1 1. PERTEMUAN PERTAMA

Hyun-Ra termenung sendirian di bangku taman kampus yang menghadap ke pintu gerbang. Ia sedang menunggu Nami (sepupunya), tetapi pikirannya terlalu kalut untuk merasa kesal karena Nami terlambat datang. Ia dari New York, pindah ke Seoul dua minggu lalu atas permintaan Nami dan bibi nya. Dan ia tidak punya pilihan lagi selain menuruti keinginan mereka karena memang dirinya kini sebatang kara. Ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan pesawat sebulan lalu, meninggalkan Hyun-Ra seorang diri dalam kesedihan. Sampai ia datang ke negara ini, masuk ke kampus Nami, dan mengenal Cho Kyuhyun (tunangan Nami).

Seminggu yang lalu pria itu memang sudah bersikap aneh ketika pertama kali Nami mengenalkan padanya. Kyuhyun selalu menyorotnya dengan tajam, penuh intimidasi bahkan kadang Hyun-Ra memergoki Kyuhyun menatapnya diam-diam. Hyun-Ra berpikir mungkin Kyuhyun tidak menyukainya atau merasa risih karena Nami selalu mengajaknya di setiap mereka berdua kemana-mana. Hyun-Ra sebenarnya sadar ia pasti menjadi pengganggu dan mungkin saja Kyuhyun ingin jalan berdua dengan Nami tanpa ada Hyun-Ra yang menjadi ekornya. Tapi jujur, Hyun-Ra mahasiswa baru dan ia benar-benar butuh di temani untuk mempelajari seluk beluk kampus dan mengenal semua orang yang ada disini.

Hyun-Ra jadi teringat ketika pertama kali ia menabrak Kyuhyun yang sedang buru-buru karena celingukan mencari Nami.

"Kau siapa? Apa kau tidak bisa berjalan dengan benar? Apa jalan yang lebar ini tidak bisa kau gunakan dengan baik?" Itu kata Kyuhyun waktu itu, mengeluarkan nada sinis dan membuat Hyun-Ra mendongak dari kegiatan membersihkan lututnya. Namun Hyun-Ra melihat Kyuhyun langsung terdiam, mata pria itu menatap intens dan tajam, membuat Hyun-Ra langsung membungkuk meminta maaf.

"Aku tidak sengaja, maafkan aku. Aku tidak fokus pada jalan karena mencari seseorang. Maaf." Hyun-Ra membungkuk berkali-kali, malu sekaligus merasa bersalah.

Kyuhyun mengernyit. "Kau tidak menjawab pertanyaanku, kau siapa?"

Hyun-Ra diam.

"Siapa namamu?" desak Kyuhyun.

Tapi kemudian Hyun-Ra memilih membungkuk lagi dan memutuskan untuk menghindar. "Maaf aku harus pergi, aku sedang mencari saudaraku."

"Tidak." Kyuhyun tidak membiarkannya dan mencekal lengan Hyun-Ra yang hendak berbalik. "Aku harus tahu namamu, Nona, atau kalau tidak, aku tidak akan melepaskanmu."

Hyun-Ra menatap pergelangan tangannya yang dicekal Kyuhyun, lalu alisnya berkerut bingung. Siapa pria ini? Apa dia anak petinggi kampus dan ingin melaporkannya untuk kemudian mendapatkan catatan merah karena telah menabraknya? Apakah ketidak sengajaannya tadi adalah kesalahan yang fatal dan pria ini tidak terima? Hyun-Ra meringis, merasa dirinya begitu sial hari ini.

"Kenapa kau ketakutan?" lanjut Kyuhyun, ada nada geli di suaranya melihat raut Hyun-Ra. "Apa kau memikirkan sesuatu yang jelek tentangku? Atau mungkin kau berpikir aku akan menyeretmu ke belakang gedung dan memperkosamu?"

Hyun-Ra membelalak. Memperkosa? Seketika Hyun-Ra berubah kesal, ingin mengomel, tapi sadar waktu sedang menjepitnya dan ia harus segera mencari Nami untuk menyelesaikan urusannya masuk ke kampus ini. Hyun-Ra mencoba menarik tangannya tapi sia-sia. "Lepaskan aku!" serunya kesal.

