13 Renand

kami bertiga makan dalam diam, sesekali aku menenok ke arah Ramel yang makan dengan tenang. cara makan yang sangat anggun menurutku, belum lagi anakku Renandra yang mempunyai kebiasaan yang sangat sama dengan Ramel.

aku mengigit Roti yang lembut dan manisnya sangat pas di lidahku, pantas saja mereka sangat menyukai makan pagi seperti ini. belum lagi salad sayuran yang rasanya sangat segar. sepertinya makanan pagi ini tidak ada yang tak enak. semuanya serba enak dan segar.

"kau akan kemana hari ini?". Ramel bertanya padaku, matanya melihat seksama, aku menelan makanan dengan susah payah. pertanyaanya mengapa tepat saat baru aku memasukan makanan didalam mulut.

"entahlah, aku tak punya rencana akan kemana". aku meminum segelas jus jeruk untuk menelan sisa makanan yang ada di sela-sela mulutku.

"Mungkin kita bisa bermain di taman saja Dad". Renand menyahut diantara obrolan kami.

"boleh saja, tapi mungkin nanti saat sore Nak". Ramel menyudahi makannya dan meminum air putih segelas penuh.

"ok Dad, aku akan kabari teman-temanku untuk bertemu di taman. akan aku katakan pada mereka tentang Mommy baruku". Renand berbicara dengan sangat antusias, matanya memancarkan kesenangan dan kurasa di otaknya sedang berkhayal banyak hal.

"Tentu, apapun untukmu nak, Daddy keruangan kerja dulu ya, ada beberapa hal yang harus Dad urus". Rmel tersenyum padaku seperti memberi isyarat pamit, aku hanya mengangguk mengerti. kini hanya ada aku dan anakku Renand.

"kau sudah selesai, apa kita menonton film dikamar saja nak? sampai menunggu sore". kataku memberi saran yang aku tak tau dia suka atau tidak.

"Tentu Mom, aku suka menonton film, bagaimana jika kita menonton film naruto saja. aku suka film itu".

"oke, kita akan nonton film, Iren kami sudah selesai makan". aku memanggil pelayan utama yang bernama Iren itu, ia datang dengan cepat dan membungkukan badannya sopan.

"baik nyonya". katanya.

"terimakasih Iren, beritahu para chef aku sangat menyukai masakan mereka, makanan pagi ini sangat nikmat dan segar, dan sepertinya setiap sarapan aku ingin salad seperti tadi".

"tentu nyonya, akan saya sampaikan, jangan sungkan memerintah kami nyonya". Iren tersenyum senang, aku hanya mengangguk mengerti.

"ayo nak, kita kekamar". Renand menggandeng tanganku dan kami berjalan naik kelantai atas.

sehari aku resmi menjadi istri seorang Ramelson, menonton film bersama Renand dan sesekali kami tertawa saat melihat adegan konyol di film Naruto. Renand ternyata sangat manja, ia selalu meminta dipeluk dan kadang mencium pipiku singkat.

tapi mungkin tidak dengan Ramel, ia tak keluar dari kamar sedari tadi. entah apa yang dia lakukan, aku yang sekertarisnya saja tidak tau pekerjaanya di hari libur seperti ini. sepertinya kami masih menyesuaikan kehidupan baru ini.

Dering ponselku membuyarkan lamunanku dari layar tv, nama Mommy tertera di layar handphone. aku tersenyum, baru sehari aku tak dirumah ibuku yang cantik ini sudah sangat rindu sepertinya.

"Hallo Mom". kataku menjawab panggilan dari ibuku.

"hallo nak, bagaimana harimu?". suara lembutnya membuatku sedikit tersentuh.

"hariku baik Mom, saat ini aku sedang menonton Film dengan Renand, Mommy sedang apa?".

"Mommy sedang duduk saja diruang tamu, Rumah sangat sepi tidak ada suaramu Nak".

"Jika ada waktu nanti Reista pasti mampir kesana Mom".

"ya, jangan dipaksa nak, jika kau sempat saja. Mommy ingin kau bahagia dengan kehidupanmu, dan terimakasih ya nak, kau mau mewujudkan keinginan Daddymu". terdengar helaan nafas berat disebrang sana, kurasa Mommy menahan tangisnya sedari tadi.

