1 || PROLOG ||

🍁_Satu Hari Di Masa Yang Telah Usang _🍁

Awan berkumpul menjadi satu. Timbunan kapas putih itu merubah diri berwarna abu. Angin kencang membawa serta serpihan daun yang berjatuhan. Angin itu meliuk kemanapun pemiliknya meminta. Hari itu mulai berakhir tatkala jingga matahari mulai mengembara di langit tinggi.

Bugh

Bugh

Bugh

Pemuda berseragam putih abu itu tergeletak di atas hamparan rumput yang menghijau. Darah segar mengalir begitu saja dari atas pori-pori kulitnya yang berwarna kuning langsat. Darah itu lama-lama mengering menjadi noda atas seragam sekolah yang dipakai oleh dirinya.

Dirinya tak kuasa menahan serangan sekelompok murid yang berseragam sama dengan dirinya. Tubuh itu terkulai lemas akibat serangan yang membabi buta terhadap dirinya.

"BAJINGAN! SIALAN LO!"

"MAIN LAPOR YA LO! CARI MATI HAH?!"

"BRENGSEK!"

Sumpah serapah mendesak masuk ke ambang gendang kedua telinganya. Tempat nan asri itu menjadi saksi bisu atas kekalahan telaknya.

"DAH MATI LO HAH?! BISU TULI YA LO! BISA JAWAB KAGAK!"tanya seorang dari mereka.

"Dah mati mungkin,tinggalin aja,"suruh seorang di antara mereka.

"Ya udah! Yok balik! Tinggalin aja si brengsek ini!"serunya membuat kawanan singa yang kelaparan itu berpulang meninggalkan pemuda tadi.

Tempat itu kini sepi. Tubuh yang sudah terkulai lemas itu mulai sadar kembali. Dirinya mencoba mengambil posisi untuk berdiri.

Bruk

Apa daya dirinya sudah tidak ada lagi tenaga untuk bangkit kembali. Pelan-pelan ia mulai membangkitkan diri bersandar pada sebuah batu yang ada di samping tubuhnya.

**********

Kejadian tragis ini bermula tatkala sekolah yang ia pakai menuntut ilmu sedang mengadakan sebuah acara lustrum. Acara itu dihadiri oleh semua keluarga besar sekolahnya. Dirinya pun ikut andil dalam acara itu sebagai ketua OSIS. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengabsen siswa dari masing-masing kelas.

Tatkala ia berkeliling untuk memantau kondisi acara,dirinya menemukan sekumpulan remaja yang berada di angkatan yang sama seperti dirinya. Mereka terpergok sedang merokok dan ada yang menegak alkohol tepatnya di sebuah gedung bekas yang sudah tak terpakai. Tempat itu memang selalu digunakan untuk markas para murid yang menyeleweng dari aturan.

Saat dirinya sedang mengintip apa yang dilakukan oleh para siswa itu ia tertangkap basah saat akan membalikkan badan. Ia bertemu dengan ketua kelompotan tersebut.

"Mau kemana?"tanyanya menatap tajam pemuda itu.

"Kembali,"

"Mengadu?"tanyanya kembali seraya menundukkan kepalanya menatap lebih jelas pemuda yang ada di depannya.

"T-tidak,"

"Ada jaminan?"

Pemuda itu hanya diam tak bergeming. Dirinya bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan itu.

"Temui kami di kebun belakang,selesai acara,jangan ngaret!"perintah ketua itu.

"B-baiklah,"

Ketua itu pun menyingkirkan tubuhnya agar tak menghalangi sang ketua OSIS untuk pergi dari markasnya.

"Sialan! Aku dalam bahaya,"umpat ketua OSIS itu seraya berlari meninggalkan markas tadi.

Benar saja! Dia benar-benar tertimpa bencana besar hari itu. Tubuhnya dibabat habis oleh kawanan singa tadi. Jumlah mereka ada banyak,tenaganya tak akan bisa menandingi kekuatan mereka.

"Shh,sial!"umpat nya saat akan bangkit berdiri.

Prok prok prok~

Terdengar tepuk tangan yang bergema di kebun belakang sekolah itu. Sesosok bayangan mulai terpampang jelas di atas rerumputan. Kepala pemuda itu mendongak, siratan matanya mengembara mencari asal suara.

"Pertunjukan yang hebat!"

Seorang gadis yang kira-kira berumuran sama dengan dirinya keluar dari tempat persembunyiannya. Kini dirinya mendekati pemuda itu.

"Siapa kamu?"tanya pemuda itu.

Tak menjawab gadis itu malah membantu si pemuda untuk bangkit dari posisinya.

"Kau tak perlu tahu,"

"Terima kasih,"

"Hmm,"

Gadis itu masih membantu pemuda itu untuk berdiri dan memapahnya supaya mudah untuk berjalan. Mereka berjalan keluar dari tempat itu menuju jalan pulang.

"Kau melihatnya?"dengan ragu pemuda itu bertanya pada sang gadis yang sedang membantu dirinya berjalan.

"Iya,dari awal sampai akhir,Wow! Mereka sangat handal sampai-sampai membuat wajah tampan mu babak belur!"

"Kau tak takut?"

"Untuk apa? Kenapa aku harus takut?"

"Mungkin saja,sedang apa kau disini? Disini terlalu berbahaya untuk mu,"

"Berisik! Diam! Atau ku tinggalkan kau di tengah jalan,lalu biarlah kendaraan yang berlalu-lalang itu memipihkan tubuhmu! Mau?!"

Hahahaha~

Suara tawa keduanya memecahkan keheningan sore itu. Keduanya terlihat akrab walaupun mereka baru saja bertemu.

Tawa keduanya pun terhenti dan mata mereka bertemu menyiratkan sesuatu dari dalam diri mereka.

Kehangatan

Keakraban

Teman

Kasih

Semua kata itu melebur menjadi satu dalam siratan mata keduanya. Apakah benar-benar ada rasa yang mulai hadir dalam hati keduanya? Ataukah hanya ilusi saja? Bahkan pertemuan mereka masih dapat terhitung oleh detikan jam.

Keduanya pun mengalihkan pandangannya dan beralih menatap ke arah lain.

"Ekhem,"pemuda itu berdeham.

"Kenapa?"tanya gadis itu karena merasa keadaan di sekitar mereka berbeda sekarang.

"Kau mau berteman dengan ku?"tanya pemuda itu dengan ragu.

"Jika aku menginginkan lebih?"pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungilnya.

"Sesuai dengan keinginan mu,"jawab pemuda itu.

*******************

Kisah mereka berlanjut menghadirkan kepingan-kepingan memori yang memenuhi perjalanan masa di dalam kehidupan keduanya. Hingga sebuah peristiwa yang menghadirkan kehidupan baru.

avataravatar
Next chapter