webnovel

Kehilangan pekerjaan

Uda jatuh tertimpa tangga, mungkin kata-kata itu memang cocok di berikan kepada seorang gadis yang bernama Rania. Saat usaha ayahnya tiba-tiba mengalami kerugian yang cukup banyak dan terlilit hutang, membuat ayahnya langsung jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit.

Dokter mengatakan saat ini kondisi ayahnya semakin drop dan harus segera dioperasi. kalau tidak, ayahnya tidak bisa di selamatkan.

Rania menangis meraung-raung mendengar ucapan dokter, pikirannya sangat kacau, Rania tidak bisa bayangkan kalau sampai ayahnya meninggal. dia akan tinggal sama siapa? karena satu-satunya keluarga yang Rania miliki saat ini hanyalah ayahnya. Ibu kandungnya telah lama pergi meninggalkan Rania bersama ayahnya saat Rania masih umur lima tahun.

Rania perlahan melangkahkan kakinya pulang kerumahnya, walau jarak yang di tempuh cukup jauh, namun demi menghemat biaya, Rania rela berjalan kaki, Rania pulang kerumah dan bersiap untuk berangkat kerja.

Rania bekerja di sebuah toko sembako sebagai kasir, mengingat ijasah Rania hanya sma, jadi hal yang wajar kalau Rania hanya bisa bekerja sebatas karyawan toko.

"Rania....kamu kok baru datang? ini sudah jam berapa? tadi ibu bos bilang kamu segera menghadap ke kantor" ucap salah seorang teman kerja Rania.

Tanpa menjawab ucapan temannya, Rania perlahan berjalan menuju kantor tempat bosnya berada.

"Selamat pagi Bu" sapa Rania.

"Ini gaji terakhir kamu Rania, dan mulai hari ini kamu saya pecat" ucap ibu Ana, pemilik toko tempat Rania bekerja.

"Bu Rania mohon, jangan pecat Rania Bu, Rania sangat butuh pekerjaan ini. Ayah saya lagi sakit Bu" ucap Rania dengan suara gemetaran.

"Saya tidak terima alasan apapun itu Rania, karena saya itu butuh karyawan yang profesional" ucap ibu Ana dengan lantang.

Mendengar ucapan bosnya itu, perlahan Rania meraih amplop kecil di atas meja dan melangkah keluar dari ruangan bosnya dengan berderai air mata.

Rania keluar dari toko tempat dia bekerja selama hampir satu tahun, namun karena sibuk mengurus ayahnya yang sakit, Rania sudah dua hari ini telat masuk kerja, bahkan saat ayahnya pertama kali masuk rumah sakit Rania minta ijin tidak masuk kerja.

Rania segera pulang kerumah, dan saat dia sudah mau masuk rumah terdengar suara motor memasuki halaman rumah Rania.

"Gak kerja Sayang?" tanya Arvin, pria yang sudah menjadi kekasih Rania sejak dia masih duduk di bangku sma.

Rania tidak menjawab ucapan Arvin, dia malah langsung mendudukkan badannya di bangku yang ada di depan rumahnya.

"Ada apa sayang, kenapa malah diam" tanya Arvin lagi.

"Aku di pecat sayang" jawabnya lirih.

Arvin meraih tubuh kekasihnya itu dan memeluknya, dia tau pergumulan apa yang sedang Rania hadapi sekarang.

"Gak boleh sedih begitu, sekarang siap-siap biar kita langsung jenguk ayah di rumah sakit" ucap Arvin dengan lembut sambil membelai kepala Rania.

Rania mengangguk dan segera masuk kedalam rumah, mengambil beberapa lembar baju ayahnya dan segera berangkat bersama Arvin ke rumah sakit.

Sesampainya Rania di rumah sakit, lagi-lagi dokter memanggil dan menyuruh Rania untuk menebus obat untuk ayahnya yang harganya tidaklah murah.

Dengan tangan gemetaran, Rania mengambil amplop dari tasnya dan menyodorkan kepada kasir rumah sakit, dan Betapa kagetnya Rania saat kasir itu bilang uang dalam amplop itu belum cukup.

Rania perlahan mulai meneteskan air matanya, dia tidak tau kemana harus mencari uang yang jumlahnya sangat banyak untuk menebus obat serta operasi ayahnya.

