webnovel

9. Ternyata Engkau Seorang Actor Sejati

Ben memperhatikan keringat dipelipis wanita itu, wajahnya semakin pucat seakan tidak bernyawa dan dia menyaksikan bola matanya yang dingin tenggelam dalam alam yang Ben yakin dia pasti tidak ada di dalamnya.

Ben menyentuh telapak tangan May dan dia kaget karena tangannya sangat dingin seperti baru direndam dalam air es.

Ben spontan menggosok telapak tangan May dan menyeka keringatnya yang dingin di pelipisnya.

Ben memindahkan kursinya lebih dekat dengan May dan dia berbisik di telinga May.

May...

May...

May...

Please come back to me please...

May...

May...

May...

Pease come back to me please...

Sweet heart... tak tahan hatinya melihat May dalam kondisi seperti mayat hidup saat ini.

***********

Sementara alam pikiran May sedang berkelana di alam jurang kegelapan...

Dengan tubuh yang lelah mengerjakan proyek besar untuk perusahaannya, sambil menunggu lift yang akan membawanya turun ke lobby. Untung ia sempat minta tolong supaya supir papanya menjemput karena ia merasa tidak sanggup lagi menyetir. Berharap ia bisa sedetik sampai rumah dan membaringkan tubuh di kasur dan menikmati aroma kamarnya.

Dalam proses panjang penantian lift ...

Pandangannya matanya tersita kepada dua sejoli yang mabuk asmara di depan pintu kamar hotel. Pasangan itu terlihat diselimuti gairah, mereka saling mencium, meraba, bahkan tak sabar ingin saling menelanjangi pasangannya.

May, merasa malu karena menjadi penonton sejati bagi dua sejoli tersebut meskipun antara dirinya dan Leon tidak pernah sampai check in ke hotel seperti dua sejoli itu tetapi ia sadar bukan kapasitasnya menjudge pola hidup orang lain.

Tiba - tiba rasa penasarannya datang secepat sinar surya, saat posisi wanita dan pria itu bergantian membelakanginya, May sepertinya mengenal siapa pria yang kasmaran itu tetapi karena jaraknya kurang lebih 7 Meter membuatnya belum mampu memastikan. Tanpa sadar kakinya mendekat dan mengikuti pasangan mabuk asmara yang sudah meraih pintu dan hendak memasuki kamar.

Takut kehilangan jejak, dia segera berlari kecil menghampiri kamar tersebut, ajaibnya seperti takdir berpihak pada dirinya, apakah karena takdir atau kecerobohan penghuni kamar tersebut untuk mereguk puncak asmara. Hingga pintunya tidak tertutup secara sempurna.

Nafasnya, seperti tersendat

Mampukah ia masuk dan memastikan dengan bola matanya apakah pria tersebut orang yang ia kenal atau bukan...?

Tiga puluh menit ia membeku di depan pintu kamar sambil berpikir keras apakah dia punya keberanian untuk sebuah kebenaran?

Sesaat ragu lalu ingin tahu begitu seterusnya. Hingga dia mendengar jeritan bergantian antara pria dan wanita yang sudah menuntaskan hasratnya...

Oh... Leon, I'm coming babeeee...

Please give me more...

Leoonnnn... argkhhhh...

Lena... lena...

I love you honey ...

I really like your pussy...

Arghhhhhh...

I'm coming lennn...

Pergumulan mereka hanya menyisakan nafas yang terengah - engah.

Saat ia mendengar nama Leon, keberaniannya terusik dan ia memiliki tekad harus memastikan dengan bola matanya.

Apakah itu Leonnya ataukah itu Leon milik orang lain.

May menghempas pintu kamar sampai menimbulkan suara gaduh, kemudian masuk dengan langkah kaki yang cepat dan menemukan pria yang sudah terpuaskan itu adalah Leonnya...

Mulut Leon terperangah... bola matanya seakan ingin melompat dari kelopak matanya...

--------------------------------

Semoga para pembaca menikmati kisah di bab ini...

Next chapter