webnovel

KEBODOHAN

Tok! Tok! Tok! Kembali pintu kamar mereka diketuk dari luar. Fatma menuju ke pintu dan membukanya.

" Ya, Ros?" tanya Fatma.

" Maaf, Ustadzah! Ada tamu di luar!" kata Rosma.

" Siapa?" tanya Fatma sambil menenangkan Zibran.

" Ustadzah Nurul!" kata Rosma.

" Trima kasih!" kata Fatma tersenyum.

Fatma meninggalkan Brian didalam kamar sendirian. Brian mengingat-ingat siapa Ustadzah Nurul.

" Assalamu'alaikum Ustadzah!" sapa Fatma pada Nurul.

" Wa'alaikumsalam! Masya Allah, apa ini yang baru saja lahir?" tanya Nurul setelah memeluk sahabatnya itu.

" Alhamdulillah, iya, Us!" jawab Fatma tersenyum senang.

" Alhamdulillah! Semoga menjadi anak yang soleh dan selalu diberkahi Allah SWT! Aamiin!" do'a Nurul sambil mengusap pipi Zibran yang tertidur dalam dekapan hangat Fatma.

" Aamiin Ya Robb!" balas Fatma mengecup kening putranya.

" Ayo, silahkan duduk, Us!" kata Fatma.

" Iya!" jawab Nurul.

Lalu mereka duduk saling berdekatan dan bercerita tentang masa lalu saat masih mengajar di sekolah.

" Sayang Ustadzah meninggalkan sekolah kita!" kata Nurul dengan nada sedih.

" Saya kadang-kadang ingin sekali balik ke sekolah! Saya sangat mencintai dunia pendidikan!" kata Fatma.

Pikirannya menerawang jauh membayangkan dirinya mengajar pelajaran dan hal-hal yang menyenangkan pada anak-anak.

" Mungkin Ustadzah Zahirah memang belum berjodoh menjadi guru!" kata Nurul.

" Mungkin benar!" jawab Fatma.

" O, ya! Ada perlu pentingkah hingga menyempatkan diri datang ke sini?" tanya Fatma.

" Iya! Saya ingin mengundang Ustadzah untuk datang ke acara pernikahan saya!" kata Nurul sambil memberikan undangan yang diambilnya dari dalam tas.

" Subhanallahu! Selamat Ustadzah! Saya kira Ustadz Harun yang menemukan jodohnya!" kata Fatma tersenyum sambil mengusap punggung tangan Nurul.

" Entahlah, sepertinya dia masih belum move on dari Ustadzah!" kata Nurul.

Brian yang mendengar ucapan Nurul mengepalkan kedua tangannya. Dia baru ingat jika Nurul adalah teman Fatma saat mengajar dulu dan sekaligus adik dari Kepala Sekolah di Sekolah tempat Fatma mengajar. Ternyata Ustadz sialan itu masih mengharapkan Zahirah! batin Brian menahan amarah.

" Jika tidak keberatan, saya berharap Ustadzah Zahirah bersedia menjadi bagian dari pernikahan saya!" pinta Nurul.

" Ins Yaa Allah saya dengan senang hati akan membantu semampunya!" kata Fatma dengan penuh semangat.

" Ehm! Bukankah Zibran tidak bisa ditinggal lama-lama?" kata Brian yang tiba-tiba keluar dari balik dinding.

" Maaf, bukan maksud saya mencuri dengar, tapi memang keadaan putra bungsu saya yang tidak memungkinkan Zahirah untuk meninggalkan Zibran lama-lama!" kata Brian menatap tajam pada Fatma.

" O, maaf! Jika memang seperti itu, saya tidak akan memaksa, tapi saya harap kalian bisa hadir disana!" kata Nurul dengan wajah sedih.

" Maaf, Us! Saya lupa jika keadaan putra saya yang lemah saat kelahiran dulu memang menyebabkan saya tidak bisa meninggalkan dia terlalu lama!" tutur Fatma merasa tidak enak.

" Tidak apa-apa! Justru saya yang minta maaf! Ini ada titipan dari saya dan Bang Harun untuk Zibran!" kata Nurul menyerahkan goody bag pada Fatma.

" Trima kasih! Sampaikan pada Ustadz Harun sebenarnya nggak perlu repot-repot begini!" kata Fatma dengan perasaan yang masih tidak enak.

" Tidak apa-apa! Kita sesama muslim bukan?" kata Nurul.

" Ayo, diminum!" kata Fatma pada Nurul.

Nurul meraih cangkir teh yang di suguhkan diatas meja sambil melihat Fatma lalu Brian. Fatma menganggukkan kepalanya dan Brian juga sama.

" Silahkan!" kata Brian.