"ya Mom, Mommy jaga kesehatan ya, dan sampaikan salamku kepada Daddy". sepertinya aku harus menyudahi pembicaraan ini, sebelum aku juga akan menangis dan anakku Renand akan berpikir bahwa aku cengeng.

"Yasudah Mom Tutup ya". suara sambungan terputus terdengan ditelingaku, aku menatap layar handphone dengan rasa yang kalut.

walaupun awalnya aku menerima pernikahan ini dengan terpaksa, tapi aku tetap menjalaninya dengan sangat ikhlas. aku tak ingin orangtuaku merasa bahwa aku menderita disini.

"Mommy kenapa?", Renand menepuk tanganku pelan, aku hanya tersenyum melihatnya dan menepuk pipinya pelan.

"Mommy hanya merindukan Orangtua dirumah". kataku pelan, kulihat matanya yang mengerti akan kesedihanku, tanganya tak berhenti mengelus pelan seperti memberikan kekuatan.

"tak apa Mom, Daddy pernah bilang, rasa rindu itu ada disemua orang didunia ini. Jika Mommy ingin menangis, menangis saja. Karena ada aku disini Mom".

"kau manis sekali sayang, Mommy tidak ingin menangis. Mommy hanya ingin memelukmu saja boleh?".

"Tentu Boleh Mom". aku memeluk erat tubuh Renand dengan sayang, ia memelukku dan mengelus pundakku pelan. entah belajar darimana dia menenangkan seseorang seperti ini.

"terimakasih Nak, perilakumu sangat manis".

"Daddy sering mengajariku Mom, ia bilang bahwa hati perempuan sangat lembut dan kita sebagai laki-laki harus bisa menenangkannya jika dia bersedih".

"Daddymu sangat pengertian kalau begitu Nak". aku mengecup keningnya pelan, ia hanya tertawa sedikit malu.

"tentu, dia kan Daddyku Mom". kami hanya tertawa pelan, film yang kami tonton rasanya tak menarik lagi.

"Kau bisa saja Nak".

"dulu, Dad sering cerita tentang Mommy andine, Mommy andine adalah orang yang sangat manis dan berhati lembut, namaku saja itu diberikan oleh Mommy Andine". aku tersenyum mendegar penuturannya, aku juga yakin bahwa andine memang orang yang sangat baik dan cantik, apalagi dia bisa melahirkan anak yang pintar dan tampan seperti Renandra.

"apa kau pernah melihat wajah Mommy mu nak?". tanyaku pelan.

"aku pernah di beritahu Fhoto Mommy Andine, dia sangat cantik dan aku sangat menyukainnya walaupun aku tak pernah melihatnya Mom". matanya sedikit berbinar saat membicarakan tentang andine.

"kau memang harus menyayangi ibu kandungmu Nak, dia yang melahirkanmu, perempuan hebat yang memperjuangkan hidupnya untukmu".

"ya Mom, Daddy juga sering berkata seperti itu, maka dari itu aku selalu dinasehati untuk selalu menghargai dan menghormati setiap perempuan, karena perempuan sangat hebat". Renand memberikan jempolnya didepanku, aku hanya tertawa dan mengigit jempolnya pelan.

"kau pintar, Mommy bangga punya anak sepertimu".

"aku juga bangga punya Mommy yang sangat baik, seperti Mommy". ia lagi-lagi mencium pipiku, aku tersipu malu.

"terimakasih ya, mau menerima Mommy dan menyayangi Mommy". Renand mengangguk dan tersenyum.

"Tentu Mom, kau wanita yang sangat hebat dan baik padaku. sejak pertama kali bertemu denganmu di indonesia". aku mengangguk membenarkan yang dia katakan, aku juga sudah menyukai Renand saat pertama kali bertemu dengannya di indonesia.

takdir memang sangat lucu, ia mempertemukan kami secara tidak sengaja dan membuat kami saling menyayangi. walaupun hanya pertemuan singkat, tapi rasa yang tumbuh tidak akan berkurang sesingkat itu.

avataravatar
Next chapter