14 Dua permen coklat

Nafisah sedang memakan salad sayur yang diberikan oleh Kakak panitia dalam game ini, mereka ber enam sudah sampai di titik kumpul.. tidak mudah memang, bahkan beberapa kali Nafisah tersandung mengakibatkan kakinya lecet. ada beberapa kekesalan Nafisah selain tersandung, yaitu Kak Nandra yang begitu sok perhatian pada Nafisah.. Nafisah bahkan sudah di curigai oleh Nasmira bahwa memiliki hubungan dekat dengan kak Nandra.. Karena sejak pertama kali, Kak Nandra memang selalu lebih perhatian kepada Nafisah dibandingkan yang lainnya.

Hari kedua Nafisah berada di sekolah ini saja sudah penuh drama, salad yang masuk ke dalam mulut terasa hambar. bukan karena rasanya tidak enak, namun sebal dengan wajah Nandra yang terus memperhatikan Nafisah.. apa maunya sih? memangnya Nafisah ini anak kecil yang harus dilihat? Nafisah bahkan sudah bergidik ngeri, takut takut Nandra itu memang punya kelainan. dan menetapkan Nafisah menjadi Targetnya, Oh Tuhan.. jauhkan Nafisah dari hal hal buruk..

"Kamu butuh minum". Tuh kan, baru saja Nafisah memikirkan manusia itu. sekarang sudah berada di samping Nafisah menawarkan minum. Nafisah hanya mendelik tak suka, ini juga.. kemana semua temannya? kenapa setiap Nandra mendekati Nafisah, tiba tiba temanya menghilang semua..

"Kak, tidak usah terlalu perhatian padaku.. aku ini bukan anak kecil atau Perempuan penyakitan, kakak perhatikan saja yang lain. perempuan perempuan yang sejak kita sampai disini sudah terus memperhatikan kak Nandra". Ujar Nafisah sebal, buru buru menyuap saladnya dengan kasar. bahkan mulut Nafisah sudah penuh dan hampir saja tersedak oleh Penuhnya salad.

"Pelan pelan, aku tidak minta kok". Kata Nandra yang tidak peduli dengan omongan Nafisah, namun hanya memperdulikan tingkah lucu Nafisah yang terlihat menggemaskan dengan mulut penuh salad.

Nafisah bangun dari duduknya dan berjalan pergi dari hadapan Nandra, sambil mengunyah salad. Nafisah mencari sumber mata air untuk mengisi botolnya dengan air minum. Nafisah malas harus menerima Pemberian dari Nandra, memangnya Nafisah tidak bisa mencari minum sendiri? mau bagaimanapun, Nafisah ini terbiasa susah dan mencari banyak hal seorang diri.

Saat melihat kesekeliling, Nafisah dapat melihat kran air yang terbuat dari bambu. Nafisah berjalan ke arah kran tersebut yang memang tidak jauh dari Nafisah berdiri, saat sudah sampai di depan kran. Nafisah membuka kran tersebut dan mengisi botol minumnya. sambil menunggu botol minumnya penuh, Nafisah melihat ke arah depan. disana terdapat banyak pepohonan yang rindang dan juga air terjun kecil.. banyak siswa yang berada di sana, Nafisah juga dapat melihat Rosebell dan Nasmira yang ternyata ada di antara salah satu dari banyaknya orang yang berkerumun.

"Kau menolak air minum yang dibawakan dan memilih mengisi sendiri". Nafisah saja mengumpat kasar saat dirinya di kagetkan oleh Nandra, karena tiba tiba ada di samping Nafisah. botol minum Nafisah saja sudah terjatuh dan membuat Nafisah menatap Nandra dengan kesal.

"Kak, sebenarnya kakak kenapa sih suka sekali mengikuti aku? memangnya aku ini kenapa? aku kan sama dengan siswa lain, harus diperhatikan.. Kak Nandra jika memang tidak punya pekerjaan lain, lebih baik kemana gitu.. jangan ganggu aku, aku sedang ingin sendiri". Nafisah mengambil botol air minumnya, mengerutkan dahi merajuk.. Nafisah benar benar kesal karena selalu di ikuti, padahal jika Nafisah perhatikan, kakak kelasnya yang lain sibuk mengatur permainan yang akan dilakukan.. kenapa kakak kelasnya yang satu ini malah sibuk mengikuti Nafisah? Kan menyebalkan sekali. Pikir Nafisah..