"Pakai ini mbak" ucap Arvin menyodorkan sebuah atm pada kasir.

"Arvin gak usah" tolak Rania.

"Sayang kali ini aku mohon, ayah kamu sangat membutuhkan obat itu" ucap Arvin sambil menggenggam tangan Rania.

Rania mengangguk mendengar ucapan Arvin dan kasir tersebut segera menggesek kartu atm Arvin untuk menebus obat untuk pak Adnan, ayah dari Rania

Rania terus berdiri menatap ayahnya di kaca besar ruangan sang Ayah hingga malam, ayahnya tidak bisa di jenguk karena ada batasan waktu yang diberlakukan oleh rumah sakit bagi pengunjung membuat Arvin sangat kasian pada kekasihnya itu.

"Sayang sekarang kita pulang ya, besok aja kita jenguk ayah " ucap Arvin dengan sangat lembut.

"Tapi aku masih mau temani ayah sayang" jawabnya lirih.

"Nanti kamu juga sakit sayang, besok kita kesini lagi jenguk ayah kamu" ucap Arvin sambil membelai kepala Rania.

Mendengar ucapan kekasihnya, Rania segera mengangguk dan berdiri, berjalan sedikit kearah dinding kaca, mengusap pelan dinding kaca itu dengan air mata mulai mengalir membasahi wajah cantiknya.

"Uda sayang ayo kita pulang" ucap Arvin.

Rania pun segera pulang di antar kekasihnya dan sampai di rumah Arvin langsung pulang. Beberapa menit kemudian,Selvi sahabat Rania datang berkunjung, sahabat satu-satunya Rania itu bekerja di sebuah tempat hiburan malam.

"Muka di tekuk aja Ra, ada apa?" tanya Selvi saat dia sudah duduk di samping Rania.

"Ayah belum sembuh Sel, tadi aku di pecat dari tempat kerja" jawab Rania lirih.

" Di tempatku lagi butuh karyawan Ra....mau gak kerja disitu?" tanya Selvi dengan santai, karena selama ini Rania memang gak mau kerja di tempat dunia hiburan malam.

"Gak mau Sel, nanti Arvin marah" ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Disana kamu hanya mengantar minuman Ra...gak lebih dari itu"ucap Selvi lagi.

"Gak ada yang itu-itunya kan Sel?" tanya Rania sambil mempraktekkan sesuatu di tangannya dan Selvi langsung mengerti maksud Rania.

"Ya gak la Ra...tapi kalau kamu mau gak pa-pa juga, banyak tau uangnya" ledek Selvi sambil terkekeh.

"Isss Selvi kamu suruh aku jadi cewek bayaran" ucap Rania sambil memukul lengan Selvi.

Selvi langsung terkekeh mendengar ucapan Rania, dia tau temannya itu adalah orang baik-baik, selama ini dia hanya dekat dengan Arvin dan Selvi bisa yakini kalau Arvin dan Rania belum melewati batas dalam berpacaran.

"Gimana, mau gak Ra" tanya Selvi lagi.

Rania mengangkat wajahnya dan menatap wajah selvi.

"Gak pa-pa Ra kalau kamu gak mau, tapi ingat ayah kamu lagi butuh uang" ucap Selvi.

"Tapi gimana kalau Arvin marah" ucapnya lirih.

"Nanti aku bantu jelasin" ucap Selvi.

Rania segera mengangguk dan tersenyum.

"Iya Sel aku mau" ucap Rania dan Selvi pun ikut senang mendengarnya.

"Besok siang kamu siap-siap aku jemput ya" ucap Selvi tersenyum kearah Rania.

"Iya Ra, ma kasih banyak ya" ucapnya dengan tulus.

"Ah malasnya aku dengar ucapanmu itu Ra, bosan" ledek Selvi berdiri dan bersiap mau pulang.

"Aku pulang ya Ra" pamit Selvi sambil menepuk pelan pundak sahabatnya itu.

"Iya Sel... hati-hati ya" ucap Rania sambil mengangguk pelan.

Setelah Selvi pergi, Rania pun masuk kedalam rumah, dia sungguh tidak tenang menunggu malam segera berlalu, dia sangat semangat untuk pergi bekerja besok bersama Selvi.

Next chapter