webnovel

Part 29

Zabran semakin terpukul melihat kedua orang tuanya yang terbaring di rumah sakit. Semua adik-adiknya juga sama terpukulnya dengan Zibran.

" Kenapa jadi begini, Kak?" tanya Ezzah di dekapan kakaknya.

" Sabar, ya, Dek! Semua adalah cobaan dari Allah!" ucap Zabran menenangkan Ezzah yang menangis di pelukannya.

Sekuat tenaga dia menahan airmata yang sudah bermuara di kedua matanya. Sesak di dalam dadanya membuat Zabran merasa ingin mati saja. Bagaimana tidak, dua orang yang sangat dihormati dan dibanggakannya tergolek diatas brankar.

" Zab!" Regina keluar dari ruang ICU.

" Tante!" panggil Zabran kemudian mendekati Regina beserta kedua adiknya.

" Bagaimana Aba, Tante?" tanya Zibran.

" Abamu baik-baik saja, dia hanya pingsan karena terlalu lelah dan banyak pikiran!" jawab Regina.

" Alhamdulillah, Ya Allah!" sahut mereka bertiga.

" Apa Aba harus menginap disini?" tanya Ezzah.

" Iya! Karena Tekanan darahnya sangat rendah!" kata Regina lagi.

" Masya Allah! Pasti Aba sangat sedih karena keadaan Ummi!" kata Zibran.

" Tante! Apakah Ummiiii..."

" Tante tidak akan menyembunyikan apapun pada kalian, keadaan Ummi kalian masih sama, kita butuh mukjizat dari Allah!" kata Regina.

" Ummi!" kembali Ezzah menangis di dada Zabran.

" Kalo memang Ummi kalian bisa sadar, kita harus segera melakukan tidakan operasi pada ajntungnya!" kata Regina lagi.

" Astaughfirullah! Ya Allah, kami pasrah kepadaMu! Lakukan yang menurut Tante dan dokter disini terbaik buat Ummi dan Aba!" kata Zabran.

Sementara itu di tempat lain, seorang pria sedang duduk di sebuah kursi taman bersama seorang gadis yang duduk di kursi roda.

" Aku senang akhirnya kamu datang!" kata gadis itu.

" Saya senang jika bisa membuat kamu bahagia!" kata pria itu.

" Maaf kalo aku tidak bisa melayanimu layaknya seorang suami!" kata gadis itu.

" Tidak mengapa! Saya juga minta maaf kalo tidak bisa sepenuhnya memberikan perhatian pada kamu!" kata pria itu.

" Tidak apa-apa! Saya sudah sangat bahagia kamu mau menjadi suamiku!" kata gadis itu.

" Saya ikhlas melakukannya!" jawab pria itu.

" Terima kasih! Apa kamu suka bunga?" tanya gadis itu.

" Ya! Ummi saya sangat menyukai bunga!" kata pria itu.

" O, ya? Apa saya boleh...ketemu Ummimu?" tanya gadis itu ragu.

" Pasti, tapi tidak sekarang! Saya harap kamu mengerti!" kata pria itu.

" Tidak apa! Aku senang kamu mau mengenalkan Ummimu padaku!" kata gadis itu.

Taman itu adalah bagian dari sebuah mansion besar yang sangat indah. Mansion tersebut memiliki 2 lantai dengan beberapa kamar didalamnya. Sepasang mata menatap tajam sepasang suami istri itu dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

" Wajahmu seperti ingin melahap kakak iparmu!" kata seorang pria.

" Shut up, Mark!" sahut gadis itu marah.

" You know Amber! Sepertinya kamu sudah jatuh cinta pada kakak iparmu!" kata Mark tersenyum sinis.

" I said shut your mouth up, Mark!" bentak Amber.

" Hahaha! Poor Amber! Gadis seksi dan cantik, pujaan para pria tidak bisa mendapatkan pria yang dicintainya!" sindir Mark sambil tertawa.

" Get out of here! Atau bodyguardku akan menyeretmu keluar!" kata Amber menatap tajam pria yang bernama Mark itu.

" Dia milik kakakmu, Am! Kenapa kau tidak melihatku yang begitu memujamu?" ucap Mark dengan wajah sayu.

" Karna kamu tidak layak untukku!" sahut Amber sombong.

" Apa kamu akan sendiri sampai mati? Atau kamu mendo'akan supaya kakakmu mati agar kamu bisa bersamanya!" kata Mark dengan penuh penekanan.

" Apa kamu sudah gila? Aku sangat menyayangi Amanda! Kamu pikir kenapa aku menjebak dia agar bisa menikah dengan Amanda! Dasar bodoh!" kata Amber kasar.