"Aku hanya mencoba membantumu, karena kau sangat mirip dengan adikku.. apakah aku salah? atau aku membuatmu risih?". Ya. Nafisah ingin sekali berteriak kencang di wajah Kaka Nandra bahwa Nafisah risih di ikuti terus menerus. lalu apa dia bilang? aku mirip adiknya? ah, paling dia hanya mencoba mengelabui Nafisah..

"Maaf kak, tapi aku memang sedikit risih dengan sikap kakak. apa kakak tidak melihat pandangan Perempuan lain yang melihat kakak selalu berada di dekatku?, kumohon kak, biarkan aku hidup tenang bersekolah di sini.. aku ini bukan orang kaya seperti kalian, aku hanya siswa beasiswa.. aku hanya kehidupan normal dan bisa lulus tepat waktu. Aku bukan merasa percaya diri bahwa kak Nandra memiliki maksud lain mendekati diriku, tapi aku hanya realistis dan tidak menginginkan sekolahku berantakan karena sikap kakak yang begitu aneh..". Nafisah berucap jujur, bahkan terlalu jujur untuk ukuran siswa baru yang kurangajar.

Nandra yang mendengar perkataan Nafisah, hanya tersenyum dan malah mengacak rambut Nafisah dengan sayang. Nafisah menutup matanya perlahan lalu membukanya lagi. Ada letupan yang hampir meledak karena sikap ramah Kak Nandra, namun Nafisah mencoba untuk tidak peduli dan kembali ke kenyataan.

"Kau benar benar mirip dengan adik kakak, selalu berkata apa adanya. walaupun kalian bukan orang yang mudah berbicara, namun saat kalian sudah kesal. maka kalian akan ucapkan semua kata kata yang ada di otak kecil ini". Nandra menunjuk jidat Nafisah, lalu membantu Nafisah mengisi air ke dalam botol minum, yang memang sejak jatuh tadi belum sempat diisi kembali.. Nafisah diam saja, membiarkan waktu berhenti di detik ini. Nafisah merasa tidak asing dengan semua sikap yang kak Nandra lakukan.. Namun Nafisah lupa, dimana Nafisah pernah merasakan posisi seperti ini? apa ini bagian dari mimpi panjang Nafisah? atau hanya khayalan yang memang tetap menjadi khayalan?..

Air minum sudah terisi penuh, Nandra memberikan kepada Nafisah dan diterima baik oleh Nafisah, namun langkah kaki Nafisah tidak pergi dari hadapan Nandra, Nafisah masih tetap berdiri menunggu sesuatu. entah sesuatu seperti apa, namun Nafisah merasa hati kecilnya enggan meninggalkan kesempatan ini.

"Kau menunggu ini?". Nandra mengeluarkan dua permen coklat dari kantung celana lalu memberikan pada Nafisah, Nafisah menerima itu dengan senyum yang terbit cantik di balik bibirnya. Nafisah merasa, hal inilah yang memang selalu Nafisah tunggu.. dua permen coklat?, sejak kapan ini menjadi hal yang harus ditunggu?

Nafisah mengangkat wajahnya dan menatap mata Kak Nandra, mencari jawaban atas semua pertanyaan di benak Nafisah. Namun Nandra hanya tersenyum lalu pergi dari hadapan Nafisah.

Nafisah termenung, menatap kedua permen coklat yang ada di telapak tanganya saat ini. Nafisah merasa sedih, ingin menangis dan meraung.. entah apa yang bisa membuat Mood Nafisah menjadi begitu sedih..

Nafisah tidak bisa menahan air mata itu, air mata yang tiba tiba turun dari kedua pelupuk matanya.. air mata yang merasa sebuah kesedihan dan kebahagiaan menjadi satu.. Sesuatu yang tidak bisa di tafsirkan oleh sebuah kata kata, sesuatu yang menyimpan banyak pertanyaan.. jadi apa? kenapa?

Dengan air mata yang tidak mau mengering, Nafisah berjalan meninggalkan kran air.. Memilih berjalan sedikit dan keluar dari lingkaran kemah mereka malam ini. Nafisah ingin menenangkan diri, diri yang tiba tiba terasa aneh..

avataravatar
Next chapter