnya di setiap sudut penthousenya tetapi tetap saja tidak ada bayangan wanita itu dimana pun seakan-akan wanita itu tidak pernah bermalam di penthousenya.

Kalau saja bukan kasurnya yang berantakan yang menjadi bukti dari percintaan mereka semalam maka Alvertos pasti sudah mengira bahwa kemarin dan pagi ini hanya halusinasinya sendiri.

"Sial! Cepat sekali wanita itu pergi! Bagaimana aku bisa mencarinya kalau aku sendiri tidak tau nama belakangnya? Aku bahkan belum puas dengan tubuhnya itu!" gumpat Alvertos dengan raut frustasinya.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Alvertos, dia ditinggal duluan oleh one night standnya, padahal biasanya dia yang duluan meninggalkan mereka. Ya ini juga pertama kalinya seorang Alvertos membawa wanita bermalam di penthousenya, biasanya dia hanya melakukannya di kamar vvip di dalam klubnya. Tidak lebih!

"Tunggu aku koukla! Aku akan menemukanmu dan pada saat itu, tubuh dan ragamu hanya milikku seorang Iris! " ucap Alvertos dengan tekad barunya.

~•~

[Iris pov]

[3 minggu setelah kejadian di klub malam itu]

"Ya ampun... apa yang sudah kulakukan?" ucap Iris syok sambil menatap nanar kedua testpack yang menunjukkan 2 garis merah jambu itu. Dia tidak menyangka bahwa dia akan hamil dan yang Iris takutkan adalah bagaimana jika anak yang sedang dikandungnya bukan anak Eros melainkan anak Vertos??

Ya Iris sudah mengingat semuanya, dia mengingat semua moment percintaan panas mereka di penthouse pria itu. Walaupun ada memory yang samar tapi tetap saja dia masih ingat dirinya yang sangat menikmati setiap sentuhan dan lumatan dari pria itu. Iris bahkan masih bisa merasakan beberapa moment saat Vertos menyemprotkan cairan hangatnya ke dalam miliknya! Sudah pasti pria itu tidak memakai pengaman! Arghh!

"Bagaimana dia bisa sebodoh itu?" Parahnya lagi, Iris bahkan lupa meminum pil anti hamil! Dia yang kemarin tiba-tiba sadar bahwa menstruasinya yang telat dan hal-hal aneh yang terjadi padanya seminggu belakangan ini akhirnya memberanikan diri untuk membeli beberapa testpack.

Tetapi ada kemungkinan juga bukan kalau janin ini adalah anaknya Eros? Sebulan yang lalu, Iris memang sempat melakukan beberapa kali dengan Eros tepatnya seminggu sebelum dia tidak sengaja menghianati Eros dan melakukannya dengan Vertos.

Eros memang selalu memakai pengaman saat bercinta dengannya, tapi tidak ada yang tidak mungkin bukan? Iris hanya berharap bahwa ini adalah anaknya Eros. Dia tidak mau hubungannya dengan Eros sampai hancur dan kandas hanya karena malam ternikmat sekaligus terkutuk itu. Bagaimana pun juga dia sangat mencintai Eros!

"Arghhh...aku bisa gila kalau terus begini" ucap Iris frustasi. Untuk memastikan anak siapa ini, Iris bakal ke rumah sakit dan mengecek kandungannya. Sayangnya setelah menerima hasil pemeriksaannya, dokter mengatakan bahwa Iris memang sedang hamil, usia kehamilannya baru 1 minggu dan sudah dipastikan janin yang sekarang tumbuh di perut Iris itu adalah anaknya Vertos karena dokter kandungannya sendiri yang bilang bahwa pembuahan terjadi 14 hari yang lalu, malam dimana dia menyerahkan tubuhnya pada Vertos.

Seminggu sudah Iris meratapi nasibnya, dia bahkan tidak tau harus bagaimana mengumumkan kabar ini pada Eros. Kekasihnya itu pasti akan sangat sangat kecewa padanya, minggu ini adalah minggu dimana Iris akan bertemu Eros. Itu berarti siap atau tidak Iris harus jujur kepada Eros dan ia akan menghargai semua keputusan kekasihnya itu.

Jika kekasihnya itu memilih untuk mengakhiri hubungan mereka maka Iris juga sudah pasrah karena ia tau tidak akan ada laki-laki yang bakal menikahi seorang wanita yang sedang hamil anak orang lain kecuali laki-laki tersebut sangat mencintai wanita itu atau terpaksa menikahinya. Kalau Eros mau menerima Iris dan bayinya maka Iris akan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.

