webnovel

BERTEMU KEMBALI

" Pak Adi? Silahkan masuk ke ruang yang pintunya berwarna biru!" kata wanita itu menunjuk pintu berwarna biru yang berada di tengah-tengah ruangan.

Fatma mengikuti arah tangan wanita itu menunjuk.

" Trima kasih!" ucap Fatma sambil tersenyum yang dibalas dengan senyuman oleh wanita itu..

Fatma berjalan perlahan menuju pintu yang berwarna biru itu lalu mengetuknya. Tok! Tok! Tok! Ketuk Fatma.

" Masuk!" sahut suara dari dalam ruangan.

Dengan ragu Fatma memutar handle pintu lalu melongok ke dalam ruangan.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" sahut seorang pria yang duduk di sebuah sofa.

" Silahkan masuk!" ucap pria itu pelan.

Fatma membuka pintu ruangan dan berjalan mendekati pria itu.

" Tolong tutup pintunya!" suruh pria itu.

" Maaf! Saya tidak terbiasa berdua saja seruangan dengan muhrim saya!" jawab Fatma.

" Oh! Baiklah! Silahkan duduk!" kata Fatma yang duduk di single sofa, sedikit jauh dari pria itu.

" Trima kasih!" jawab Fatma.

" Ada perlu apa?" tanya pria itu.

" Pak Adi?" tanya Fatma yang belum yakin jika pria dihadapannya itu dia.

" Iya! Saya Adi!" jawab Adi.

" Saya bermaksud mengirimkan barang dan mengajukan kompalin!" ucap Fatma tegas.

" Pengiriman barang bisa di bawah, sedangkan komplain...ada bukti jika barang ibu rusak?" tanya Adi.

" Ada! Sebentar!" ucap Fatma.

Dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menyalakannya. Dibukanya galeri WA lalu di tekannya gambar yang dikirim pelanggannya.

" Ini, Pak!" ucap Fatma menyerahkan ponselnya pada Adi. Adi menerima ponsel Fatma dan melihat gambar itu.

" Maaf, Bu! Ini foto dari mana?" tanya Adi.

" Dari pelanggan saya yang menerima barang!" jawab Fatma.

" Berati itu barang sudah sampai ke tangan penerima?" tanya Adi.

" Iya!" jawab Fatma.

" Maaf, Bu! Jika seperti itu kita tidak bisa membantu, karena ini hanya foto saja, karena bisa saja ini di rekayasa!" kata Adi panjang.

" Maksud Bapak pelanggan saya yang merusaknya sendiri?" tanya Fatma terkejut.

" Bisa jadi seperti itu, Bu!" jawab Adi sopan.

" Tapi kenapa? Dia yang akan rugi, karena dia membeli barang itu!" ucap Fatma.

" Saya tidak tahu, Bu!" ucap Adi.

" Assalamu'alaikum Wr. Wb!" sapa seorang pria yang masuk ke dalam ruangan itu.

Fatma seperti mengenali suara dan salam tersebut.

" Wa'alaikumsalam!" jawab keduanya yang langsung melihat si pemilik suara.

Deg! Ustadz...Harun! batin Fatma terkejut saat melihat kakak dari temannya, mantan pimpinannya di sekolah dimana dia mengajar dulu.

" Ustadzah Zahirah!" sapa Harun.

Jantungnya berdetak kencang saat melihat Fatma. Wanita yang sangat dia kagumi dan hormati seperti ibunya. Wajah itu terlihat sedikit tirus, tapi masih memancarkan aura kesolehaannya.

" Ustadz Harun!" sapa Fatma balik.

" Saya permisi dulu! Silahkan bicara dengan pemilik expedisi ini!" kata Adi yang ingin undur diri.

" Pe...milik?" ucap Fatma samar yang masih bisa di dengar oleh Harun.

" Iya! Ustadz Harun adalah pemilik perusahaan ini!" jawab Adi.

" Permisi, Ustadz! Assalamu'alaikum!" pamit Adi.

" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab Harun dan Fatma bersamaan.

" Apa kabar Ustadzah?" tanya Harun yang berjalan duduk di sofa yang di duduki Adi tadi.

" Alhamdulillah baik! Tolong, Ustadz, cukup Zahirah saja, saya bukan lagi seorang guru!" kata Fatma datar.

Harun bisa melihat jika Fatma terkejut dan merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

" Maaf jika kamu merasa kehadiran saya membuatmu tidak nyaman!" ucap Harun yang tak lepas memandang wajah wanita yang telah membuat hatinya tidak lagi menginginkan wanita lain seumur hidupnya selain dirinya.

Fatma hanya terdiam, dia tahu jika Harun menatapnya tanpa jeda dan itu membuat Fatma merasa sangat tidak nyaman.

" Saya permisi dulu, karena urusan saya sudah selesai!" kata Fatma yang berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Harun sangat kecewa dengan sikap dingin Fatma, tapi dia tahu jika Fatma pasti tidak mau jika akan timbul fitnah.

