5 Sekertaris Seksi

Setelah sebelumnya mereka menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam menggunakan pesawat pribadi, kini mereka telah sampai di lokasi meeting, barang bawaan mereka langsung dibawa oleh sopir pribadi Firman menuju villa keluarga di pulau yang terkenal dengan keindahan lautnya itu.

"Selamat datang Pak Firman, senang bisa bertemu kembali dengan pengusaha muda yang sukses seperti anda ini." kata Pak Mirwan seorang kolega bisnisnya yang juga ikut datang dalam meeting tersebut.

"Saya juga senang bisa bertemu dengan anda Pak Mirwan."

"Ini....?" Pak Mirwan melirik pada Mayang yang berdiri di dekat bosnya.

"Oh, ini sekertaris baru saya, Mayang."

"Waww.. Sekertaris anda sangat cantik dan juga.... seksi." Kata Pak mirwan dengan agak berbisik ditelinga Firman saat mengucapkan kata terakhirnya. Walau sedikit kesal tapi Firman hanya tersenyum untuk memberi kesan kesopanan pada kliennya.

"Baiklah Pak Firman silahkan anda duduk dulu saya harus menerima telpon sebentar." Firman mengangguk dan Pak Mirwan segera meninggalkan mereka setelah memberikan kedipan mata genitnya pada sang sekertaris seksi bos Firman.

Firman melirik ke arah Mayang yang hanya tersenyum canggung pada Pak Mirwan.

"Besok lagi pakai pakaian yang lebih sopan."

"Saya kira ini sudah sopan pak, Tuh sekertaris temen-temen bapak lebih tidak sopan dari saya, baju saya tidak kurang bahan ya pak, dan rok saya ini lima centi dibawah lutut tanpa belahan, jadi letak ketidak sopanan saya dimana?"

"Lihat dada kamu, dan lihat baju kamu itu terlalu ketat." mendengar ucapan bos rese nya Mayang hanya memutar bola mata malas.

"Pak, asal anda tahu ya, ini ukuran baju saya sudah menggunakan ukuran paling besar, jika saya menggunakan yang lebih besar lagi mending saya pake karung goni aja sekalian." Jawab Mayang kesal.

Mayang memang memiliki badan yang seksi akibat tubuhnya yang asli gendut kemudian ditempa dengan berbagai olahraga dan diet, terbentuklah tubuh tinggi semampai dengan dada yang membusung besar dan bemper belakang yang menantang gravitasi. ditambah rambut panjang yang ia kucir kuda menambah keseksian penampilannya, wajar saja jika dia menjadi perhatian berpasang-pasang mata karena mengagumi keseksiannya. Dan Firman tidak menampik akan hal itu, hanya saja entah mengapa ia menjadi tidak rela jika ada mata yang melihat Mayang dengan tatapan nakal.

Firman melangkah menuju kursi yang disiapkan oleh panitia di ikuti oleh Mayang, sekilas mereka tidak hanya terlihat seperti bos dan sekertaris tapi juga seperti sepasang kekasih. Sama-sama menggunakan setelan berwarna putih yang dipadukan dengan warna hitam. Firman menggunakan kemeja warna putih dan setelan jas berwarna hitam, sedangkan Mayang menggunakan atasan berwarna putih dan rok hitam senada dengan sepatu mereka.

"Hai Fir, lo juga punya saham di perusahaan ini?" kata seorang laki-laki muda yang tiba-tiba duduk disampingnya.

"Eh.. Hai Ra... Iya, ga sangka ketemu ma elo disini." Firman menyapa balik sahabatnya Tara, sahabat dia sewaktu kuliah di luar negri.

"Lo sama siapa Fir?"

"Kenalin dia Mayang sekertaris ku."

"Oh sekertaris lo? kirain pacara lo, serasi banget lo bedua"

"Hallo Nona Mayang, Saya Tara sahabat Firman waktu sama-samak kuliah di luar negeri."

"Hallo Pak Tara, senang berkenalan dengan anda."

"Gak usah sok formal gitulah, panggil aja Tara."

"Baiklah Tara, saya Mayang."

"Nanti malam kalian harus datang ke acara pestaku, nanti aku akan kirimkan alamatnya padamu."

"Baiklah, kebetulan nanti malam kita tidak ada acara, saya usahakan datang."

"Bagus kalau begitu, aku tunggu kedatangan kalian."