Tapi jauh dilubuh hati Iris, wanita itu tau walau kekasihnya itu masih belum sepenuhnya menyerahkan hatinya pada Iris tapi satu hal yang Iris yakini adalah Eros sangat peduli padanya dan setelah sekian lama menjadi sahabat pria itu, Iris sudah hafal betul sifat Eros, pria itu akan rela mengakui bayi di dalam kandungannya, menikahi Iris demi menjaga reputasi wanita itu dan hubungan persahabatan mereka. Hanya saja apakah Iris tega melihat Eros harus membohongi semua keluarganya tentang bayi yang dikandungnya demi menjaga reputasi Iris?

Selain memikirkan Eros, Iris juga sempat memikirkan Vertos. Bagaimanapun juga janin di dalam rahimnya adalah anak kandung pria itu, pria itu juga berhak tau tentang keberadaan anak ini bukan? Dengan tekad baru siang itu Iris kembali mengunjungi penthouse pria itu.

Saat dia mau mengetuk penthouse pria itu, Iris melihat pintu penthouse pria itu yang dalam keadaan setengah terbuka, tanpa pikir panjang Iris pun perlahan masuk ke dalam penthouse tersebut dan sewaktu Iris mau melewati ruang tamu pria tersebut, Iris melihat Vertos yang sudah bertelanjang dada dan sedang melumat dada seorang wanita yang hanya dalam kondisi memakai celana dalamnya.

Mereka melakukannya di sofa ruang tamu dan tidak sadar bahwa ada Iris yang sedang memperhatikan mereka. Suara desahan erotis wanita itu pun terdengar memekik sampai seluruh ruangan, Iris yang mendengar desahan itu pun seketika merasakan pipinya memanas.

Dengan cepat dan perlahan Iris mengeluarkan amplop dari tas jingjingnya, menuliskan dan menempelkan sesuatu dengan stiker note miliknya lalu meletakkannya di meja makan penthouse pria tersebut. Setelah itu dia langsung mingat dari sana dan melanjutkan aktivitasnya yang lain.

Setelah membeli kue favoritnya, Iris pun berjalan-jalan sepoi di tepi sungai Seine. Pikirannya kembali pada masalahnya dengan Eros dan Vertos. Jika dilihat dari kejadian barusan yang dilihatnya di penthouse Vertos, kemungkinan besar pria itu masih ingin bersenang-senang dengan hidupnya bukan? Tapi ada kemungkinan lain juga seperti Vertos yang mau mengakui anaknya dan bertanggung jawab atas hidup Iris dan bayinya? Lalu bagaimana hubungannya dengan Eros jika Vertos memutuskan untuk bertanggung jawab dengan menikahinya? Siapakah yang akan dipilih Iris? Bagaimana pula jika keduanya tidak mengakui anak ini? Apakah Iris sanggup membesarkan anaknya sendiri?

Belum sempat Iris menjawab semua jawaban atas pertanyaannya tiba-tiba saja ada seseorang yang mendorong tubuhnya dengan sangat kuat sehingga tubuh Iris pun oleng dan hal terakhir yang didengarnya sebelum terjatuh ke dalam air dingin di sungai seine tersebut adalah suara teriakan dirinya dan teriakan orang-orang disekitarnya.

Iris yang tidak bisa berenang pun berusaha meronta-ronta tetapi dikarenakan air sungai yang terlalu dingin dan banyaknya air sungai yang ditelannya membuat tubuh Iris pun lama kelamaan berubah menjadi lemas. "Tolong bayiku" ucap Iris dalam hatinya sebelum kehilangan kesadarannya dan hanyut di dalam sungai yang dingin itu.

~•~

•••MATURE CONTENT 18+•••

Cerita selanjutnya ada sedikit mengandung konten dewasa!!! Harap bijak dalam membacanya dan tidak dianjurkan untuk anak dibawah umur 🔞

.

.

.

[Alvertos pov]

Sudah 3 minggu Alvertos tidak bertemu dengan wanita yang tiap hari menghantui aktivitasnya itu dan tidak bisa dipungkirinya bahwa Alvertos sangat merindukan wanitanya itu.

Segala macam cara sudah dilakukan Alvertos untuk hidup normal seperti malam sebelum dia bertemu Iris tetapi semuanya sia-sia saja. Dia tetap tidak bisa menyingkirkan wanita itu dalam benaknya.

