1 Bab 1 : Resurection 1 (Rev. I)

Di pagi yang indah, disalah satu RSUD di Jakarta.

Para perawat berlarian bergegas membawa seorang pasien yang sangat penting. Dan para penjaga bertugas memberikan jalan dan mengawal dari belakang.

Tapi, keributan lain pun terjadi diruangan dokter.

"Apa! Kau pasti bercanda kan?" Kata salah satu dokter muda yang tampan rupawan.

"Tapi tidak ada cara lain hanya kau yang memungkinkan bisa melakukan operasi ini." Jawab Dokter senior yang mungkin menjadi ketua disana.

"Tapi, jika aku gagal..." ujar dokter muda dengan ketakutan yang terdalam, sambil menundukan kepalanya, nadanya berubah menjadi cemas,.

"Kami tau, jika gagal maka RS ini akan dituntut!" Ujar Dokter Cewe senior yang duduk dekat pintu.

"Tapi kenapa harus aku? Bukankah ada senior yang bisa melakukan lebih baik dariku."

"Rey... Percayalah pada kemampuan mu, saat ini hanya kamulah Dokter yang bisa melakukan operasi ini, terlebih lagi kami percaya tingkat keberuntunganmu jauh lebih baik dari kami." Jawab Dokter Senior yang mungkin adalah ketua.

"Ba-baik... Aku mengerti..." Rey hanya menundukan kepalanya dan kemudian meremas celananya dengan jari-jari lembutnya. Ya, Rey Cemas karena selama ini dia hanya membantu jalannya operasi, tapi sekarang ia yang memimpin, terlebih lagi pasien ini adalah anak Mafia besar di Jakarta.

"Tapi jika karena keberuntungan ku..." lanjutnya dengan suara pelan.

"Apa aku orangnya seberuntung itu?" Ujarnya dalam hati sambil meneteskan air mata, karena merasa tidak sanggup.

Diruangan Operasi. Semuanya berusaha yang terbaik, terlebih lagi mereka membawa masa depan RS ini.

"Baiklah semuanya bersiap." Ujar Rey memimpin operasi.

Dan operasi pun berjalan tanpa kendala.

Setelah beberapa jam berlalu. Semuanya menunggu diluar termasuk orang misterius yang sejak tadi memperhatikan jalannya operasi.

Tiba-tiba Rey keluar dari ruang operasi lebih dulu. Mereka pun langsung menyambar dengan cepat seperti menemukan duit seratus ribu di jalan.

"Dok apakah dia baik-baik saja?" tanya salah seorang keluarganya.

"Bagaimana caraku menyampaikannya ya..." jawab Rey sambil memegang dagunya dan menoleh kearah lain. Mereka semua membalas dengan ekspresi tegang, dan ada yang pucat karena takut keluarganya gagal diselamatkan. Terlebih lagi salah seorang yang berbadan besar terlihat marah.

"Untuk saat ini dia selamat, dan kini dia sedang mengalami koma. Mungkin tidak akan lama lagi dia akan sadarkan diri." lanjutnya dengan wajah tersenyum. Akhirnya orang-orang mulai lega dengan kondisi sang pasien.

Jika kalian berfikir ini akan berakhir baik, sepertinya malah akan sebaliknya.

Sekitar satu jam setelah operasi selesai, terdengar suara tembakan yang amat kencang.

Bang...

Satu tembakan yang membuat seluruh manusia berlarian kesana kemari karena panik dan takut menjadi korban selanjutnya. Dokter muda bernama Rey, adalah korban dari petrus malam itu. Polisi dan satuan anti teror segera datang kelokasi penembakan, dan mereka masih belum mengetahui siapa pelaku penembakan tersebut dan apa tujuannya. Malam yang tenang berubah menjadi kelam ditambah kesedihan terjadi diruang Dokter.

***

Di sebuah ruangan kosong yang gelap, terlihat dua orang yang sedang duduk berhadapan. Dokter Rey, korban penembakan misterius. Dia terbangun dari tidurnya.

"Dimana aku?" ujarnya bertanya seolah dia tau ada orang disekitarnya.

"Oh, sudah bangun. Bagaimana mimpinya?" jawab orang dibalik cahaya.

"Si-siapa kamu!" Dokter Rey terkejut, dan mencoba bangun dari kursinya.

"Sh-shit..." dia seperti menempel dengan kursi itu, tak bisa beranjak dan berpindah tempat.

"Oh maaf, aku lupa menghilang kan efek negatifnya." jawab orang yang di duga pria ini sambil menggerakan tangan kanannya.

"..."

"Ah, aku bisa bergerak." ujar Rey dalam hati.

"Eh, anu... Sebenarnya apa yang terjadi, dimana saya..." tanya Rey sambil memperhatikan pakaiannya.

"Bagaimana ya mengatakannya..."

"Kau sudah mati." lanjut pria itu tegas

"Eh, apa?" Rey Terkejut mendengar kalimat dari Pria misterius itu.

***

Rey terkejut setelah mengetahui bahwa dirinya telah mati, dan penyebab kematiannya adalah karena dia menjadi korban penembakan oleh orang yang tak diketahui. Terlebih lagi, ia tidak pernah merasa memiliki musuh yang akan membuatnya menjadi seperti ini.

"Jadi aku harus menerima kenyataan ini?" Kata Rey dengan santai sambil menyilangkan tangan didadanya.

"Ya seperti itulah hidup, kau harus siap menerima semua kejutan dari Tuhan." jawab pria misterius dibalik cahaya itu.

avataravatar
Next chapter