"Kau hanya perlu menyebut namamu dan tanganmu akan terlepas."

"Namaku Hyun-Ra! Shin Hyun-Ra! Dan sekarang lepaskan tanganku!!"

Kyuhyun tersenyum samar.

Dan Hyun-Ra menyentak tangannya dengan kasar lalu buru-buru lari dari hadapan Kyuhyun dengan membawa wajah cemberutnya.

"Dasar pria aneh! Tidak punya sopan santun! Kalau tidak sedang buru-buru aku pasti sudah meneriakinya!" Hyun-Ra mendumel sendirian sambil berjalan menjauh dari Kyuhyun.

Itulah pertemuan pertama kalinya dengan sosok Kyuhyun yang kemudian ia tahu bahwa pria itu adalah tunangan Nami. Bahkan ketika Nami mengenalkan Kyuhyun padanya, pria itu masih tetap di tatapan anehnya dan membuat Hyun-Ra jengkel.

"Kau tahu ini siapa?" kata Nami saat itu. Sepupunya itu sedang menggandeng Cho Kyuhyun dan Hyun-Ra langsung teringat dengan kekesalannya pada pria itu ketika ia menabraknya. "Dia tunanganku, Hyun-Ra, namanya Cho Kyuhyun. yang aku ceritakan di telepon itu." Nami berbicara dengan wajah binar, seperti merasa bangga dengan tunangannya yang begitu sempurna. "Dia sangat tampan 'kan? Semua perempuan di kampus ini jadi membenciku karena aku bertunangan dengannya." Nami terkekeh. "Tapi aku tidak perduli, toh Kyuhyun Oppa tidak pernah menggubris mereka. Dan Oppa ...." Nami beralih pada Kyuhyun. "Kenalkan, dia sepupuku yang dari New York itu, yang pernah aku ceritakan pada Oppa. Namanya Shin Hyun-Ra dan dia sekarang tinggal bersamaku."

Kyuhyun menatap Hyun-Ra dengan intens dan tajam, tatapan seperti ketika pertama kali mereka bertemu. Kemudian Kyuhyun mengulurkan tangannya. "Aku Cho Kyuhyun," gumam Kyuhyun saat Hyun-Ra menjabatnya. "Senang akhirnya aku bisa mengenal sepupu Nami."

"Aku... Shin Hyun-Ra. Dan senang juga akhirnya bisa mengenalmu ...." Pria aneh! Hyun-Ra menarik tangannya namun Kyuhyun tidak melepaskan jabatannya. Ia berkerut protes ke arah pria itu namun Kyuhyun hanya mengangkat alis. "Maaf, bisakah kau melepaskan genggamanmu?"

Kyuhyun mengerjap, seolah baru tersadar dan buru-buru melepaskan. "Ah, maafkan aku. Aku sedang banyak pikiran jadi tidak fokus."

"Ya," Hyun-Ra mengangguk masam. "Tidak apa-apa. Semoga saja pikiranmu cepat jernih."

Dan kata-kata gadis itu begitu jelas menyindirnya.

Kyuhyun menunduk menyembunyikan senyumnya lalu kemudian menatap Nami yang berkerut bingung. Tetapi gadis itu lalu tersenyum, seolah wajah Kyuhyun menghipnotisnya dan membuatnya lupa pada apapun.

Hyun-Ra mendesah mengingat pertemuan itu, dan sejujurnya ia masih merasa heran dengan sikap Kyuhyun yang menurutnya tidak wajar terhadapnya. Seperti tidak ada kecanggungan dari pria itu pada perempuan yang baru dikenalnya. Kyuhyun justru langsung bersikap arogan dan menyebalkan. Apa memang watak tunangan Nami itu seperti itu?

Dan sekarang, apakah lebih baik ia sendirian saja mempelajari semua hal disini dan tidak lagi menjadi ekor Kyuhyun dan Nami?

Terlebih, ketika ia teringat mendiang orang tuanya yang membuatnya ingin menangis seketika, sepertinya menyendiri memang keputusan yang paling baik. Hyun-Ra bisa lebih leluasa mengarungi hatinya yang sedang sedih dan kesepian.