Semua yang dipikirkannya hanya tentang Irisnya dari wajahnya yang cantik, bodynya yang sexy, suara merdunya ketika bercinta, sentuhannya, bibir ranumnya,..., sampai penthousenya pun mengingatkannya pada wanita itu. Dia kesal pada detektifnya yang sampai saat ini belum memberinya kabar apapun tentang wanitanya itu!

Saat dia sedang duduk dan minum di klub malamnya itu, seorang wanita sexy tiba-tiba menghampirinya, memperkenalkan dirinya sebagai Carla dan tanpa aba-aba langsung duduk di pangkuan Alvertos.

Alvertos yang melihatnya pun hanya menyesap martininya pelan. Tak berapa lama kemudian Carla menjauhkan gelas martini Alvertos lalu menarik kepala pria itu dan mendekatkannya pada bibir wanita tersebut. Carla melumat bibirnya sambil mengodanya, Alvertos yang sudah lama tidak tergoda pun akhirnya membalas lumatan wanita itu. Biarkanlah dia bersenang-senang untuk hari ini, besok dia akan pastikan bahwa detektifnya sudah membawa semua kabar tentang wanitanya!

Lagipula wanita dipangkuannya ini hanya memberikannya sedikit kenikmatan, sama sekali tidak sebanding dengan kenikmatan yang dirasakannya dari wanitanya itu. Alvertos hanya perlu membayangkan seolah-olah Carla itu adalah Irisnya. Alvertos terus melumat bibir Carla dengan intens seolah-olah dia sedang melumat bibir Irisnya, lama kelamaan lumatannya semakin panas.

Alvertos pun membawa Carla dan berjalan ke arah penthousenya, dalam perjalanan kesana di dalam lift Carla kembali melumat bibir Alvertos, Carla yang sudah pro langsung melingkarkan tangannya di leher Alvertos dan melingkarkan kakinya di pinggang pria itu.

Sesampainya di ruang tamu penthousenya, Alvertos menjatuhkan tubuh Carla di sofanya, sambil terus melumat bibir Carla, tangan Alvertos sudah turun meraba punggung dan perut Carla, dibukanya cepat dress sexy Carla dan dibuangnya sembarangan. Ternyata wanita itu tidak memakai bra sama sekali sehingga kedua buah gundukan besar itu pun langsung terpangpang jelas dimata Alvertos.

Kesempatan emas itu langsung diambil Alvertos dengan meraba puting Carla, meremasnya erat dan kembali memberikan kecupan-kecupan kecil di leher Carla. Carla hanya mendesah panjang dan menggunakan kesempatan itu untuk semakin menggesekkan area kewanitaannya pada milik pria tampan itu.

Alvertos berusaha menikmati tubuh Carla tetapi yang dipikirkannya saat ini malah puting sexy Irisnya dan dengan sabar dia menyercap puting Carla, melumatnya dan mengigitnya. Tangannya pun menangkup dada Carla, tapi lagi-lagi dia membandingkannya dengan dada besar Iris yang sangat kenyal dan penuh ditangannya sedangkan punya Carla terlihat seperti sangat palsu dan buatan.

Carla kembali mendesah dengan suara sexynya. Ingin sekali Alvertos mendengar desahan dari Irisnya tapi yang sekarang di dengarnya sekarang malah desahan Carla yang terlalu dibuat-buat. Sangat menjijikan!

Carla yang masih mencium leher Alvertos pun memberanikan diri untuk membuka jeans Alvertos, hanya saja semua gerakannya terhenti ketika pria itu menggenggam tangannya, menyentaknya kasar dan tiba-tiba menyuruhnya pergi dari penthousenya. Carla yang diusir hanya bisa marah-marah tak jelas dan akhirnya turun ke klub malam itu untuk mencari mangsa barunya.

"Apa yang baru kulakukan?" pikir Alvertos sambil tertawa kecil. Seorang Alvertos menolak seorang wanita sexy?? Yang benar saja...sejak kapan playboy sepertiku menolak yang namanya wanita?... tentu saja jawabannya sejak bertemu dengan wanitanya. Irisku. 'IRIS' nama dan wanita yang selalu tergiang-giang dalam benak lelaki ini selama 3 minggu belakangan ini. "Aku akan mendapatkanmu" tekadnya dalam hati.

