webnovel

Abang Angkat

Hari ini Thalia ke datangan tamu yang akan tinggal bersamanya, orang itu adalah sepupu Thalia yang bersekolah di sekolah yang sama dengan Thalia karena orang tuanya dengan ada urusan di luar negeri.

"Tha! Bang Vino datang nih!" teriak mama Thalia.

Thalia yang mendengar nama Vino lantas berlari menuju ke sumber suara, dan benar Vino sedang menatapnya sembari tersenyum.

"Hua!! Bang Vino!! Thalia kangen!" ucap Thalia berhamburan kedalam pelukan Vino.

"Bang Vino juga kangen Thalia kok," jawab Vino mengelus lembut rambut adik sepupunya itu. Yah Sepupu yang di maksud adalah Vino anak dari om dan tante Thalia.

"Ma, Thalia masih ngeliat yang seperti dulu?" tanya Vino kepada Mama Thalia, karena Vino dianggap seperti anak sendiri oleh orangtua Thalia, jadi Vino memanggil orang tua Thalia dengan sebutan yang sama seperti Thalia.

"Masih kok, cuma sekarang dia sudah bisa ngelawan kalau diganggu sama yang kayak gitu," jawab Mama Thalia.

Vino tidak seperti Thalia, Vino hanya bisa merasakan keberadaan mereka tanpa bisa melihatnya, berbeda dengan Thalia, ia bisa merasakan dan melihat keberadaan mereka.

"Tha! Sean mana? Biasanya juga dulu dia disini trus, apa pindah rumah yah?" tanya Vino membuat Thalia terkekeh.

"Mana saya tau, saya kan ikan," jawab Thalia asal, dengan refleks Vino langsung menyentil jidat Thalia.

"Eh Ikan, lo yah di tanya serius juga, emangnya masalah lo yang dulu belum selesai?" tanya Vino.

"Belom, dan mungkin ga akan pernah selesai dan sekarang tuh si Sean ga pernah datang ke rumah ini, paling kalau datang ke sini cuma sampai depan pintu rumah doang, jadi lo ga usah nanya-nanya deh ribet tau ga jawabnya," jawab Thalia dengan cemberut.

"Lah kok gitu ikan?"

"Bodoamat bang, ga peduli gue, emang kalau dia ga datang gue ga bakal hidup apa?! Dan gue tuh bukan ikan ih" jawab Thalia kesal.

"Yaudah sih bawel udah lo yang ngaku ikan tadi, ngegas aja trus kayak Ikan," ucap Vino mengacak rambut Thalia lalu kabur. Thalia hanya cemberut dan merapikan rambutnya.

Vino pun menaiki tangga menuju ke lantai dua dan masuk di samping kamar Thalia, itu adalah kamar Vino kamar yang sengaja di buat untuk Vino kalau dia datang berkunjung ke rumah Thalia.

"Tha! Sini nak!" panggil Mama Thalia.

Thalia yang mendengar namanya di panggil lantas menemui mamanya, "Kenapa ma?" tanya Thalia

"Ini kamu bawa ke rumah Sean, kasih Tante Kiya," ucap Mama Thalia memberikan brownis yang sudah ia buat.

"Ih ma ga mau!" rengek Thalia.

"Please.. Kali ini aja yah mama lagi sibuk di dapur nanti kue yang mama bikin gosong," mohon Mama Thalia. Thalia yang tak tega melihat mamanya lantas menghela nafas pasrah, ia pun mengangguk, mengiyakan perintah mamanya.

Thalia pun pergi memanggil Vino terlebih dahulu berniat untuk minta di temani. "Bang," panggil Thalia di depan pintu kamar Vino.

"Apa?" tanya Vino.

"Mau ga?"

"Mau apa?

"Mau dulu ih," paksa Thalia sembari menghentakkan kedua kakinya ke lantai.

"Kok maksa sih?"

"Mau ga bang?"

"Apa dulu?"

"Iya dulu napa bang."

"Yaudah, iya," jawab Vino pasrah.

Thalia pun langsung menarik tangan Vino keluar dari kamarnya dan langsung ke rumah Sean.

