webnovel

Helping Him

"Ayo kita siap-siap sekarang, orangtua kalian pasti menunggu di luar!" Nara memberikan isyarat bagi semua anak-anaknya. Menepuk beberapa kali, meminta mereka untuk membersihkan mainan sebelum pergi dari ruangan.

Pandangannya terarah pada Kenan, melihat sosok mungil itu mencoba berinteraksi dengan teman-temannya. Meskipun masih malu untuk bicara, setidaknya melihat Kenan tersenyum seperti itu sudah membuat Nara senang.

Ada rasa lega menjalarinya, entah apa itu. Nara tidak begitu peduli.

"Baik, Ibu Nara!!" semua anak-anak bergerak membersihkan mainan mereka dengan semangat. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka.

Saat semua tubuh mungil itu beranjak keluar dari ruangan. Menggendong tas kecil mereka di punggung, melambai tangan kompak.

"Da, da, Ibu Nara!!"

"Sampai jumpa besok!!"

Melambai balik, wanita itu bergerak mengambil tasnya. Tanpa menyadari sosok pemuda kecil berdiri di belakangnya. Menggendong tas kecil dan menarik pakaiannya pelan.

"Astaga!" berjengit kaget, Nara berbalik cepat. Maniknya yang tadi membulat langsung kembali seperti semula. Hampir saja dia jantungan.

"Kenan, Ibu kira siapa~" mendesah lega, menatap sosok Kenan yang manis. Masih menundukkan wajah, memegang bajunya. "Ada apa, hm? Kenan belum dijemput?"

Nara tahu semua kebiasaan orangtua yang biasa menjemput anak-anak mereka, termasuk Kenan. Meskipun yang menjemputnya adalah orang suruhan atau bodyguard orangtua mungkin?

Melihat sosok mungil itu menggeleng tanpa bicara, Nara mendesah. Kali ini mencoba sejajar menatap Kenan. "Biasanya kan Kenan sudah dijemput?" bertanya lagi.

Kenan mengangguk kecil, "Katanya mereka tidak bisa jemput Kenan, Ayah juga tidak datang," suara itu terdengar tipis. Nara menatap keluar. Matahari mulai terbenam, tidak mungkin dia meninggalkan anak kecil di sini sendirian.

'Ck, kemana sih Orangtuanya?! Keterlaluan kalau sekali saja tidak bisa jemput anaknya sendiri!' mendumel dalam hati.

Hampir saja Nara bertanya tentang Ibu anak ini, mengingat sikap Kenan tadi. Nara jadi was-was, 'Lebih baik aku tidak bertanya,' memutuskan cepat.

"Bagaimana kalau Ibu Nara yang anterin Kenan pulang?"

Manik bulat itu menatap tak percaya, senyumannya kembali. Kenan mengangguk cepat. "Mau, Ibu Nara!"

Nara tersenyum, mengembalikan posisinya tadi. Menggenggam salah satu tangan Kenan, "Kita mampir dulu cari makan mau?" mengajaknya keluar ruangan,

Kenan menggeleng, "Ayah janji hari ini mau makan bareng Kenan, jadi Kenan minta tolong anterin ke tempat Ayah kerja saja, Bu." Menjawab lugas, diusianya yang ke-5 tahun. Nara akui, kepintaran Kenan memang berada diatas rata-rata.

Dia sudah mampu mengolah angka, tulisan dan huruf dengan baik. 'Ah, semoga saja anakku nanti sepintar dia~'

"Hm, begitu? Kenapa tidak Ibu antarkan ke rumah Kenan saja?"

Pemuda kecil itu sedikit diam, menggenggam erat tangan Nara. "Di rumah sepi, hanya ada Bibi Minah saja kalau pagi. Kenan lebih suka tungguin Ayah di kantor, di sana juga ada banyak mainan." Berujar polos.

Dari ucapan Kenan tadi, Nara sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa Kenan hidup berdua dengan Ayahnya. Kalau Ibunya, mungkin masih misteri-

"Biasanya ada Ibu Melly juga ke rumah, tapi tidak tentu."

Lho- Nara salah kira? Mengambil kesimpulan secepat itu. Nara hanya bisa tersenyum kikuk, "Be-begitu? Baiklah akan Ibu antarkan ke tempat Ayah Kenan kerja saja ya."

"Terimakasih, Ibu Nara."

