3 sosok misterius

Matahari terbit menyinari negeri Arania. Para petani sudah siap menyirami sawah sawah dan ladang ladang mereka. Para peternak mengembala hewan-hewan mereka di padang rumput dan luas. Air sungai mengalir dengan tenang membuat teduh bagi siapa yang mendengarnya.

Ray yang sedari tadi sudah siap dengan barangnya, pergi menuju rumah Giona untuk mengajaknya agar segera bergegas.

" Lyn!, Jaga rumah ya! Aku mungkin akan lama untuk kembali." Ray menyuruh adiknya untuk menjaga rumah.

" Kemana kau ingin pergi?" Lyn menanyai sebab kepergian kakaknya.

" Urusan akademi!" Ray menjawabnya sambil pergi menunggangi kudanya.

" Keperluan akademi tapi bawa senjata..., Aneh" gumam Lyn dalam hati.

"Lyn, kemana kakakmu itu pergi?" Ibunya menanyainya.

"Entahlah. Katanya urusan akademi."

"Dasar anak muda...., Sepertinya ia sudah siap." Gumam ibu Ray.

Ray memacu kudanya dengan cepat. Melewati beberapa blok pemukiman desa. Ketika ia sampai di kediaman Giona, Giona tampak sudah siap dengan tas ransel yang entah apa isi yang ada didalamnya.

" Giona!" Ray memanggilnya.

" Tunggu sebentar!" Ia masuk kembali kedalam dan kembali membawa sebuah kalung. Giona menaiki kudanya dan menghampiri Ray.

" Ayo kita menuju istana." Ajak Giona yang langsung memacu kudanya lebih dulu.

Mereka pergi menuju istana yang jaraknya tidak terlalu jauh dari desa. Sesampainya mereka di istana, mereka mendapati Arvyn yang sudah siap dengan kudanya di depan gerbang istana. Dengan pedang yang tersarungi di samping kirinya, iya terlihat gagah seperti menunjukkan bahwa ia benar-benar putra mahkota dari kerajaan negeri Arania.

" Apa kalian sudah siap?" Arvyn menghampiri mereka.

" Ayo kita jelajahi Hutan Berkabut sekarang. Aku sudah siap untuk menghadapi apa yang ada di dalam sana." Jawab Ray.

" Hey Giona! Sudah lama sekali aku tidak melihat busur itu." Arvyn memperhatikan busur berwarna putih dengan bulu yang terikat di setiap ujungnya.

" Ya begitulah...., Ini adalah busur yang diberikan oleh ibuku dulu." jawab Giona.

" Ayo kita berangkat sekarang. Waktu akan terus berjalan" ajak Ray.

Mereka pun memacu kuda mereka dengan cepat keluar dari kawasan kerajaan Arania.

Mereka melewati padang rumput yang terhampar luas. Terlihat beberapa rusa berlarian di sana. Mereka terus memacu kuda menuju Hutan Berkabut. Angin berhembus kencang membuat udara sekitar menjadi lebih dingin.

"Di depan tepi Hutan Berkabut!" Arvyn memberitahu.

Mereka menghentikan laju kuda mereka sebelum memasuki kawasan Hutan Berkabut.

" Apa kalian siap?" Tanya Ray.

" Kita bisa berjalan perlahan memasuki kawasan Hutan Berkabut." Giona mengawali untuk memasuki kawasan Hutan Berkabut.

" Tetap waspada! Kita tidak tahu apa yang akan kita temui di dalam." Arvyn mengingatkan.

Mereka meninggalkan kuda mereka di tepi Hutan Berkabut karena pepohonannya yang besar menyulitkan pergerakan. Merekapun memasuki kawasan tersebut dengan penuh kewaspadaan dan berhati-hati. Ray mencoba melihat sekeliling. Tetapi, kabut tebal yang menyelimuti membuat jarak pandang menjadi terbatas.

" Kabutnya tebal sekali. Pantas saja hutan ini dinamakan hutan Berkabut." Giona mengeluh. Mereka terus berjalan kebagian hutan yang lebih dalam.

Krak!, Terdengar suara patahan ranting pohon.

" Tunggu aku mendengar sesuatu. Tetap waspada." Arvyn mendengar suara tersebut.

Mereka berhenti dan memperhatikan daerah sekitar.

" Perhatikan sekitar kalian. Ada yang datang." Giona menyadari ada sesuatu yang mendekat.

Tiba tiba keluar dari balik pepohonan sebuah monster yang bentuknya mirip hyena.

Dengan taring yang panjang dan tatapan yang tajam ia siap menyerang mereka kapanpun. Grrr! Ia menggeram.

" Tenang jangan panik. Itu hanyalah sebuah Ligra. Kita bisa mengalahkannya dengan mudah." Arvyn yang sudah memiliki pengalaman masuk ke dalam Hutan Berkabut memberitahu.

Arvyn berlari maju dan mengayunkan pedangnya dengan cepat dan menebas tubuh Ligra tersebut. Seketika Ligra tersebut tersungkur dan mati.

" Sungguh aksi yang mengagumkan Arvyn!" Ray mengomentari aksinya tersebut.

GRAA! Satu Ligra lagi keluar dari balik pepohonan.

" Perhatikan belakangmu Ray!" Giona memberi peringatan.

