11 Suamiku

Ini adalah hari pernikahanku, beberapa jam yang lalu aku sudah resmi menjadi istri seorang Ramelson Ettrama . Setelah ini aku akan menjadi istri dan seorang ibu dari anak laki laki tampan yang sedari tadi tak berhenti tersenyum kepadaku.

Sepertinya ia benar-benar bahagia mempunyai ibu baru. Selama dua hari kemarin, orang tuaku bercerita tentang kehidupan seorang Ramelson.

Aku baru mengetahui bahwa istrinya meninggal saat melahirkan anaknya, ia meninggal karena penyakit mematikan yaitu Tumor di Otaknya, itu sungguh mengerikan menurutku.

Ramelson sangat mencintai istrinya , bahkan orang tuaku bercerita bahwa seorang Ramelson sudah mencintai istrinya sejak kecil, mereka berdua sudah menjadi sahabat sedari kecil dan memutuskan menikah.

Sungguh aku sangat terharu bagaimana seorang laki laki tampan sepertinya masih mencintai satu wanita dalam hidupnya. Tapi yang tak pernah ku tau adalah bagaimana bisa, dia saat diluar berpenampilan sangat kuno, entah apa itu alasannya mungkin ia mempunyai alasanya sendiri. Aku tak ingin terlalu ikut campur dalam kehidupannya.

" Hei mom, kau benar benar seperti bidadari hari ini", ia memeluk pinggangku dan mencium pipiku pelan.

"Oh son selain tampan kamu juga pandai memuji ya", aku terkekeh melihat wajah anak laki-laki yang baru saja resmi menjadi anakku ini.

"Tentu saja mom, aku hanya berkata sesuai dengan kenyataan. Bahkan Daddy pun selalu memperhatikanmu mom",

Oh sungguh tuan Ramelson selalu memandangku? Aisshhh mengapa aku langsung tersipu hanya dengan mendengar seperti itu saja.

Dasar bodoh Reista? Kau benar benar seperti perempuan mengenaskan karena tidak pernah dipuji. Bahkan baru di puji anak kecil saja kau sudah membayangkan yang tidak tidak.

"Terimakasih sayang, ayo kita masuk ke kamar kamu pasti sudah lelah", ku usap kepalanya dengan sayang.

"Tidak mom, aku sudah besar kata opa laki-laki yang sudah besar, tidak tidur dengan mommy dan Daddy lagi".

" Benarkah? Apa kamu benar-benar tidak ingin tidur dengan mommy dan Daddy? Ayolah son ini kan hari pertama kamu menjadi anak mommy.", aku mengelus pelan rambutnya.

"Baiklah aku juga sebenarnya ingin tidur bersama, seperti cerita teman-temanku mom". aku sedikit terharu membayangkan bagaimana anak sekecilnya harus menghadapi situasi yang pasti membuatnya sedih, teman-teman bercerita tentang hangatnya sebuah keluarga, dan dia hanya mampu mendengarkan atau mungkin hanya mengkhayal.

tapi tidak akan lagi, aku berjanji pada diriku sendiri. aku tak akan membiarkan dia bersedih, dan akan kupastikan Renan akan mendapatkan keluarga yang hangat dan menyayanginya.

"Ya ayo kita ke kamar", kulangkahkan kakiku kekamar Ramelson yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi kamarku, kamar yang benar-benar klasik dan aroma maskulin yang tercium di setiap sudut kamar ini.

"Ayo sekarang kamu cuci tangan cuci kaki dan jangan lupa sikat gigi, setelah itu kita akan tidur sayang".

"Baiklah mom, tunggu aku lima menit okey", dia mengedipkan sebelah matanya.

Dia benar benar lucu dengan gayanya yang menggemaskan itu. aku mulai merapihkan sedikit tatanan rambutku dan tersenyum ke arah cermin, membayangkan keluarga yang utuh dan bahagia membuatku sedikit terkikik. kau harus tenang Reista, jangan bertingkah bodoh dan tetap semangat.

Pintu kamar terbuka, Suamiku datang dengan sejuta pesonanya. Ya dia sekarang sudah menjadi suamiku.

"Apa kau ingin ku siapkan air hangat?", Tanyaku padanya.

"Ya badanku sedikit pegal-pegal, siapa yang ada di dalam kamar mandi?".