" Aku siap kapanpun kamu membutuhkanku! I love you, Am!" kata Mark kemudian pergi meninggalkan Amber yang masih mengintip kakaknya dibawah.

Mark menuruni tangga dan menuju ke Taman tersebut sengaja menemui Amanda dan suaminya.

" Hai!" sapa Mark.

" Wa'alaikumsalam!" sahut suami Amanda.

" Ya! Aku pergi dulu, Manda!" kata Mark.

" Ok, Mark!" jawab Amanda tersenyum.

Mark hendak mendekati Amanda dan mencium pipinya seperti kebiasaan mereka di luar negeri.

" Maaf! Bisakah anda tidak melakukan itu pada istri saya?" tegur suami Amanda.

" Why? Kami sudah biasa melakukan ini!" tanya Mark heran.

" Maaf! Sebagai suami dan seorang muslim, saya melarang pria manapun yang bukan muhrim istri saya untuk menyentuhnya!" kata suami Amanda tegas.

" Ckk! Terserah!" kata Mark tapi dia tetap akan melakukan kebiasaannya.

Tiba-tiba ada yang mendorong Mark sehingga pria itu hampir terjatuh.

" Anil!" teriak Amanda.

" Kau..."

" Maaf! Anda sudah melanggar larangan saya dan..."

" Ada apa ini?" tanya Amber yang datang.

" Suami Amanda mendorongku!" sahut Mark.

" Apa benar, A..Kak?" tanya Amber.

Anil mengalihkan pandangannya saat melihat Amber yang berdiri dengan memakai pakaian yang menunjukkan lekuk tubuhnya.

" Saya hanya membela kehormatan istri saya!" jawab Anil.

" Ckk! Kehormatan!" gumam Mark kesal.

" Pergilah Mark! Jangan membuat keributan disini!" kata Amber.

" Aku akan membuat perhitungan denganmu!" kata Mark sambil melewati Anil.

" Stop it, Mark!" bentak Amber.

" Aku lelah! Bisakah kita masuk?" tanya Amanda yang merasa tubuhnya lemas.

" Iya!" jawab Anil yang kemudian membuka kunci kursi roda dan memutar kursi roda tersebut agar bisa didorong masuk ke dalam mansion.

Anil membawa Amanda masuk ke dalam kamar mereka dan menggendong istrinya itu ke atas ranjang.

" Tidurlah!" kata Anil sambil menyelimuti tubuh Amanda.

Amber duduk di ruang tengah sambil sesekali melihat ke arah pintu kamar kakaknya. Cukup lama dia disitu, akhirnya dia berdiri dan berjalan mondar-mandir disana.

" Maaf, Non Amber!" sapa seorang PRT.

" Ya, Bu Berta?" jawab Amber.

" Makan siang sudah siap!" kata Berta.

" Apakah ibu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Amber.

" Sudah, Nona!" jawab Berta.

" Baik!" kata Amber.

Dia melihat Anil keluar dari kamar kakaknya dan hendak pergi ke arah ruang tamu.

" Makan sianglah disini!" kata Amber.

" Maaf, saya sudah..."

" Aku sudah melakukan semua yang kamu katakan! Kamu bisa periksa semuanya di dapur!" kata Amber.

Anil menghela nafasnya dan menghembuskan dengan perlahan. Dia sebenarnya enggan berada lama-lama di rumah istrinya, karena keberadaan adik iparnya yang selalu berpakaian seksi dihadapannya.

" Baik, saya akan melihatnya!" jawab Anil.

Bibir Amber membentuk bulan sabit mendengar perkataan kakak iparnya. Anil menuju ke dapur mansion istrinya dan memeriksa semua peralatan dan isi lemari serta kabinet kitchen set.

" Bagaimana?" tanya Amber.

" Apa hanya kita berdua yang makan?" tanya Anil.

" Ya!" jawab Amber.

" Para PRT?" tanya Anil.

" Mereka..."

" Ajak mereka makan meskipun tidak satu meja dengan kita!" kata Anil yang duduk di kursi makan.

" Baik! Bu Berta!" panggil Amber.

" Ya, Nona!" sahut Berta sambil berjalan mendekati majikannya.

" Suruh semua pegawai makan sekarang juga!" kata Amber.

" Se...sekarang...Nona?" tanya Berta takut.

" Iya! Cepat!" kata Amber lagi.

" Ba...baik, Nona!" kata Berta kemudian berjalan keluar rumag dan memanggil semua pegawai untuk makan siang bersama di meja khusus PRT.

" Bisakah kamu tidak memakai pakaian seperti itu jika saya sedang disini?" tanya Anil sebelum mereka makan.

Next chapter