Ray dengan tangkas menebas Ligra tersebut hingga mati. Ligra-ligra lain berdatangan satu persatu seperti mendapat sinyal untuk datang. Giona memanah Ligra tersebut satu persatu dengan cepat dan tepat. Mereka bertarung bersisian menghabisi ligra-ligra yang datang semakin banyak.

" Giona, dibelakangmu!" Teriak Arvyn.

" Ray dengan tangkas menebas leher ligra tersebut hingga terpenggal.

"Terima kasih Ray."

Ligra-ligra tersebut semakin banyak berdatangan.

" Kita tidak bisa menghabisi mereka semua. Jumlah mereka terlalu banyak" teriak Ray.

" Ahhh!" Salah satu Ligra melompat dari belakang mencakar tangan Arvyn. Ia tidak sempat menghindar.

"Ray! Ayo kita pergi ketempat yang aman. Arvyn terluka."

Ray langsung menjulurkan tangannya menarik Arvyn yang terjatuh.

" Ayo kita menjauh. Ada sebuah pohon besar disana." Arvyn sambil menunjuk kearah kanannya.

" Apakah kau masih kuat berlari?" Tanya Ray.

" Ini hanya luka kecil. Ayo lari!"

" Giona ayo pergi!" Ray memanggil Giona yang terus menembakkan anak panahnya. Mereka berlari meninggalkan Ligra-ligra yang terus berdatangan.

"Mereka mengejar!" Giona melihat beberapa dari mereka di belakang.

" Ayo! Disini!" Arvyn memasuki pohon besar yang dibawahnya membentuk seperti goa yang terbuat dari akar akar pohon.

" Apa kalian baik baik saja?" Tanya Arvyn yang masih memegangi bahunya yang terkena cakaran Ligra.

" Mereka masih mencari kita." Giona memberitahu.

" Jangan berisik. Telinga mereka peka terhadap suara." Arvyn menyuruh mereka diam.

" Mereka sudah pergi." Kata Giona.

"Arvyn kau terluka." Giona menghampiri Arvyn dan langsung membuka tas ransel nya. Ia mengambil botol kecil yang berisi seperti air bening.

" Minum ini. Ini akan mengurangi rasa sakitmu." Giona memberikannya kepada Arvyn.

" Itu air apa?" Ray penasaran.

" Ini obat penawar rasa sakit Turun menurun di keluargaku. Terbuat dari ekstrak dedaunan herbal." Jelasnya.

"Bagaimana Arvyn, apakah masih sakit?" Tanya Giona.

" Sakitnya sudah hilang." Jawabnya

"Kemarikan lenganmu." Giona mengambil sehelai daun yang lumayan besar dari luar, cukup untuk menutupi bekas luka yang ada. Kemudian ia mengikatnya dengan tali yang ada pada kalungnya tersebut.

"Sudah. Antiseptik yang ada pada daun akan menutup lukamu secara perlahan." Jelas Giona.

" Kita bisa beristirahat terlebih dahulu disini." Ray langsung mengambil posisi duduk di atas batu yang ada disana.

" Jadi...bagaimana rencana ujian akhir akademi kalian? Tanya Arvyn.

" Kami akan memancing beberapa Ligra ke tepi hutan dan peserta akan bertarung dengan Ligra tersebut disana. Yah beehasil dinyatakan lulus dari akademi junior." Jelas Ray.

" Ujian itu butuh pengawasan yang ketat karena berhadapan langsung dengan penghuni Hutan Berkabut. Aku bisa mengirim beberapa penjaga untuk mengawasi jalannya ujian tersebut." Arvyn menawarkan.

" Baiklah kita bisa diskusikan nanti." Jawab Ray.

Tap,tap. " Apa kalian mendengar langkah kaki ?" Giona memastikan.

" Ya aku mendengarnya. Apakah ada Ligra lagi?" Arvyn juga mendengarnya.

" Bukan itu suara langkah kaki manusia." Ray keluar dan memeriksa. Tetapi tidak ada seseorang pun diluar.

" Arvyn dibelakangmu!" Dengan cepat Ray melempar belati yang ia genggam.

Seseorang itu menangkap belati yang di lempar Ray. Ia mengenakan jubah hitam dan penutup kepala. Ia tampak sangat misterius.

" Tetap waspada." Ray mengingatkan.

Orang misterius itu mengangkat tangannya dan seketika mereka bertiga tidak bisa bergerak.

" Ray aku tidak bisa bergerak." Giona memaksa menggerakkan tubuhnya.

" Kita semua tidak bisa bergerak." Arvyn masih berusaha menggerakkan tubuhnya.

"Hahaha!" Orang misterius itu tertawa." Akhirnya aku menemukan kalian. Ramalanku benar." Ia berbicara sendiri.

" Siapa kau!" Ray berusaha untuk menggapainya tapi sia sia.

" Kalian akan bertemu sesuatu yang sangat besar. Aku akan menemui kalian kembali suatu saat nanti" tiba tiba kami bisa bergerak kembali dan sosok misterius itu menghilang.

"Baiklah setidaknya Kita sudah mendapat rencana untuk besok. Jika memang dia benar dia akan datang kembali." Arvyn mengajak kembali.

Mereka pun kembali ke dalam negri arania dan tidak memikirkan tentang perkataan orang misterius itu. Karena masih banyak hal yang harus mereka persiapkan untuk ujian akhir besok.

avataravatar
Next chapter