15 KETAHUAN

Ternyata saat ini dia sedang memainkan bagian bawah Brian dan mereka berdua dalam keadaan polos. Vero sangat tergila-gila dengan tubuh Brian, karena itu walau sudah hamil tua, dia tidak pernah bosan mencumbu tubuh suaminya itu. Padahal setelah itu dia akan merasakan sakit dan pegal pada tubuhnya, bahkan terkadang pada perut bagian bawahnya.

" Lebih baik kita lanjut besok, Ver!" ucap Brian yang sebenarnya merasa kasihan pada Vero yang dalam keadaan hamil tua begitu.

" Tidak, baby! Aku akan memarahi dia karena mengganggu kesenangan kita!" ucap Vero yang perlahan dan meringis berdiri dari duduk berlututnya. Dia berjalan ke arah pintu kamar masih dalam keadaan polos, sementara Brian duduk di tepi ranjang dengan tubuh polos juga. Wajah penuh amarah Vero sudah terlihat, seakan dia mau menerkam siapa saja yang ada di balik pintu kamarnya tersebut.

" Ada ap...Bri...ana?" ucap Vero pelan, dia terkejut saat memutar handle pintu dan melihat Briana berdiri di depan pintu kamarnya. Briana menatap Vero yang hanya terlihat wajahnya saja dari balik pintu.

" Siapa, sayang?" tanya Brian yang tidak mendengar apa-apa.

" Kakak!" panggil Briana yang mendorong pintu setelah mendengar suara kakaknya.

Brian terkejut dan langsung menarik selimut yang berada di kakinya.

" Bre?!" apa kamu sudah nggak punya sopan santun?" tanya Brian marah.

" Lalu kakak? Apa?" tanya Briana dengan airmata yang sudah leleh di kedua pipinya.

" Keluar!" kata Brian lalu dia turun dengan selimut membungkus tubuh bagian bawahnya dan melemparkan outer milik Vero guna menutupi tubuh polos wanita itu.

" Apa Kak Zahirah tahu kalo kakak tinggal dengan selingkuhan kakak?" tanya Briana lagi sambil melihat ke arah Vero yang telah memakai outer yang dilempar oleh Brian.

" Jaga mulut kamu! Dia kakak iparmu saat ini dan sedang mengandung keponakanmu!" kata Brian marah.

" Kepo...nakan? Jadi Kakak yang menghamili...dia?" tanya Briana kembali terkejut.

" Iya! Dan aku bersyukur karenanya! Vero sangat mencintaiku dan rela berbuat apa saja demi diriku. Dan dia...bukan jalang!" ucap Brian tegas.

" Apa maksud ucapan kakak? Astaughfirullah! Kakak tidak menuduh Kak Zahirah bukan?" tanya Briana semakin kesal pada kakaknya.

" Sudahlah! Kamu tidak tahu apa-apa!" kata Brian lalu dia bangun dan mendekati Vero.

" Jika kau disini hanya untuk membicarakan tentang wanita itu..."

" Wanita...itu? Kak?" ucap Briana membeo tidak percaya.

" Bre kecewa dengan kakak!" ucap Briana lalu dia pergi meninggalkan Brian dan Vero.

" Bagaimana jika dia mengatakan pada keluargamu?" tanya Vero pura-pura panik, padahal hatinya sangat senang dengan kedatangan Briana yang mengetahui tentang pernikahannya dan Brian.

" Kamu tidak perlu khawatir, aku akan melindungi keluarga kita!" ucap Brian memeluk Vero dan terlihat senyum smirk Vero yang bersandar di dada Brian.

Yes! Aku telah mendapatkan semua yang aku impikan selama ini! Kita memang ditakdirkan bersama, Brian! Aku tidak sia-sia selama ini mengamati dan bersabar selama bertahun-tahun menunggu moment ini! batin Vero tersenyum.

Briana pulang kerumah dan menceritakan semua pada kedua orang tuanya. Mamanya sangat terpukul dengan berita yang di bawa oleh Briana hingga shock dan masuk rumah sakit, sementara papanya hanya diam saja. Sepertinya Fahmi telah mencurigai semua itu, karena dia pernah memergoki Fatma sedang berjalan keluar dari pengadilan agama. Saat itu dia sedang ada janji dengan relasinya untuk makan siang di restoran sekitar situ. Dia tidak pernah bertanya langsung pada menantunya itu tapi dia melakukan penyelidikan pada pernikahan mereka. Brian sangat rapi menutupi masalah rumah tangganya sehingga Fahmi sedikit kesulitan menembus semua itu. Dengan adanya penjelasan Briana, dia menjadi yakin jika asumsinya selama ini adalah benar adanya. Fahmi terduduk lemas di samping tubuh istrinya yang masih dalam keadaan tertidur setelah mendapatkan suntikan. Iris begitu terpukul mendengar berita yang dibawa Briana tentang putra satu-satunya. Jantung Iris mendadak berdetak kencang dan dadanya terasa nyeri kemudian dia tidak mengingat apa-apa.