Kekikukkan Nara langsung menghilang saat melihat senyuman manis nan tampan di wajah Kenan. Pipi Chubby itu memerah dan tersenyum menampakkan giginya.

'Manisnya~' dia luluh lagi.

.

.

Mobil Porsche mewah berwarna merah itu terparkir di depan gerbang, Berkat traffic tadi dia harus menunggu selama dua puluh menit di jalan. Keluar dari mobilnya. Menarik perhatian beberapa orang di sana.

Pandangan wanita itu melirik ke segala arah, ini kali kedua dia datang menjemput Kenan. Mengingat laki-laki itu selalu meminta bodyguard khusus untuk mengantar atau menjemput anaknya.

Area penitipan sudah nampak sepi, hanya dua orang satpam saja yang masih ada di sana. Alisnya terangkat bingung, melangkahkan kaki mendekati pos satpam.

Tersenyum anggun, "Permisi saya mau menjemput Kenan, dimana dia sekarang ya? Apa masih di kelas?" bertanya langsung. Mengabaikan tatapan para satpam yang masih kagum padanya. Tentu saja, kecantikan Melly tidak bisa dianggap remeh.

Satu satpam sadar kembali, menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Lho, bukannya tadi nak Kenan sudah diantar Non Nara pulang. Katanya tidak ada yang jemput."

Menatap bingung, "Nara? Siapa dia kalau saya boleh tahu?" kenapa rasanya dia kenal sekali dengan nama itu. Tidak asing di telinganya.

"Non Nara itu salah satu pegawai di sini Neng, katanya dia yang mau anterin Nak Kenan pulang,"

"Pulang?" Melly berpikir sekali lagi, tidak biasanya seorang Kenan bisa dekat dengan orang lain selain dirinya dan Damian. Sampai meminta perempuan itu mengantar pulang? 'Apa mereka ke Apartement? Tidak mungkin, biasanya Kenan pasti selalu ke kantor.' Terfokus dengan pikirannya.

"Eh, ngomong-ngomong Neng, kok geulis pisan. Putih, mulus lagi! Kalau misalnya Abang minta nomor teleponnya mungkin-"

Mengabaikan ucapan kedua laki-laki paruh baya itu, Melly tersenyum tipis. "Saya permisi dulu, Pak. Terimakasih informasinya." Berjalan kembali menuju mobilnya.

"Yah, dicuekin, nasib, nasib. Memangnya saya kurang apa,"

"Kurang muda lagi, Kang Mis!" salah seorang laki-laki yang bekerja sebagai guru di Day Care tersebut menyahut cepat.

"Loh, Mas Ardi belum pulang toh?" menggaruk kepalanya dan tersenyum kikuk. Memperhatikan sosok berusia 28 tahun itu terkekeh melihat tingkahnya.

"Belum Kang, tadi ada urusan sebentar. Memangnya siapa tadi?" manik hitamnya melirik ke arah Porsche merah tak jauh dari gerbang,

"Itu, tadi ada yang nanyain Nak Kenan. Kan sudah diantar sama Non Nara baru saja. Geulis pisan, Mas! Siapa tahu jodoh saya!"

Laki-laki itu terkekeh geli, "Semoga aja Pak. Tapi kalau mobilnya kayak gitu juga saya bakal minder. Mending cari gadis sederhana aja, Kang."

"Weh, gitu ya?" melirik laki-laki di depannya, "Padahal wajah Mas Ardi ganteng lho, tapi masih kalah sama saya sih."

Sosok itu hanya tertawa, melambaikan tangannya, "Saya permisi pulang dulu, Kang."

.

.

Manik Amber Nara menatap dari dalam mobil, gedung pencakar langit yang cukup tinggi. Meneguk ludahnya tanpa sadar. Sekarang dia tahu darimana datangnya bodyguard-bodyguard berjubah hitam itu. Perusahaan Ayahnya saja tidak sebesar ini!

"I-ini benar kantor Ayahnya Kenan?" Jangan sampai dia salah masuk, kan malu.

Kenan mengangguk yakin, "Iya, ayo Bu Nara!" keluar dari mobil. Nara mengira dia hanya mengantar sampai depan gedung. Tapi tidak baik juga, setidaknya sampai Kenan ketemu dengan Ayahnya baru dia bisa pulang.