"Oh itu Renan, dia ingin tidur disini malam ini".

"oh, yasudah aku mandi dikamar mandi luar saja". Aku berjalan cepat mencoba meraih pergelangan tanganya.

"biar aku siapkan air hangat untukmu ya, tunggu Renand sebentar lagi, dia tak akan lama". Aku mencoba tersenyum padanya. Ia mengangguk, aku menuntunya untuk duduk di sofa dan memberikannya segelas air putih.

Aku ingin mencoba menjadi istri yang baik, memenuhi setiap kebutuhan dia dan anaknya.

Renandra keluar dari kamar mandi dan tersenyum hangat padaku, aku menghampirinya dan mengelus puncak kepalanya pelan.

"Mommy ingin siapkan air panas untuk daddymu, kau kembali kekamarmu dan ganti bajumu dengan baju tidur. Lalu kau kesini lagi. Ok?". Renand mengangguk dan keluar dari kamar dengan senyum yang mengembang.

Reista masuk kedalam kamar mandi dan mengisi bath tub dengan air hangat, ia mencampur sedikit aroma kayu manis. Mengeluarkan handuk bersih dan menggantungnya disamping. Ia tersenyum dan keluar.

"Air hangatmu sudah siap, mandilah. Akan kusiapkan pakaian tidurmu". Ramel mengangguk dan berlalu kearah kamar mandi.

Reista membuka lemari Ramel, tercium aroma yang sudah sangat Reista kenal akhir-akhir ini. Jadi begini rasanya menjadi seorang istri?. Ia mengambil pakaian tidur ramel dan menaruhnya di atas tempat tidur.

Reista membersihkan muka dan menyisir rambutnya lagi, untungnya ia sudah membersihkan diri saat belum masuk kekamar Ramel. Sedikit mengolesi krim malam dan menyemprotkan sedikit parfum.

segala barang Reista sudah ada dikamar ini, sepertinya ibu mertuanya sangat memperhatikan segalanya dengan teliti. ia bahagia mempunyai ibu mertua yang sangat baik.

selama 2 hari persiapan pernikahan, Nyonya Gornio selalu menanyakan apa yang Reista sukai dan tidak di sukai. memberikan nasihat dengan tutur kata lembut dan tidak berhenti-hentinya mengucapkan terimakasih pada Reista.

Ramel keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang kusiapkan tadi, rambut basahnya membuatku terpesona, ia sangat tampan, dada nya yang terbentuk sempurna membuatku sedikit menahan nafas. aku memalingkan wajah pura-pura tak melihatnya.

"bajumu disana". Tunjukku kearah tempat tidur.

"ya, Terimakasih". katanya, Reista mencoba sibuk mengotak-atik handphone. Ia tak berani melihat Ramel ganti baju, ya walaupun mereka sudah suami istri, tapi Reista masih takut untuk melihat hal-hal yang tak seharusnya.

melihatnya hanya menggunakan handuk saja membuat sesuatu dikepalanya hampir meledak, apalagi melihat seluruh badanya telanjang?.

"Mom". Ketukan pintu membuatku bangkit dan buru-buru membukanya,. Renand sudah tampan dengan pakaian tidur malam ini. Aku mengajaknya masuk.

"Renand terbiasa tidur dengan lampu mati atau menyala?". Tanyaku saat ia sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"apa saja Mom, aku tetap bisa tidur". Aku terkikik geli, dia benar-benar terlihat senang malam ini.

"kalau kau Ramel?". Aku mengalihkan pandanganku ke arah Ramel yang juga sudah merebahkan dirinya di samping anaknya.

"Terserah saja". Ucapnya pelan, akhirnya aku mematikan lampu. Bukan aku terbiasa mematikan lampu saat tidur, tapi aku takut mereka berdua melihat rona dipipiku.

Ini untuk pertama kalinya aku tidur bersama seperti ini. Aku naik ke atas tempat tidur dan Renand langsung memelukku erat.

"tidurlah". Aku mengelus kepalanya pelan, ini sangat nyaman. wangi Rambut Renand sangat wangi dan menenangkan, Perlahan-lahan kantuk ku mulai datang. Di tengah kesadaranku. Aku seperti merasa ada yang mencium keningku dan berkata.

"mimpi indah".

avataravatar
Next chapter