Brian mendatangi rumah sakit bersama dengan Vero, tapi Fahmi melarangnya untuk masuk menemui Iris.

" Apa maksud papa aku nggak boleh masuk?" tanya Brian menahan amarahnya.

" Mama kamu tidak mau bertemu dengan mu!" kata Fahmi.

Pria setengah tua itu menatap Vero dan perut besar wanita itu. Vero yang mendapati mertuanya menatap tajam dirinya langsung menundukkan kepalanya.

" Tapi kenapa, pa?" tanya Brian lagi.

" Apa kamu tidak berpikir kenapa mamamu sampai tidak mau bertemu denganmu?" tanya Manaf menahan amarah di dadanya yang ditahan sejak Briana menceritakan semua tentang Brian.

" Apa Bre sudah menceritakan semua pada papa dan mama?" tanya Brian dingin.

" Dan apa kamu sudah merasa benar dengan semua tindakanmu?" tanya Manaf kesal.

" Dia yang memintaku menikahi Vero, Pa!..."

" Karna kamu membuat dia hamil!" sahut Manaf dengan suara keras.

" Papa nggak tahu siapa dia sebenarnya! Dia sangat pandai berakting dan membohongi kita semua!" ujar Brian emosi.

" Apa maksudmu?" tanya Fahmi mengerutkan keningnya.

" Papa nggak tahu siapa sebenarnya Zahirah! Aku seperti orang bodoh selama ini begitu mencintai dia dan sangat menghormati dia!" kata Brian dengan wajah menggelap.

" Jaga mulut kotormu! Jangan..."

" Dia bersama pria lain, Pa! Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri dia berpelukan dengan pria lain!" teriak Brian.

" Cukup! Otakmu sudah tidak waras karena wanita ini!" potong Fahmi tidak terima.

" Dia istriku dan anak itu calon cucu papa! Dia mencintaiku dengan sangat tulus! Dia tidak pernah bersama pria lain setelah tahu aku menikah dengan Zahirah!" jelas Brian sambil memegang tangan Vero.

Vero meneteskan airmata mendengar kemarahan Fahmi pada Brian. Dalam hati dia senang karena Brian benar-benar membela dirinya di hadapan keluarganya.

" Apa kamu yakin itu anak kamu?" tanya Fahmi dengan mengucap istighfar di dalam hatinya.

" Apa maksud papa? Aku sangat yakin ini anakku!" ucap Brian sambil mengusap perut Vero.

" Tapi Zibran..."

" Jangan lanjutkan!" potong Fahmi lagi lalu menatap awas mata Brian.

" Aku tidak yakin dia anakku!" akhirnya kata itu terucap dari bibir Brian.

" Briannnnnnn!" teriak Fahmi marah, lalu dengan sekuar tenaga dia menampar pipi Brian. Plakkkkk!

" Tega sekali kamu mengatakan hal itu! Dia darah dagingmu!" teriak Fahmi menarik kerah baju Brian.

" Assalamu'alaikum, Pa!" panggil Fatma yang datang bersama dengan Zibran di gendongannya.

Fahmi melihat ke arah Fatma yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

" Zahirah!" ucap Fahmi lalu melepaskan krah baju Brian dan sedikit mendorong putranya itu.

" Wa'alaikumsalam, Zahirah! Kamu datang, nak!" sapa Fahmi berjalan mendekati Fatma.

" Iya, Pa!" jawab Fatma.

" Zibran juga disini!" sapa Fahmi pada cucunya dengan senyum mengembang di wajahnya.

" Cucu Opa ganteng banget!" goda Fahmi.

Vero merasa cemburu dan sedih melihat sikap Fahmi pada Zibran, dia mengelus perut besarnya dan membayangkan apa mertuanya mau bersikap seperti itu pada anaknya kelak.

" Fatma mau ketemu mama!" ucap Fatma pada Fahmi.

" Tentu saja! Ayo masuk!" ajak Fahmi senang.

" Kenapa dia bisa masuk sedangkan aku tidak?" tanya Brian marah.

" Karena mamamu yang meminta!" jawab Fahmi.

" Aku anak kalian! Bukan dia!" teriak Brian.

avataravatar
Next chapter