"A-ah, iya," melepaskan seatbelt, dan mematikan mobilnya. Setelah mencari tempat parkir yang cukup luas. Bergegas keluar dari mobil, tangan mungil Kenan langsung menariknya menuju gedung.

Gedung besar dan tinggi, 'Ayahnya pasti sibuk sekali,' membatin yakin. Melangkah kakinya masuk ke dalam lobby.

.

.

Suasana di dalam lobby cukup sepi, mungkin karena jam kerja sudah lewat. Hanya ada satu wanita dibagian resepsionis yang masih bekerja, itupun tengah bersiap-siap pulang, tiga orang satpam yang menjaga untuk malam ini di luar gedung.

Wanita itu melihat kedatangan Kenan, "Oh, Tuan Kenan, anda sudah datang!" tersenyum tipis, kali ini berjalan menghampiri mereka berdua. Melihat Nara di samping Tuan mudanya. Bisa Nara rasakan tatapan menyelidik plus memperhatikan penampilannya dari bawah sampai atas.

Wanita dengan jaket berwarna pastel, bergambar kartun, rambut hitam pendek yang terikat dan kacamata bulat. 'Hilih dasar nyinyir! Tertawakan saja aku, silahkan~' Nara sudah terbiasa, melihat wajah itu menahan tawanya.

Sosok yang nampak cantik dengan balutan baju kerja yang formal dan rambut kecoklatan tergulung rapi. Ah, sial, dia benci melihat orang lain membanding-bandingkan penampilannya.

"Lho bukannya tadi Nona Melly yang menjemput Tuan Kenan?" mengganti ekspresinya cepat dengan wajah bingung, Kenan menggeleng polos.

"Tidak ada kok, Kenan dianter sama Ibu Nara. Ayah dimana Tante?" bertanya dengan cepat, seolah tidak sabar bertemu Ayahnya. Tentu saja dengan tangan masih menggandeng Ibu Nara-nya.

Nara melihat jelas ekspresi wanita itu, sedikit kikuk saat memberitahu. "Mm, sebenarnya Tuan Damian masih ada rapat diatas, mungkin sebentar lagi selesai. Tuan Kenan mau saya buatkan minuman sambil menunggu? Mm, Nona Nara juga?"

"A-ah, tidak usah," Nara menolak halus, memperhatikan Kenan. Raut wajah pemuda kecil yang tadinya antusias kini menunduk lagi. Tidak menjawab pertanyaan wanita di depannya.

"Tuan Kenan?"

Mengurungkan niatnya tadi, Nara mengambil inisiatif, menatap wanita di depannya, "Permisi, apa ada Pantry di sini?"

"Oh, ada Nona, di dekat sana. Kenapa? Mau saya buatkan minuman? Pantry kami cukup lengkap, mengingat Tuan Kenan setiap hari ke sini, jadi semua kesukaan Tuan sudah ada di sana." Menjelaskan dengan singkat. Nara mengangguk paham-

"Kenan," memanggil sosok mungil itu, Kenan menengadahkan wajahnya, masih dengan bibir cemberut. "Bagaimana kalau sambil menunggu Ayahmu, Kenan buat minuman bareng sama Ibu Nara?"

Manik Amber itu nampak membulat lagi, kali ini sedikit bersinar, antusiasnya muncul.

"Kalau minuman, biar saya saja yang buatkan. Anda tinggal menunggu saja," menginterupsi antusias Kenan. Nara berdecak dalam hati, 'Wanita ini benar-benar tidak pintar memikat hati anak-anak,' mungkin dia mampu memikat hati para lelaki dengan penampilannya.

Tapi maaf, kalau masalah anak-anak, Nara tidak pernah kalah. "Tidak usah, biar saya sama Kenan saja yang buat,"

"Eh, tapi mana mungkin saya biarkan Tuan Kenan,"

Siapa yang menyangka Kenan memotong perkataan wanita itu, "Kenan mau buat minuman sama Ibu Nara, jangan ganggu!" menaikkan sedikit suaranya. Membuat Nara bengong, merasakan tarikan mungil itu mengajaknya ke arah pantry.

"Eeh, Tuan Kenan! Nanti saya dimarah sama Pak Bos! Astaga!"

Kan sudah dibilang, kalau masalah anak-anak. Nara tidak akan kalah, haha!

'Rasakan!'

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Like it ? Add to library!

MKaraaacreators' thoughts
Next chapter