1 1. 2009-1

Padang, 2009.

Qiana Nafeeza yang akrab dipanggil Ana untuk kesekian kalinya menghela nafas lega setelah berjuang kesana kemari ia akhirnya menjadi seorang mahasiswi.

Ana tidak pernah sekalipun membayangkan dia akan dapat menjejakkan kakinya ditempat seperti ini. Ternyata usahanya selama ini tidaklah sia-sia.

Ana memandang sekeliling, banyak orang yang membawa map untuk daftar ulang. Hari ini ketika daftar ulang seorang kakak tampan seperti panitia penerimaan mahasiswa baru memakai almamater kampus mengatakan kepadanya bahwa hari senin akan diadakan penyambutan dan pengenalan mahasiswi dan mahasiswa baru. Kakak tampan itu juga mengatakan harus datang pukul enam pagi dengan mengenakan baju hitam putih.

Ana bergegas kembali kerumah kontrakannya. Ia menatap bangunan bertingkat itu cukup lama di sinilah dia akan tinggal selama menuntut ilmu. Bangunan kontrakan itu memiliki kamar lebih dari sepuluh dia sendiri dapat kamar dilantai dua dengan jumlah dua orang perkamar. Dia beruntung dapat teman sekamar yang pendiam dan tidak berisik karena sejujurnya dia juga orang yang pendiam.

Ana melangkah masuk kedalam kontrakan dia melihat seorang kakak tampan yang tadi memberinya informasi sedang duduk diruang tamu bersama beberapa temannya. Kakak tampan itu terlihat cuek dan tidak peduli pada sekelilingnya. Ana tersenyum canggung ketika melewatinya hingga suara kakak senior yang tinggal disebelah kamarnya terdengar dari arah tangga.

"Ana! Kenapa kau sangat terlambat pulangnya! Besok jangan sampai terlambat ya. Kau sudah tahu kan itu hari pembukaan penyambutan mahasiswa baru?".

Ana menoleh melihat kakak seniornya itu yang kebetulan satu jurusan dengan jurusan yang dia ambil. Ana tersenyum lebar dan mengangguk. Ana kembali melihat tamu yang duduk diruang tamu juga sedang menatapnya sedangkan kakak tampan yang sejak tadi cuek juga berhenti bermain ponsel tanpa sadar Ana melangkah mundur. Dia baru melihatnya dengan jelas cowok tampan tinggi berambut pendek dan bermata biru langit, tatapannya saat menatap Ana terasa tajam dan dalam membuat dia merinding tanpa sadar. Semua tamu tersenyum kecuali dia. Seorang cewek berambut pendek bermata bulat duduk disebelahnya dan mencoba mencari perhatiannya tapi tanggapan kakak tampan itu sangat dingin. Ana menggeleng untuk kedepannya kehidupan kampusnya akan menjauh dari type orang seperti itu agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Ana menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk senior yang tadi mengajaknya bicara dengan kaku dan malu dia berkata "Aku.. Aku baru saja kembali dari minimarket membeli beberapa perlengkapan untuk besok!". Ana mengangkat kantong belanjanya.

Senior itu terkekeh lembut lalu mendekati Ana dan mencubit pipinya "Kenapa kau sangat gugup! Jangan takut mereka semua adalah panitia untuk acara besok, kecuali Amel dia dari fakultas ekonomi, selebihnya adalah seniormu nanti jika kau mengalami kesulitan jangan segan-segan mencariku atau Arkananta itu cowok yang paling tampan namun berwajah datar seperti tembok. Tapi kau jangan cemas meski dia seperti itu hatinya sangat baik!".

Ana mengangguk pasrah "Baiklah! Kakak kembali lanjutkan ngobrolnya aku akan kembali ke kamar!".

"Hm.. Hati-hati saat naik! Kau selalu tersandung jangan sampai jatuh lagi!".

Kepala Ana semakin merunduk karena malu mendengar perhatian kakak seniornya itu.

Setelah kepergian Ana cowok yang sejak tadi cuek dan berwajah datar bertanya "Siapa dia kau terlihat sangat peduli padanya!".

Senior itu menatap lantai dua wajahnya penuh dengan kerinduan dan kasih sayang "Dia seseorang yang sangat penting untukku! Dan kalian jangan coba-coba membully nya!".

"Azira! Sekarang kita sudah berkumpul di sini apa langkah selanjutnya!". Tanya cowok tinggi berkaca mata dan juga tampan.