" Kenapa Ustadz Harun tidak juga menikah?" tanya Brian dengan tatapan mata tajamnya.

" Hm? Oh, itu! Beliau bilang masih mencari wanita yang cocok dengan dirinya!" kata Nurul merasa tidak enak.

" Apa dia masih berharap untuk memperistri Zahirah?" tanya Brian tanpa basa-basi.

Fatma langsung menatap suaminya dengan wajah tidak suka, karena bagaimanapun itu bukan urusan mereka. Nurul yang mendapatkan pertanyaan seperti itu, merasa tidak enak dan jantungnya berdetak sangat kencang. Dia menyadari jika kakaknya memang tidak berniat mencari pengganti Fatma.

" Kalau hal itu saya tidak tahu!" jawab Nurul gugup.

" Tolong sampaikan pada Ustadz Harun, lebih baik dia mencari wanita lain, karena Zahirah adalah milik saya sampai kapanpun, tidak ada pria lain yang akan memilikinya!" kata Brian tegas.

Deg! Nurul terkejut mendengar perkataan Brian yang sepertinya terdapat nada ancaman di dalamnya. Dia menyadari, suami mana yang tidaka akan marah jika mengetahui istrinya masih diharapkan oleh orang lain.

" Maaf, jika kakak saya membuat ketidak nyamanan pada kalian berdua! Kalau begitu saya pamit dulu! Ustadzah, semoga selalu sehat!" kata Nurul sambil berdiri mendekati Fatma.

" Aamiin! Trima kasih Ustadzah!" balas Fatma memeluk Nurul.

" Assalamu'alaikum, Ustadzah! Tuan!" kata Nurul sambil bersedekap menyatukan kedua telapak tangannya pada Brian.

" Wa'alaikumsalam!" balas Fatma dan Brian bersamaan.

Nurul berjalan keluar rumah diantar oleh Fatma, kemudian Fatma masuk kembali saat Nurul telah naik ke dalam mobilnya.

" Apa kamu masih berharap pada pria itu?" tanya Brian saat melihat Fatma.

" Apa itu penting?" tanya Fatma datar, dia merasa lelah dan tidak mau bertengkar dengan Brian.

" Penting! Apa masih?" tanya Brian tegas.

" Jika kamu benar-benar mengenalku, kamu sudah tahu jawabannya! Tapi sayang, sepertinya kamu tidak benar-benar mengenalku!" jawab Fatma dengan wajah kecewa.

Dia menahan airmatanya dengan sekuat tenaga agar tidak jatuh di depan Brian. Fatma tidak mau jika Brian merasa kalo dia benar-benar sangat bergantung padanya dan tidak bisa hidup tanpa dia.

" Kamu..."

" Aku harus menidurkan Zibran!" kata Fatma meninggalkan Brian yang menahan emosinya melihat sikap cuek istrinya.

Brian berdiri lalu pergi keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya, dia pergi meninggalkan rumahnya tanpa berpamitan pada Fatma. Fatma yang mendengar suara mobil Brian menjauh, meneteskan airmata di kedua pipinya.

Brian sangat kesal pada Fatma, dia merasa sudah tidak dihargai sebagai suami. Brian memacu mobilnya dengan sangat cepat, pikirannya melayang entah kemana.

" Kamu sudah berubah, Zahirah! Apa kebebasan yang aku berikan membuatmu lupa siapa dirimu?" racau Brian dengan wajah menggelap.

Mobil itu melaju entah kemana, Brian juga tidak mengerti sampai akhirnya dia berhenti di sebuah gedung apartement dan disinilah Brian berada.

" Baby!" sapa Vero yang sedikit terkejut tapi hatinya sangat bahagia, melihat Brian berdiri di depan pintu apartementnya.

" Ve! Aku..."

" Ssshhhhh! Ayo!" ucap Vero lembut.

" Tapi..."

" Kalo begitu pulanglah!" kata Vero kesal.

" Kau...mengusirku?" tanya Brian tidak percaya.

" Jika begitu ayo!" ajak Vero menarik pelan tangan Brian.

Karena Brian hanya diam saja, dengan cepat Vero menarik Brian dan membawanya masuk ke dalam apartementnya. Brian hanya diam saja dan menurut dengan apa yang dilakukan Vero. Vero membawa Brian duduk di sofa ruang tamunya, sementara dia berjalan masuk ke dalam mini Barnya dan mengambil minuman dari dalam lemari barnya. Dibukanya minuman itu dan dituangkannya ke 2 buah gelas berkaki. Vero membawa botol dan 2 gelas minuman itu ke ruang tamu dan memberikan salah satunya pada Brian sambil menghempaskan pantatnya.

Next chapter