54 011 TDG

Yasmin tersenyum dan berjalan mendekati ibu mertuanya. Fatma memeluk menantunya itu dan mengusap-usap punggungnya.

" Ummi minta kamu bersabar pada putra ummi! Jangan pernah meninggalkan dia apapun yang terjadi, karena Ummi tahu jika sebenarnya dia begitu mencintai kamu! Hanya saja saat ini pikirannya sedang kalut! Ummi akan selalu memberikan nasehat padanya!" tutur Fatma lembut.

Yasmin meneteskan airmatanya, ibu mertuanya sangat menyayanginya sehingga melakukan semua itu untuknya. Yasmin sangat terharu dan merasa sangat bahagia menjadi menantu Fatma dan bagian dari keluarga Harun.

" Kok, pake acara nangis, Kak?" tanya Fiza yang melihat airmata di mata kakak iparnya.

" Kakak iparmu terharu saja melihat keluarga barunya!" sahut Fatma.

" Kakak ipar sangat cantik, nanti keponakan Fiza pasti ganteng dan cantik!" kata Fiza.

" Eh, anak kecil! Masih bau kencur juga, udah ngomongin ponakan!" tegur Ezzar.

" Biarin aja!" balas Fiza.

" Sudah, biarkan kakak kalian istirahat di kamarnya!" kata Fatma.

" Bawa istrimu ke kamar, Zab!" kata Fatma.

" Iya, Ummi!" kata Zab dengan berat hati.

Yasmin melihat raut wajah Zab yang sepertinya keberatan membawanya ke kamarnya. Zab menarik koper mereka berdua lalu mengangkatnya ke lantai 2 rumah orang tuanya.

" Kita akan tinggal disini sementara, karena aku tidak mau jika sampai Ummi kecewa karena kepindahan kita yang terlalu cepat!" kata Zab.

" Iya!" jawab Yasmin.

" Aku akan membeli sebuah lemari untuk pakaianmu!" kata Zab.

" Tidak perlu! Biar pakaianku di dalam koper saja!" kata Yasmin menolak.

" Terserah!" sahut Zab.

Yasmin menghela nafasnya, kemudian pria itu masuk ke dalam kamar mandinya. Sementara Yasmin mengeluarkan tas make upnya dari dalam koper dan mengambil peralatan mandinya juga. Dia duduk di atas ranjang sambil melihat keseluruhan isi kamar. Kamar yang di dominasi dengan warna putih dan sedikit hijau itu terlihat sangat kontras. Ada foto keluarga besar Zab di dinding juga fotonya saat bersama adik-adiknya. Diatas nakas terdapat sebuah foto Zab yang baru saja lulus dari pesantren dan wisudanya. Berjalan menuju sebuah pintu, Yasmin membukanya dan terlihat 3 buah kursi dan sebuah meja di balkon kamar ini. Sebuah samsak tergantung di pojok balkon. Ada sebuah kursi untuk bersantai juga yang terletak agak ke pagar balkon, mungkin untuk berjemur.

Yasmin menyadarkan tubuhnya ke kursi santai tersebut dan memejamkan kedua matanya. Tanpa dapat ditahan, dia tertidur akibat rasa kantuk yang melandanya. Zab membuka pintu kamar mandi dengan sudah memakai kaos dan celana kain di tubuhnya. Kemana dia? tanya Zab melihat Yasmin tidak ada di dalam kamar. Pintu balkon yang terbuka membuatnya penasaran dan berjalan ke arah pintu itu. Sebuah pemandangan yang akan membuat semua pria terlena. Yasmin begitu cantik saat tertidur seperti itu, wajahnya yang putih dengan make up tipis sangat kontras dengan kulitnya yang halus tanpa cacat. Zab mendekati istrinya perlahan dan jongkok disamping wanita cantik itu. Dia melambaikan tangannya, memindai Yasmin apakah dia sadar atau tertidur. Tapi Yasmin hanya terdiam, tangan kekar Zab mendekat pada wajah istrinya, saat hanya berjarak beberapa mili saja, Yasmin bergerak dan membuat Zab menarik tangannya dengan cepat lalu berdiri. Yasmin terduduk dengan kedua matanya mengerjap sambil menguap, dia menutup mulutnya dengan punggung tangan kirinya.

" Jangan tidur diluar, udara sedang panas!" kata Zab datar.

Yasmin terkejut dan melihat suaminya sedang berdiri di belakangnya. Dia tersenyum mendengar ucapan Zab, suaminya ternyata sangat perhatian padanya.

" Aku tidak mau kalo sampe Ummi marah padaku karena membuatmu kepanasan!" lanjut Zab sambil berlalu meninggalkan istrinya.

Bodoh! Yasmin mengucap satu kata itu di dalam hatinya. Mana mungkin suaminya perhatian padanya setelah semua yang dia lakukan hanya karena ummi yang sangat disayanginya. Yasmin mengusap sedikit airmata yang membasahi sudut matanya. Ucapan ibu mertuanya selalu terngiang di telinganya dan membuat dirinya bertahan.