Dan setidaknya ia tidak akan menjadi pengganggu bagi orang-orang terutama sepupunya itu.

"Kalau kau sering melamun seperti itu, lama-lama akan ada arwah jahat yang merasukimu."

Hyun-Ra merandek mendengar suara lelaki menginterupsi menungannya. Ia menoleh, melihat Cho Kyuhyun berdiri di belakang bangkunya dan refleks ia langsung berdiri. Hyun-Ra mengernyit, dimana Nami?

"Nami masih banyak kegiatan dan menyuruh kita pulang lebih dulu." Kyuhyun seakan mengerti dan menjawab pertanyaan di benak Hyun-Ra.

Kita? Berdua?

Dan sorotan intens itu dilihatnya lagi, tatapan yang selalu Kyuhyun tunjukkan tiap kali memandangnya. Hyun-Ra berpaling, tidak tahan ditatap seperti itu.

"Kalau begitu aku akan menunggu Nami disini, aku akan pulang dengannya," putus Hyun-Ra.

"Tapi Nami masih lama, tiga atau empat jam lagi. Kau yakin akan menunggu?"

Hyun-Ra terdiam, itu jelas terlalu lama untuk ia tunggu.

"Aku akan mengantarmu pulang," lanjut Kyuhyun, nadanya seolah tidak ingin dibantah. Hyun-Ra mendongak, bertemu dengan mata Kyuhyun yang sedang menunduk menyorotnya.

Kyuhyun akan mengantarnya pulang? Berdua semobil dengan pria menyebalkan ini?

Hyun-Ra buru-buru menjawab dengan panik. "Tidak usah, Kyuhyun, aku akan pulang sendiri dan aku bisa naik kendaraan umum." Ia berusaha menolak tetapi kemudian raut Kyuhyun berubah, Hyun-Ra melihat pria itu berkerut gusar seperti tidak suka dengan penolakannya.

"Aku tidak suka kalau kau harus menolakku, Shin Hyun-Ra." Dan tanpa diduga pria itu menarik tangan Hyun-Ra dan menyeretnya menuju mobilnya.

"Kyuhyun!!" protes Hyun-Ra. Ia meronta menarik-narik tangannya namun cekalan Kyuhyun semakin kuat, membuat Hyun-Ra terseok-seok mengikuti langkah pria itu. "Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!!" Hyun-Ra memukul-mukul lengan Kyuhyun namun sia-sia, Kyuhyun terlalu kuat. Pria itu baru melepasnya ketika mereka sudah sampai di mobil. Hyun-Ra langsung kesal. "Kenapa kau memaksaku? Aku bisa pulang sendiri dan kau tidak perlu melakukan ini!"

"Karena aku tahu kau buta jalan dan kau bisa hilang sebelum sampai di rumah."

"Kau pikir aku separah itu?" Hyun-Ra jadi tersinggung, meskipun Kyuhyun benar tapi tetap ia merasa tidak suka ada yang mengungkapkan kelemahannya. "Aku tidak akan tersesat dan taksi bisa mengantarku kemanapun!"

"Masuklah." Kyuhyun membuka pintu mobilnya dan mengabaikan rentetan Hyun-Ra. "Masuk, pasang sabuk pengamanmu dan duduk diam. Aku akan mengantarmu pulang."

"Bisakah kau tidak selalu memaksakan kehendakmu? Apa kau juga seperti ini pada Nami?"

"Aku tidak pernah memaksa siapapun selain kau." Kyuhyun melirik pintu mobil yang terbuka. "Masuklah, dan jangan banyak membantah."

Hyun-Ra mendengus, merasa emosinya mulai menggerogoti. Tidak ingin berdebat, Hyun-Ra akhirnya mengalah. Terlebih ia tidak ingin Nami tiba-tiba memergoki.

"Dasar laki-laki aneh!" Hyun-Ra bersungut-sungut sambil masuk ke mobil Kyuhyun.

"Setidaknya aku berhasil membawamu pergi."

Samar-samar Hyun-Ra mendengar Kyuhyun bergumam sebelum kemudian pria itu memutari mobil dan masuk ke balik kemudi.

Hyun-Ra terdiam, apa maksud Kyuhyun tadi?

avataravatar