webnovel

Part 1

Tanpa rasa bosan Mashita terus menatap foto mantan kekasihnya selama berjam-jam. Bahkan setelah dua tahun berlalu ia belum berniat untuk melepas deretan foto itu dari dinding kamarnya. Menurutnya kenangan adalah cerita di masa lalu, ia tidak bisa disalahkan atas hancurnya hubungan mereka di masa depan.

Mashita menghela napas panjang sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia merasa begitu menyedihkan. Bagaimana bisa ia masih mencintai seseorang yang sudah lama pergi meninggalkannya.

"Terus...., terus aja di pelototin tuh foto sampe bola mata lo copot" ucap Davin. Ia sedang bersandar pada pintu kamar Mashita sambil melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya.

"Gak lucu" sahut Mashita dengan nada suara malas.

"Emang siapa yang ngelawak?"

Davin melangkahkan kakinya mendekati deretan foto tersebut. Ia mendesah kasar setelah melihatnya dengan jarak lebih dekat. Disana bukan hanya ada Mashita dan Ardhi, tapi ada dirinya ketika mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA. "Sampah" Davin langsung menarik foto-foto itu dari wooden clip tanpa tersisa satupun.

Mashita lompat dari tempat tidur dan berusaha merebut foto itu dari tangan Davin. "Davin apaansi, kenapa di copot? Balikin gak!!" Ucap Mashita

"Gak" Davin meninggikan tangan kanannya sehingga Mashita tidak bisa merebut foto itu. Davin berencana akan membuangnya atau jika perlu membakarnya.

"balikin!!!" Mashita masih terus berusaha mengambilnya sampai berjinjit. Tapi karena Davin terlalu tinggi, Mashita tetap tidak bisa menggapainya.

"Wasalam. Buat apa lo masih nyimpen foto dia? mau sampai kapan lo terus nangis dan mikirin dia? Dia aja udah gak mikirin lo." Davin selalu merasa kesal jika membicarakan soal Ardhi, ia melakukan semua ini demi kebaikan saudara kembarnya. Ia hanya tidak mau Mashita terus memikirkan masa lalu dan menyalahkan dirinya atas kepergian cowok itu.

Mashita pasrah lalu kembali duduk dipinggir kasur. "Balikin fotonya please".

Davin masih berdecak pinggang, ia melirik sesekali ke arah Mashita. Ia melihat mata mulai merah dan berkaca-kaca. Tapi Davin tidak akan luluh begitu saja. "gak akan gue balikin!"

Mashita menatap Davin sendu, "Gue janji, kalo gue udah move on. Gue bakal buang foto-foto itu. Sekarang balikin..."

Davin meremas foto itu dengan kepalan tangannya lalu menatap Mashita kesal. Ternyata ia memiliki saudara kembar yang teramat bucin. "Dasar bodoh. Bukannya lo gak bisa move on, tapi lo yang milih buat pertahanin luka lo sendiri!!"

"Hati-hati gue, kenapa lo yang repot?"

"Batu emang lo ya" Davin menggelengkan kepalanya, kembarannya benar-benar keras kepala. Davin berjalan meninggalkan Mashita dikamarnya sambil membawa semua foto itu.

"Davin, balikin fotonya!!!!'" Teriak Mashita sambil mengejar langkah Davin.

"Gak" Davin menuruni anak tangga sambil mempercepat langkahnya.

"Mau diapain si fotonya???" Teriak Mashita, "Davin...."

"Mau gue kasih tetangga sebelah"

Mashita bingung dengan jawaban Davin, ia pun menghentikan langkahnya pada satu anak tangga terakhir. "Buat apa?" Tanyanya bingung

"buat bersihin pup anjingnya" Davin berlari keluar pintu rumah lalu menguncinya dari luar agar Mashita tidak bisa mengejarnya.

"Ish Daviiiiin jahatttt" teriak Mashita sambil mengedor-gedor pintu. "Daviiiiin"

☁️☁️☁️

*Flashback

14 April 2015

Malam ini Mashita sangat bersemangat karena besok ia akan berlibur ke Raja Ampat. Ia sangat tidak sabar menunggu hingga pagi datang. Sudah lama sekali Mashita ingin pergi kesana. Ia ingin menjernihkan pikirannya dari soal ujian yang selama setahun ini memonopoli isi kepalanya.

Sebulan sebelum keberangkatannya Mashita sudah sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan ia bawa. Ia tidak mau ada satu barang pun yang terlewat.

Ratna membuka pintu kamar putrinya lalu mengintip apa yang sedang Mashita lakukan. Ia berjalan menghampiri Mashita lalu ikut duduk disampingnya. "anak mama sibuk banget sih. Mau liburan apa mau kabur dari rumah hmm?" ledek Ratna saat melihat barang bawaan Mashita yang cukup banyak. Seketika Mashita tersenyum lebar "Dua-duanya"

"Haaah?" Ucap Ratna terkejut

"Bercanda mama"

Ratna menarik hidung putrinya "Dasar, Mama ramal si kayanya gak jadi pergi tuh"

Seketika Mashita langsung menunjukkan ekspresi murung. "Mashita bisa double, tripel sedih kalo sampe gagal berangkat mah"

Ratna mengangguk dan diam seketika. "hmm, papa kamu nanyain tuh. Katanya kapan kamu mau liburan kesana?"

