1 Mimpi

"Sini! Jangan ke situ! Ada tante jelek mau ke arah kamu!" teriak gadis kecil berumur 10 tahun kepada seorang pria kecil yang sebaya dengannya yang sedang berlari sembari ketawa menjauhi gadis kecil itu.

"Mana? Ga ada tuh," ejek pria kecil itu sembari berlari ke arah jalan Raya.

Mereka berdua sedang berada di taman komplek rumah mereka. Mereka sedang bermain kejar-kejaran.

"Tante Jelek! Jangan ganggu dia!" tunjuk gadis kecil itu ke arah pria kecil yang sedang berlari.

"Itu, awas!!! Kamu di dorong!!" teriak gadis kecil itu sembari menutup kedua matanya.

BRAK!!!

"Hiks, mimpi itu lagi," ucap seorang wanita sembari bangun dari ranjangnya.

Dia adalah Thalia, gadis kecil yang sekarang sudah beranjak dewasa. Gadis yang bisa melihat apa yang manusia pada umumnya ga bisa lihat.

Hari ini hari pertama ia masuk SMA, hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Ia pun bersiap memakai seragam sekolahnya.

"Hai!" sapa seseorang di belakang Thalia.

"Astagfirullah, heh lo kalau jadi setan ga usah ngagetin! Mau gue hempas lo ha?!" ucap Thalia sembari mengelus dadanya.

Yang mengagetkan dia adalah hantu yang sudah menemani dia dari kecil, hantu cewek yang sekarang telah menjadi teman Thalia. Thalia berasal dari keluarga yang peka dengan sesuatu yang tak nampak oleh mata.

"Maaf hehe, by the way aku ikut ya ke sekolah kamu," ucapnya.

"Terserah deh," jawab Thalia cuek. Thalia dari kecil tidak pernah memiliki teman nyata, ia hanya di kelilingi oleh hantu, ia sering di bilang aneh oleh teman-temannya.

Untungnya Thalia orangnya cuek bebek jadi ia ga peduli tuh omongan netijen.

"Sean udah maafin kamu?" tanya Riri, Riri adalah nama hantu itu.

"Boro-boro maafin, lihat gue aja dia buang muka, yaudah sih lupain aja bikin sakit ati tau ga, kalau ingat itu," jawab Thalia sewot setengah mati.

"Huh, padahal kamu ga salah," jawab Riri.

"Yaudah sih santai aja, intinya hari ini gue mau ke sekolah," ucap Thalia dengan gembira.

Thalia pun keluar dari kamarnya dengan keadaan yang sudah rapi, ia pun berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Kamu yakin mau ngajak Riri ke sekolah?" tanya Mama Thalia.

"Sebenarnya sih Thalia ga ngajak, dianya aja yang mau ikut," jawab Thalia.

"Yaudah, Riri jagain Thalia di sekolahnya ya! jangan sampai dia di bully kayak dulu," ucap Papa Thalia sembari menatap anak semata wayangnya itu.

"Oke, aku akan jaga Thalia," jawab Riri.

Thalia pun menyalimi kedua tangan orang tuanya, dan lekas berangkat ke sekolah. Thalia sengaja tidak mengikuti mos, ia malas berbaur dengan orang-orang baru yang tidak ia kenal.

Sesampainya di sekolah tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Lantas Thalia pun membalikkan badannya. Ia melihat seorang wanita memakai hijab dan berseragam sama sepertinya sedang menatapnya dengan tatapan yang sepertinya bisa diartikan dengan takut mungkin. Thalia bisa lihat kalau sepertinya ia bukan hantu melainkan siswa baru sama sepertinya.

"Ada apa?" tanya Thalia menaikan sebelah alisnya.

"Lo di ikuti hantu," ucapnya berbisik sembari menunjuk Riri yang tepat berada di samping Thalia.

"Lo bisa lihat hantu?" tanya Thalia. cewek itu pun mengangguk.

"Lo lihat dia? Dia namanya Riri," tambah Thalia membuat wanita itu terkejut.

"L-lo? bisa lihat juga? Pantas aja gue ngerasakan aura yang ga asing dari lo," jawab wanita itu tak percaya.

"Ga usah lebay kali, gue duluan ya!" ucap Thalia tak mau berlama-lama disana. Soalnya banyak yang memperhatikan mereka berdua, sepertinya aura Thalia dan cewek itu sangat kuat buat mendatangkan makhluk seperti Riri.

Thalia pun memasuki kelas yang sudah di tentukan. Dan ternyata dikelas itu ada juga Sean di dalamnya sedang duduk memandang keluar jendela.

Thalia sempat bingung, aura apa yang dimiliki Sean sehingga banyak sekali hantu yang ingin mencelakainya?

Dan tante jelek itu sampai sekarang masih menempel dengan nya. Ah bodoamat lah sama Sean pikir Thalia.

Ia pun mencari tempat duduk yang sangat jauh dari Sean, ia malas berurusan dengan Sean dan hantu-hantu yang menempel pada Sean.

"Tha, Aku takut," ucap Riri tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Mereka ngeliatin Aku," jawab Riri menunjuk ke arah Sean berada, dan ternyata hantu yang menempel di Sean menatap Riri dengan tajam.

"Kalau takut lo pulang aja, gue gapapa kok," jawab Thalia, Riri pun langsung menghilang.

"Lo ngomong sama siapa?" tanya Wanita yang berada di depan Thalia. Thalia hanya menatapnya sebentar lalu menundukkan kepalanya di kedua lipatan tangannya.