Alvertos membuka lemari esnya dan mengeluarkan air mineral dingin dari sana lalu diteguknya setengah dari minuman itu untuk membersihkan mulutnya dari sisa-sisa lumatan Carla. Saat dia hendak berjalan ke arah kamarnya, matanya menangkap sebuah amplop yang diatasnya ditempel selembar stiker note. Alvertos pun mengambilnya lalu membaca isi dari stiker note tersebut:

Hi Vertos,

Aku Iris, aku tidak tau kau masih ingat padaku atau sudah melupakanku, 3 minggu yang lalu aku pernah bermalam di penthousemu. Maaf kalau tadi aku lancang masuk ke penthousemu, pintu penthousemu terbuka jadi kupikir aku bisa menemukanmu di dalam dan aku memang menemukanmu hanya saja saat itu kau sedang sibuk di ruang tamumu jadi kuputuskan untuk tidak mengganggumu dan meninggalkan amplop ini di meja makanmu.

Aku tidak tau kau bakal menerimanya atau tidak, aku hanya ingin memberitahumu karena kupikir kau berhak tau soal ini. Kau juga tidak usah merasa terbebani oleh berita ini, kau tenang saja aku tidak akan menyuruhmu untuk bertanggung jawab.

Jika kau tidak mau berurusan dengan hidupnya, lupakan saja aku pernah memberimu amplop ini! Jika kau berubah pikiran dan mau menjadi bagian dari hidupnya maka kau boleh hubungi nomor ini Xxxxx.

-Iris-

Saat Alvertos membaca isi note itu jantungnya seakan jatuh ke lantai ketika dia membaca kalimat bahwa tadi Irisnya kesini dan melihatnya sedang melakukan hal itu pada Carla! Damn! Kenapa waktunya pas banget? Sekarang Irisnya pasti berpikir yang enggak-enggak tentangnya atau lebih parahnya lagi Irisnya berpikir bahwa Alvertos hanya menganggap Iris sebagai one night standnya dan tidak lebih! Oh noo..

Kalimat selanjutnya membuat Alvertos bertanya-tanya pada dirinya. Menerima? Menerima apa? Tanggung jawab tentang apa? Setelah memikirkannya lagi akhirnya Alvertos mengambil kesimpulan "Apakah Iris sedang hamil? Apakah malam itu mereka menciptakan sesuatu? Iris sedang hamil anaknya? Darah daging Alvertos?" Dengan gugup Alvertos langsung membuka dan mengeluarkan amplop yang diberikan Iris.

Di dalam sana terdapat kertas pernyataan dari dokter kandungan yang menyatakan bahwa keadaan Iris dan janinnya, usia kandungannya,...,dll. Kemudian Alvertos juga mengeluarkan 2 buah benda panjang, matanya langsung melebar ketika melihat satu buah testpack yang menunjukkan dua garis dan satunya memperlihatkan kata pregnant di alat tersebut.

Untuk sesaat Alvertos merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskannya saat melihat testpack tersebut, Irisnya sedang mengandung bayi mereka! Anak pertama mereka dan dia bakal menjadi seorang Ayah! Tapi kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian detektifnya meneleponnya dan memberitahukan kabar terburuk dalam hidupnya.

Kabar yang memberitahukan bahwa Irisnya di dorong seorang pencopet sehingga membuat wanitanya tercebur ke dalam sungai seine yang dingin itu dan besar kemungkinannya bahwa Irisnya sudah tenggelam karena dalam data yang dikumpulkan detektifnya wanita itu tidak bisa berenang sama sekali.

"Deg! Tidak! Itu tidak mungkin! Irisku! Calon anakku!" ucap Alvertos pelan sambil menggeleng kepalanya tidak percaya dengan kabar buruk itu. Tanpa pria itu sadari, air mata pun mulai mengalir di pipinya, pria itu hanya bisa berdoa kepada Tuhan supaya Iris dan anaknya segera ditemukan dalam keadaan masih hidup.

Dikerahkannya semua orang suruhannya untuk menemukan wanitanya. Mau itu dalam keadaan hidup ataupun mati kouklaku harus ditemukan!

Siapapun pencopet itu akan Alvertos pastikan dia tidak akan memiliki hidup yang tenang setelah apa yang diperbuatnya pada kouklanya dan keturunan pertama keluarga Dimitriou! Tidak ada yang boleh menyakiti keluarganya! Apalagi calon istrinya dan calon anaknya!

~•~

avataravatar
Next chapter