4 Secercah Harapan

Setelah pembicaraan dan pertimbangan yang panjang mengenai pengobatan Carl dengan dokter yang Reynand percayakan, ia langsung menyiapkan segala sesuatu yang menyangkut segala prosedur yang dibutuhkan untuk Carl.

Hati Reynand sedikit lega, karena pada titik terakhir yang tadi nya ia fikir tak menemukan secercah harapan kini mulai berangsur dapat membuat harapan baru, yang walaupun ia sendiri tak tahu apakah nanti nya semua akan berjalan mulus atau tidak.

Paling tidak sebagai orang tua Carl ia telah berusaha semaksimal mungkin melakukan yang terbaik untuk putra semata wayang nya, sudah cukup bagi nya ia kehilangan istri yang ia cintai, ia tak ingin kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya.

Baginya harta kini hanya pelengkap semata dalam hidup nya, namun Carl adalah pelengkap kebahagiannya.

Ia ingin menyaksikan putra nya benar benar bahagia dengan seseorang yang nanti nya bisa menemani hidupnya.

"Dad ... akan terus berusaha untuk mu ... kau harus bertahan Carl, dad selalu ada untukmu," cicit Reynand pada dirinya sendiri, berusaha menegarkan dirinya.

Langkah Reynand kini berjalan pelan menuju dimana Carl masih terbaring lemah di sebuah ruangan berlapis kaca, yang dimana hampir semua alat penopang kehidupannya kini menempel ditubuhnya.

'Kau harus berjuang Carl ... cepat lah membaik, agar kau dapat dipindahkan ke tempat yang jauh lebih baik dari sini, dan nanti nya kau akan mempunyai harapan untuk melanjutkan hidupmu,' benak Reynand dalam hati sambil menatap Carl dari luar kaca.

Tak sampai hati Reynand melihat putranya yang hanya memejamkan manik nya setelah dimana Carl lagi lagi kembali dalam kondisi kritis.

Manik Reynand telah berkaca kaca, sebisa mungkin ia menahan tangisnya. Ia tak ingin Carl menjadi sedih jika mengetahui ayahnya selalu menangisi keadaan Carl.

Ddrrt

Sebuah pesan masuk, menggugah lamunan Reynand sejenak.

Manik Reynand langsung tertuju pada layar handphonenya.

Pesan singkat tersebut nyata nya berisikan sebuah pesan penting untuknya. Ia menganggukan kepalanya sejenak, dan melangkah kan kakinya kembali menuju pihak management rumah sakit, yang telah bekerja sama dengan rumah sakit rujukan yang nantinya akan menjadi rumah kedua untuk Carl.

***

"Shaaaaaarrr !!!!" pekik seorang gadis yang kini berhambur kepelukannya.

Sharon yang mendapati tingkah konyol sahabat nya itu hanya dapat terkekeh pelan.

"Bagaimana sidang mu ? Apa sidangmu lancar ? atau ada masalah ? Mmm ... tapi sepertinya kau pasti akan lancar ... kau kan mahasiswa tercerdas disini," ujar Kyra panjang lebar tanpa jeda sedikit pun, bahkan Sharon saja tak sempat mengatakan apapun untuk membalas pertanyaan Kyra yang bertubi tubi.

Sharon hanya memutarkan manik nya malas.

Sungguh ia tak habis fikir dengan sahabat nya itu. Jika sekiranya ia ingin menanyakan padanya, seharusnya tidak ia jawab sendiri bukan ? Namun kenyataannya justru Kyra menjawab nya sendiri.

"Yak !! Aku belum menjawab, kau langsung menyimpulkan nya sendiri, kalau begitu mengapa kau sebelumnya bertanya, jika kau yang akhirnya menjawab nya sendiri ?" ujar Sharon tak kalah panjang mendengus pertanyaan Kyra sebelumnya.

Sontak Kyra tertawa dibuat nya, bahkan tangan Kyra yang bebas ikut memukul mukul pelan bahu Sharon, karena tidak kuat menahan tawanya.

Sebuah ringisan pelan dari mulut Sharon sedikit terdengar di telinga Kyra.

"Maaf ... sepertinya aku kebablasan," ujar Kyra santai.

Sharon yang memang telah mengenal sahabat nya itu hanya menghela nafasnya dan menganggukan kepalanya pelan disertai cicitannya, yang mengatakan bahwa ia memaafkannya.

Sebuah senyuman manis kini terukir diwajah Kyra, dan begitu juga dengan Sharon yang ikut tersenyum membalas sahabat nya itu.

Hati kecil Sharon mengatakan bahwa ia harus selalu bersyukur walaupun kini ia tak dapat melihat pemuda yang sebelumya selalu berada disekitarnya, ia masih memiliki Kyra yang selama ini selalu ada untuknya.

"Hei ... terimakasih ... apakah rencana jalan jalan akan tetap terlaksana setelah ini ?" tanya Sharon pada akhirnya yang mencoba melepaskan rasa sesak di dada nya yang beberapa waktu belakangan ini ia rasakan.

Kedua manik Kyra tampak bersinar cemerlang, dan jangan lupakan kedua ujung bibir Kyra yang telah terangkat sempurna keatas.

"Tentu saja Shar ... kau mau pergi kemana ? Aku akan mengikuti kemana pun kau pergi," ucap Kyra antusias.

Sebuah kekehan kecil akhirnya keluar dari mulut Sharon. Ia tahu Kyra akan selalu bersemangat jika diajak untuk jalan jalan, apalagi jika jalan jalan kali ini mendatangi tempat yang belum pernah Kyra datangi, maka tentu saja Kyra akan menjadi lebih bersemangat 3 kali lipat dari sebelumnya.

'Ck ... kau ini ...,'

Baru saja Sharon hendak mencari tempat -tempat yang menurut nya pas untuk berlibur berdua dengan Kyra, sebuah pekikan keras mengagetkan Sharon tiba tiba.

Kyra dengan lantangnya mengatakan pada Sharon, bahwa kali ini ia yang akan mengatur semuanya, dan Sharon hanya tinggal berdiam diri duduk manis saja.

Mendengar hal yang Kyra utarakan tentu saja hanya dapat membuat Sharon menggelengkan kepalanya pelan.

***

Jemari jemari yang sebelumnya kaku tergeletak di atas ranjang kini terlihat terangkat lemah, disertai detak jantung pada layar monitor yang sebelumnya sempat melambat seakan kembali berdetar normal, dengan laju yang bisa dibilang kembali ke titik stabil.

'Ah ... akhir nya kau berhasil melewati masa kritis mu ... kuharap rencana ku untuk merujuk mu kesana benar benar membuat secercah harapan untukmu,'

————

Leave comment, and vote...

avataravatar
Next chapter