Ia sangat malas menjawab pertanyaan wanita itu, jikapun ia membalasnya pasti wanita itu akan menyebutnya orang aneh sama seperti semua orang yang mengetahuinya.

"Eh ketemu lagi," celetuk wanita yang mengetuk pelan meja Thalia.

Thalia pun mendongak dan ternyata wanita berhijab yang ia ketemu di gerbang tadi sedang berada di depannya dan tersenyum kepadanya.

"Kenalin nama gue Fina," ucapnya, Thalia pun menyebutkan namanya.

"Loh, teman lo tadi mana?" tanyanya lagi.

"Pulang."

"Oh, gue bolehkan duduk disini?" tanyanya lagi dan Thalia mengangguk.

Thalia yang tadinya senang sekarang menjadi bosan, karena ia sekelas dengan Sean manusia yang sangat bodoh menurut Thalia.

"Em Tha, lo lihat ga cowok sana, kok banyak yang nempelin dia ya?" tanya Fina.

Thalia pun menatap Fina, "gue ga tau dan ga peduli," jawab Thalia. Fina yang mendengar jawaban Thalia hanya mengangguk paham, mungkin sifat Thalia memang seperti ini dengan orang baru.

Tak lama guru pun masuk kedalam kelas mereka, dan memulai pelajaran.

****

Bel tanda istirahat pun berbunyi, tiba-tiba ada anak cewek, memakai kacamata dan berponi datang menghampiri Thalia dan Fina.

"Lo berdua Indigo?" tanya Cewek itu.

"Ga gue manusia," jawab Thalia asal.

"Hehe sorry, lo kok tau?" jawab Fina.

"Asal nebak aja, soalnya gue tuh bisa ngerasain yang kayak gitu," balas Cewek itu.

Thalia hanya berdehem, ia berpikir ternyata bukan hanya dia yang berbeda ternyata ada juga orang yang sepertinya.

"Em kenalin nama gue Fina, dan dia Thalia," ucap Fina.

"Gue Raya," jawabnya.

"Mau ke kantin bareng ga?" Tawar Raya. Fina pun mengangguk dan menarik tangan Thalia agar mengikuti mereka ke Kantin.

Sebenarnya Thalia pengen keliling sekolah ini tapi Fina sudah duluan menarik tangannya untuk pergi ke kantin bersamanya.

Ternyata di kantin banyak sekali hantu, ada yang sedang menumpahkan air liurnya ke dalam mangkok bakso dan makanan lainnya.

Thalia hanya terkekeh ringan, "pelaris ha?" gumamnya. Thalia pun pergi ibu kantin berada. Fina hanya memandang jijik ke arah makanan yang sedang di ludahi oleh hantu-hantu itu.

"Thalia mau kemana?" tanya Raya.

"Ikutin aja," jawab Fina seadanya.

Thalia pun sudah berada di depan pemilik kantin. Ia menatap ibu kantin tersebut lalu tersenyum.

"Bu, ga bosan kah pake ginian?" tanya Thalia membuat ibu itu mengernyit kebingungan.

"Maksudnya apa?"

"Bu gini yah, jujur loh saya jijik makan di kantin ibu," jawab Thalia terkekeh.

PLAK!

Satu tamparan mengenai pipi Thalia, semua penjuru kantin lantas memperhatikan Thalia.

"Maksud kamu apa?! Emang makan saya ada apanya ha! Mau buat saya bangkrut?!" bentak ibu kantin. Membuat Thalia meringis sembari terkekeh ringan.

"Kalau saya ngomong nanti ibu malu loh," jawab Thalia dengan nada yang dibuat-buat.

"Kalau ngomong yang jelas mba!"

"Gini bu, kalau jualan tuh yang halal lah, jangan pake pelaris, kan saya jijik lihatnya masa pocong ngeludahin bakso dia sih," ucap Thalia sembari menunjuk anak cowok yang sedang memakan baksonya dengan lahap.

"Jangan asal ngomong kamu?! mana buktinya?!"

"Oh ibu mau bukti?" Thalia pun berjalan melewati ibu kantin lalu mengambil sesuatu yang berada di dalam kendi yang ada tepat di belakang ibu kantin.

"Nah ini apa?" ucap Thalia memperlihatkan sesuatu yang berada di tangan kanannya.

Seketika semua orang yang berada di kantin memuntahkan makanannya. "bu kalau mau jualan yang halal," ucap Thalia lagi.

"Awas kamu, saya laporkan kepada kepala sekolah," jawab Ibu kantin dengan amarah yang sudah meledak ledak.

"Yasudah sana lapor," balas Thalia lalu pergi keluar dari kantin di ikuti Fina dan Raya.

"Tha lo keren banget!" ucap Raya

"Gila Tha, gue aja ga berani bilang, tapi emang sih ga baik make cara yang kayak gitu," ucap Fina.

"Iya, padahalkan kalau ga pake cari gitu kantinnya juga laris, kan di sekolah kantinnya ga banyak," ucap Thalia.

"Mungkin makanannya yang ga enak kali, jadinya di pakein yang kayak gitu," jawab asal Raya.

"Tapi tha dia mau lapor kepsek, trus lo gimana?" tanya Fina.

"Tenang aja kali, kepsek tuh paman gue," jawab Thalia membuat temannya bertepuk tangan takjub. Thalia memang penuh kejutan.

****

To Be Continue

avataravatar
Next chapter