Mashita diam. Ia mencoba mencari alasan yang tepat untuk menolak pergi ke kampung halaman papanya. Ia juga tidak mau meninggalkan mamanya sendirian di Jakarta. "Mashita gak suka disana. Dingin. Enakan di Indo, anget-anget gitu"

Ratna tersenyum tipis di hadapan Mashita. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Mashita saat mengingat perpisahannya dengan Arlando. Ratna mengusap rambutnya dengan lembut lalu mencium kening putrinya. "Sekali-sekali kamu kesana ya, temuin papa kamu."

Papa macam apa yang tega ninggalin anak dan istrinya di Indonesia demi sebuah pekerjaan. Bahkan papa juga gak bisa belain mama di depan keluarganya. -batin Mashita. "Iya mah" lagi-lagi Mashita menunjukkan senyuman palsunya.

Setelah semuanya sudah beres, Mashita memanjakan tubuhnya diatas karpet lalu menyingkirkan koper miliknya yang cukup besar. Baru terlelap beberapa menit tak lama kemudian ponsel Mashita berdering. Tertera jelas nama Ardhi dengan tanda love hitam dilayar ponselnya, dengan cepat Mashita mengangkatnya.

Mashita : Malam, maaf gan posisi dimana ya?

Mashita tidak pernah bisa menahan senyum setiap kali berteleponan dengan Ardhi.

Ardhi : aku di balkon. Bisa kesini sebentar?

Mashita : oke siap gan segera meluncur, di tunggu ya

Mashita langsung berlari menuju balkon kamarnya yang berhadapan langsung dengan kamar Ardhi. Disana ia melihat kekasihnya sedang bersandar pada balkon dengan earphone yang menempel di salah satu telinganya.

Malam ini Ardhi sangat tampan mengenakan kemeja putih formal lengan panjang yang digulung hingga siku dengan bawahan celana levis.

Mashita melemparkan senyuman manisnya. Sampai detik ini ia masih tidak percaya bisa meluluhkan hati Ardhi yang sedingin es. 

Mashita : kamu mau pergi? Ko rapi banget?

Tanya Mashita to do point.

Ardhi : baru balik, abis nganter nyokap.

Ucapnya singkat. padat. dan jelas. Sudah tidak asing lagi bagi Mashita mendengar ucapan ketusnya.

Mashita : oh. Aku gak sabar deh Ar nunggu besok. Aku bakal pergi kira-kira 7 hari. Aku titip mama ya, jaga dia baik-baik. Terus-"

Ardhi : ta

Mashita terkejut saat Ardhi tiba-tiba memotong ceritanya. Ekspresi yang Ardhi tunjukkan sangat berbeda dari biasanya. Ardhi adalah orang yang dingin dan cuek, tapi tatapan matanya penuh kehangatan. Malam ini Mashita sama sekali tidak mengenali tatapan mata itu.

Ardhi : Lebih baik kita temenan aja.

Ekspresi ceria Mashita mendadak berubah menjadi datar.

Mashita : putus maksudnya?

Ardhi menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin.

Mashita : ok

Mashita sendiri bingung harus menjawab apa. Ini sudah keputusan Ardhi, ia sangat tahu kalau Ardhi tidak akan pernah merubah keputusan sekalipun ia memohon.

Ardhi pun ikut terkejut mendengar jawaban Mashita yang begitu santai.

Ardhi : Aku udah coba ngertiin sikap kamu selama ini dengan harapan kamu akan berubah. Nyatanya gak. Aku pendiam, dan kamu bawel, berisik. Dari situ jelas kita gak cocok. Aku juga gak bisa pacaran sama keluarga yang broken home. Maaf ta.

Mata Mashita mulai memerah saat mendengar serangan cacian yang keluar dari mulut Ardhi. Dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya Ardhi bicara sebanyak itu, dan semua kalimat itu sangat melukai hatinya.

Mashita hanya menganggukkan kepalanya tanpa berani menatap Ardhi secara langsung. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Ardhi.

Ardhi : aku mohon jangan ganggu aku lagi ta!

Ardhi menutup teleponnya dan langsung masuk ke kamarnya. Sedangkan Mashita masuk ke dalam kamar  sambil mendengakkan kepalanya ke atas. Ia berusaha menahan agar air matanya agar tidak menetes.

Namun ia tak sanggup lagi menahannya, hatinya terlalu sakit setiap mengingat kalimat kasar yang keluar dari mulut orang yang paling ia percaya tidak akan pernah menyakitinya. Ia terlalu cengeng untuk menjadi orang yang berpura-pura kuat. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan menangis sekencang-kencangnya di dalam sana.

☁️☁️☁️

Thank you for reading

.

.

Jangan lupa vote dan comment yaaa 😛😛

Next chapter