" Saya akan ganti semua kerugian kamu!" kata Harun yang membuat langkah Fatma terhenti di depan pintu.

" Apa maksud Ustadz? Pak Adi tadi bilang ini bukan kesalahan perusahaan Ustadz!" kata Fatma sedikit kesal.

" Tapi karena kamu mengirim lewat expedisi saya, maka saya merasa..."

" Tidak perlu! Saya tidak suka dikasihani!" kata Fatma tegas lalu pergi meninggalkan Harun yang terpaku melihat sikap Fatma yang menurutnya berubah banyak.

Apa perpisahan itu membuatmu seperti ini? Apa hatimu sangat sakit dengan semua ini? Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu kembali menjadi Zahirah yang sabar dan penuh kasih sayang? batin Harun.

" Zib!" panggil Fatma setelah makan malam.

Mereka sedang duduk dihalaman belakang sambil belajar, sementara Zibran sudah tertidur di kamarnya akibat kelelahan bermain bola.

" Ya, Ummi!" sahut Zabran meletakkan alat tulisnya lalu melihat ke arah Fatma.

Zabran memang seorang anak yang sangat menghormati dan menyayangi Fatma, tidak pernah sekalipun dia membantah atau menolak segala ucapan dan perintah Fatma.

" Bagaimana sekolahmu?" tanya Fatma.

" Alhamdulillah baik, Ummi!" jawab Zabran.

" Kamu betah?" tanya Fatma.

" Ins Yaa Allah betah, Ummi!" jawab Zabran.

" Alhamdulillah!" ucap Fatma lega.

" Ins Yaa Allah hari sabtu depan akan ada perlombaan tahfidz dan Zab akan mewakili kelas 1, Ummi!" kata Zabran dengan wajah senangnya.

" Masya Allah! Anak Ummi hebat sekali! Ummi do'akan semoga semua diberikan kemudahan dan berjalan dengan lancar, Aamiin Ya Robb!" ucap Fatma dengan tangan menengadah dan wajah tersenyum bangga.

" Aamiin! Trima kasih, Ummi! Zab akan berusaha semampu Zab untuk bisa membanggakan Ummi dan keluarga!" kata Zab tegas.

" Ummi yakin kamu pasti mampu!" kata Fatma memeluk putranya dan mengecup rambutnya.

Kehidupan Fatma bisa dikatakan sukses dalam mengasuh anak-anaknya dan menjadi pengusaha pakaian muslim. Usaha Fatma tanpa terasa tumbuh dengan pesat beberapa bulan ini. Dia sangat bersyukur karena kepindahannya ke kota ini membuat dirinya mengalami begitu banyak kemudahan dan kebaikan dari Allah SWT.

Zabran juga menjadi anak yang sangat diandalkan oleh sekolahnya untuk mengikuti lomba-lomba di sekolahnya.

" Pak Adi, bukan?" tanya Fatma pada seorang pria yang sedang duduk bersama seorang wanita yang kebetulan dikenalnya sebagai salah satu pelanggannya.

Aduh! Mampus gue! batin Adi dengan jantung berdetak kencang.

" Iy...iya!" jawab Adi.

" Kenal sama Bu Senja?" tanya Fatma penuh selidik.

" Iy...iya! Kebetulan Bu Senja ini sering mengirimkan barangnya lewat expedisi kami!" tutur Adi was-was.

" Iya, Bu Zahirah! Saya memang pelanggan expedisi Ustadz Harun!" kata Senja tersenyum.

Fatma melihat kesungguhan dalam kata-kata Senja.

" Maaf kalo saya..."

" Zahirah!? Ustadzah Zahirah!" panggil seseorang.

Ya Allah! Tolong jangan sampai semua jadi berantakan! batin Adi yang melihat siapa yang memanggil Fatma.

" Ustadzah Nurul? Masya Allah!" sahut Zahirah senang.

Mereka kemudian saling peluk dan mencium pipi secara bergantian.

" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma.

" Ah, Wa'alaikumsalam!" jawab Nurul tersenyum.

" Ustadzah sedang ada keperluan disini?" tanya Fatma.

" Aku..."

Adi mengedip-kedipan matanya pada Nurul dan Fatma tidak melihatnya karena kebetulan Fatma membelakangi Adi. Sedangkan Senja hanya menundukkan kepalanya sambil memainkan ponselnya.

" Bude! Mau kemana?" tanya Nurul yang melihat Senja telah berdiri dan bermaksud meninggalkan mereka.

" Eh, anu! Bude mau ke toilet..."

" Bu...de?" ucap Fatma mulai mencerna semua kejadian barusan.

" Iya! Ini Bude Senja! Dia adik terkecil Abi saya!" kata Nurul tanpa tahu jika hati Fatma sangat marah karena merasa di bohongi.

" Mas Adi kenapa matanya kedip-kedip gitu? Apa sakit mata lagi?" tanya Nurul yang menatap Adi penuh cinta.

" Mas...?" ucap Fatma membeo.

Next chapter