Azira senior yang memiliki kamar disebelah Ana itu ikut duduk di sofa sambil berpikir "Yah, kita buat saja seperti sebelumnya tapi tanpa kekerasan. Hari pertama setelah berkumpul di lapangan kita akan membawa mereka ke dalam gedung fakultas, memberi pengarahan, sedikit tugas dan game tentunya biar tambah seru".

Mereka semua mengangguk "Baiklah! Karena selesai di sini bagaimana kalau kita pergi keluar makan malam, sekaligus nonton bioskop bareng!" Ajak Amel.

Tidak ada yang merespon dan Arkananta berdiri dan memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berkata "Aku harus kembali! Azira dan semuanya sampai jumpa besok!". Ia langsung pergi mengabaikan tatapan memohon Amel.

Azira mengangguk berusaha menahan senyum melihat Amel yang kembali diabaikan. Ia juga merasa jika Amel bukanlah gadis biasa, Amel seperti menyembunyikan banyak rahasia setiap ia melihat Ana tatapan matanya berubah tajam seakan Ana adalah musuh yang harus ia singkirkan. Awalnya ia berpikir itu perasaan cemburu karena Arka memperhatikan Ana tapi setelah di perhatian itu memang lebih dari cemburu.

Cowok tampan berkaca mata berkata sambil mencomot kripik kentang diatas meja "Sudahlah, Mel.. Sebaiknya kau menyerah Arka bukanlah sasaran yang mudah untuk ditaklukkan!".

Amel menatap cowok berkaca mata itu tajam "Kau diam!".

Cowok berkaca mata itu menjulurkan lidahnya tidak peduli. Lalu ia menatap Azira "Azira sampaikan salamku ya untuk adik manis yang tadi!".

Azira mencebik "Kau sejak kapan mulai tertarik pada cewek! Jika kau menganggunya aku akan menendang pantatmu!".

Cowok berkaca mata meringis "Kau sangat kejam seperti biasanya!".

"Aku memang!" Kata Azira bangga membuat cowok berkaca mata itu tidak bisa berkata-kata. Namun tidak kehabisan akal cowok berkaca mata itu mengalihkan sasarannya.

"Amel! Dimana kau bisa kenal Arka! Yang aku tahu dia type orang yang penyendiri tidak peduli pada sekelilingnya apalagi dengan gender perempuan".

Amel tersenyum malu "Itu saat acara ulang tahun kakeknya, kami diundang dan aku melihatnya disana. Dia sangat tampan kau tahu!". Teriak Amel tanpa sadar penuh semangat. Cowok berkaca mata tanpa sadar beringsut mundur dari tempat duduknya sedikit menjauhi Amel, dia menelan ludah dalam hati berkata aku salah bertanya! Sial!.

Mereka terus bercanda tanpa sadar warna jingga diluar sana berubah gelap. Lampu-lampu jalan mulai menyala memberi sedikit cahaya dalam kegelapan malam. Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali.

Cowok berkaca mata itu bernama Andrew Lee sebenarnya ia hanya junior bagi Arka dan Azira tapi ia selalu aktif dalam organisasi. Membuatnya akrab bersama senior-senior jenius di fakuktasnya. Lee panggilan akrabnya selalu menggunakan kaca mata membuatnya terlihat seperti kutu buku sebisa mungkin menjadi low profil.

Dalam mobil yang membawanya pulang Lee bersandar di kursi tangan kanannya memegang setir mobil sedangkan tangan kirinya memegang dada kirinya. Jantungnya berdetak cepat ketika bertemu Ana. Gadis itu membuat jantungnya jadi pemberontak tidak mau lagi menurut katanya. Tapi, ia harus memaksa jantungnya untuk berhenti berdetak untuk Ana karena gadis itu sepertinya telah menyukai orang lain dan Lee tidak akan pernah menjadi pria jahat yang merusak persahabatan hanya untuk memperebutkan seorang gadis.

Sepanjang jalan Lee melihat papan reklame itu terpampang jelas film baru di rilis bulan ini. Ia harus pergi nontonnya. Tapi siapa yang akan ia ajak pergi nonton haruskah ia mengajak Akira? Kebetulan adiknya itu sedang berlibur di sini, sepertinya ia memang harus mengajak adiknya pergi jika tidak ingin terlihat bodoh saat mengantri membeli tiket nonton di malam minggu.

❄❄❄

avataravatar
Next chapter