Acara meeting pemegang saham berjalan dengan lancar, walau Firman sering merasakan kekesalan karena sekertaris barunya ini menjadi perhatian para pemegang saham yang lain, namun dia bersyukur karena Mayang tidak pernah menanggapi tatapan nakal para pemegang saham yang rata-rata adalah para womanizer kelas kakap.

Setelah acara meeting selesai mereka kembali ke villa, sopir pribadi mereka telah menunggu didepan gedung untuk mengantarkan mereka ke villa.

"Kamu bawa baju pesta?"

"Tidak pak."

"Pak Sofyan, kita ke butik langganan mama dulu, baru kembali ke villa." Kata Firman pada sopirnya yang bernama sofyan.

Hujan rintik-rintik menyertai perjalanan mereka dari gedung perkantoran meeting hingga kini mereka telah samapi di butik langganan mamanya Firman. Mayang keluar lebih dengan membawa payung dan membukakan pintu mobil bosnya, Menggunakan payung yang sama untuk sampai ke dalam butik.

"Kamu pilih baju yang cocok, dan kamu suka."

"Bapak ga sekalian beli baju?"

"Itu tugas kamu untuk memilih baju untuk saya pakai nanti malam."

"Baiklah kalau begitu."

Mayang melihat baju-baju yang tergantung cantik di dalam butik ditemani oleh seorang pegawai, sedangkan Firman duduk diruang tunggu sambil melihat tab nya, tak berapa lama dia mendapat email yang dia tunggu. Matanya terbelalak tak percaya membaca email yang berasal dari anak buahnya itu.

Mayang sang sekertaris adalah Mayang gadis cupu dan lugu, gadis yang selama ini dia cintai gadis yang selama ini dia cari, gadis yang telah membuatnya menyesali atas kebodohannya. Firman menatap Mayang yang sedang memilih baju pesta sesekali ia terlihat sedang berdikusi dengan pegawai butik yang melayaninya.

Firman melonggarkan dasi yang mengantung dilehernya, entah kenapa lehernya serasa tercekik setelah membaca laporan dari anak buahnya mengenai Mayang. Jika Mayang sekertarisnya adalah orang yang sama dengan Mayang yang dia cari selama ini, lalu apa Mayang tidak menegenalinya? atau Mayang memang sengaja tidak memberi tahunya karena dia sangat membenci dirinya? atau dia kehilangan ingatan? atau apa sebenarnya maksut Mayang menyembunyikan kebenaran siapa dirinya? lalu apa yang harus dia lakukan? apa dia harus jujur bahwa selama ini dia mencarinya? atau dia harus menyatakan cintanya? atau apa? bagaimana?

Firman menyandarkan tubuhnya pada sofa, kepalanya berdenyut, jantungnya berdebar dengan cepat. Firman memejamkan matanya untuk sekedar meredakan pening yang ia rasakan.

"Pak Bos.."

Mendengar Mayang memanggilnya, perlahan ia membuka mata, menatap Mayang dengan seksama membuat Mayang mengernyit bingung.

"Pak Bos kenapa?"

"Pak Bos sakit?"

"Kenapa wajah pak bos pucat sekali?"

Rentetan pertanyaan dari Mayang satupun tidak ada yang dia tanggapi, dia terus saja menatap wajah Mayang.

"Pak bos... Pak bos kenapa? jangan bikin saya takut dong pak."

"Pak...." Mayang mengoyangkan bahu Firman, dan Firman segera sadar dari ketertegunannya.

"Maaf Mayang, apa kamu sudah selesai."

"Dari tadi, bapak tidak apa-apa?"

"Ga apa-apa, ini kamu bayar dulu belanjaan kamu pakai ini." Firman merogoh saku, mengeluarkan dompet dan kartu debit miliknya kemudian menyerahkan kartu tersebut pada Mayang.

Mayang mengambil kartu debit dari tangan Firman, lalu melangkah menuju kasir, membayar semua belanjaannya, dan juga jas baru untuk Firman kenakan di pesta nanti.

"Sudah pak bos, mari kita kembali ke villa."

"Hm." Firman bangkit dari duduknya dan keluar dari butik diikuti oleh Mayang di belakangnya.

Firman mengambil payung dan mengandeng Mayang untuk masuk ke dalam mobil, sedangkan Mayang tidak menyadari tindakan Firman yang dengan sengaja mengandeng tangannya.

avataravatar
Next chapter