Mereka shalat maghrib berjamaah seperti biasa dan dilanjut dengan membaca Al Qur'an hingga shalat isya' tiba. Setelah itu mereka semua berganti pakaian untuk makan malam bersama.

" Ambilkan suamimu 2 sendok nasi, Yas!" kata Fatma saat mereka sudah di depan meja makan. Zab duduk di tempat Harun dan Yasmin di sebelahnya berseberangan dengan Fatma.

" Iya, Ummi!" jawab Yasmin.

Dia mengambil piring yang berada di depan Zab dan menyendok nasi sebanyak dua kali.

" Berikan dia satu ikan kakap merah dan 2 sendok sayur nangka, berikan satu sendok sambal hijau juga!" kata Fatma.

Yasmin mengikuti semua yang dikatakan oleh Fatma dan menyimpannya dalam ingatannya. Setelah lengkap, Yasmin meletakkan kembali di depan Zab.

" Trima kasih!" kata Zab dengan tersenyum.

Sebuah senyum yang dipaksakan bagi Yasmin dan dia membalasnya dengan senyum tulus miliknya. Zab mengambilkan makan untuk Fatma, membuat hati Yasmin menghangat. Suaminya begitu menyayangi ibunya, apakah aku akan bisa merasakan kasih sayang seperti itu dari anakku? Sedangkan suamiku saja tidak mau berdekatan denganku apalagi sampai menyentuhku! batin Yasmin.

" Kenapa, Yas?" tanya Fatma yang melihat Yasmin seperti melamun.

Yasmin seperti orang tuli, dia menatap kosong ke arah piringnya. Zab yang melihat istrinya tidak menjawab pertanyaan umminya, mengalihkan pandangannya pada Yasmin. Sebuah sentuhan dari ujung kaki Zab ke ujung kaki Fatma menyentak kesadaran Yasmin. Wanita itu menatap suaminya dan melihat tatapan tajam Zab padanya.

" Kamu kenapa, Nak?" tanya Fatma lagi.

" Maaf, Ummi! Yasmin hanya ingat ummi!" jawab Fatma berbohong.

" Kalo kamu ingin menemui mereka, ajak suamimu!" kata Fatma dengan tersenyum.

" Iya, Ummi!" jawab Yasmin.

Ezzah mengambilkan makan untuk Anil sedangkan Fiza mengmabilkan makan untuk Ezzar. Yasmin melihat semua itu dengan hati berdesir, semua melakukan tugasnya masing-masing tanpa harus berdebat dan saling protes. Yasmin sangat bangga bisa menjadi menantu keluarga Harun, meskipun dia tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya nanti.

" Kenapa sedikit sekali makannya? Apa kurang suka?" tanya Fatma yang melihat nasi dipiring Yasmin.

" Tidak, Ummi! Yasmin memang makannya segini!" jawab Yasmin lagi.

" Kalo bisa ditambah porsinya, ya! Ayo, kita makan!" kata Fatma.

" Iya, Ummi!" jawab Yasmin.

Anil giliran membaca do'a sebelum makan dan mereka makan dengan tenang, tanpa

" Gliran siapa?" tanya Fatma setelah semua selesai makan.

" Kak Ezzar, Ummi!" jawab Fiza.

Yasmin membantu para wanita membersihkan meja makan, sementara para pria pindah ke ruang keluarga.

" Biar saja, Kak!" kata Ezzar yang melihat Yasmin akan mencuci piring.

" Biar Ezzar yang lakukan, Yas!" kata Fatma.

" Tapi..."

" Kita ke ruang keluarga saja!" kata Fatma merangkul pundak Yasmin dan membawanya ke ruang tengah.

" Kak!" panggil Fiza ke Zab yang sedang nonton siaran bola.

" Kapan ke Balinya?" tanya Fiza manja.

" Fizaaa!" tegur Fatma.

" Kakak sudah janji sama Fiza, Ummi!" kata Fiza cemberut.

" Itukan sebelum kakakmu menikah!" kata Fatma.

" Kapan kamu libur sekolah?" tanya Zab.

" Minggu depan Fiza rapotan dan pasti udah libur!" kata Fiza.

" Ok! Kita ke Bali setelah kamu rapotan!" kata Zab.

" Serius, Kak?" tanya Fiza tidak percaya.

" Serius, Dek!" jawab Zab.

" Kakkkk!" tegur Fatma.

" Sekalian bulan madu, Ummi!" kata Zab tersenyum.

" Kok, ngajak Fiza? Bukan bulan madu namanya!" kata Fatma kesal.

" Yasmin pasti juga nggak keberatan!" kata Zab menatap istrinya.

" Iya, Ummi! Nggak apa-apa!" kata Yasmin mencoba memaksakan senyumnya kembali.

avataravatar
Next chapter