"Kenapa ga bilang daritadi kalau mau kesini sih? Bikin ribet aja lo," ucap Vino menoyor kepala Thalia. Thalia hanya terkekeh sembari mengejek Vino. Vino hanya menggeleng kepala melihat tingkah Thalia.

Tak lama pintu rumah Sean pun terbuka dan menunjukkan anak pemilik rumah tersebut dengan wajah datar dan dinginnya yang kayak kulkas dua pintu.

"Mau apa lo?" tanya Sean.

"Tante Kiya mana?" tanya Thalia balik.

"Ngapain lo nyari Bunda gue?"

"Ribet banget sih lo?!" gerutu Thalia lalu menyodorkan brownis yang ia tenteng sedari tadi.

"Noh, dari mama gue, katanya kasih tante Kiya," ucap Thalia. Sean pun mengambil Brownis itu.

"Bro! Apa kabar?" tegur Bang Vino.

"Baik, kok bang lo ada disini?" tanya Sean suasananya berubah saat berbicara Dengan Vino. Thalia hanya mendengus sebal seraya mencibir kecil.

"Gue tinggal di rumah Thalia sampai setahun kedepan hehe," jawab Vino. Sean hanya mengangguk paham.

Akhhh!!!!!

Tiba-tiba Thalia teriak sangat kencang, membuat semuanya terkejut setengah mati. Thalia sedang berjongkok dan menutup matanya ketakutan.

"Hei Tha, lo kenapa?" tanya Vino khawatir sembari memegangi kedua pundak Thalia.

"Bang g-gue mau pulang, a-ada dia disini!" ucap Thalia terbata-bata. Tubuh Thalia gemetar hebat, ia seperti orang yang kerasukkan.

Vino yang paham akan situasi hanya menganggu dan menggendong Thalia pulang ke rumah dengan rawut wajah yang sangat khawatir.

'Orang aneh,' batin Sean lalu menutup pintu rumahnya tanpa ada rasa khawatir terhadap Thalia.

Sesampai di rumah Thalia di baringkan di atas sofa, lalu Vino memanggil Gea Mama Thalia dan mengambil segelas air putih.

"Kok Thalia bisa kayak gini?"

"Kayaknya di rumah Sean ada Dia ma," ucap Vino.

"Kok bisa? Bukannya mata Thalia udah di segel yah supaya ga bisa lihat dia?"

"Aku juga ga tau ma, aku juga tadi merasakan aura yang sangat kuat di rumah Sean," jawab Vino.

Tak lama Thalia sadar, ia sempat pingsan pas di gendong Vino. Vino pun menyodorkan segelas air kepada Thalia, Thalia pun meneguknya sampai habis.

"Tadi kamu kenapa nak?"

"Dia muncul ma," jawab Thalia bergetar.

"Dia?"

"Iya ma, Dia yang bikin Sean benci sama aku," jawab Thalia. Gea terkejut, bagaimana Thalia bisa melihat dia, padahal segelnya belum terbuka. Apa kekuatan dia bertambah? Sampai segel yang di pasang kakek Thalia bisa tembus.

"Sekarang kamu aman, nanti bang Vino tidur di kamar kamu aja nemenin kamu," ucap Gea dan vino mengangguk.

Tak lama Riri muncul, "kamu kenapa?" tanya Riri.

"Dia muncul," jawab Thalia seadanya, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia masih takut dan gemetar setelah kejadian itu.

"What?! Seriously?" tanya Riri dengan nada Tak percaya.

"Kamu dari mana aja sih Ri?" sekarang Gea yang bertanya kepada Riri. Riri hanya menggaruk rambutnya dan tersenyum kikuk.

"Abis ketemu teman hehe," jawab Riri seadanya.

"Trus Thalia gimana ma?" tanya Vino sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Nanti kita tunggu papa pulang dari kantor, kita diskusikan bersama saat makan malam nanti, kamu jaga aja Thalia yah, mama takut kalau kejadian dulu keulang lagi, mama ga mau Thalia kayak dulu lagi," jawab Gea, tak lama Gea pun pergi keluar rumah dan melihat Rumah Sean. Ia tidak merasakan apapun, tak ada aura yang jahat, apa mungkin dia hanya menunjukan dirinya di depan Thalia?

***

To be continue