webnovel

7. Ben Hanayah Bramantyo

Sebenarnya May pura - pura sibuk memainkan celulernya. Telinganya mendengarkan semua pembicaraan antara Ben dengan orang restoran yang terhubung lewat celulernya. May hanya merasakan kebimbangan apakah dia akan mengijinkan si pemilik mata bersorot tajam itu menginvasi hatinya yang sudah lama mengalami kesunyian.

Ia sadar kebersamaan mereka meski terbilang singkat setiap selesai pertemuan komunitas water selama empat bulan ini membuat retakan - retakan kecil es dari hatinya yang membeku dan kebekuan itu lama - lama menuju kehancuran.

Tak lupa ia menambahkan perhatian lewat sapaan selamat pagi, jangan lupa makan siang, hati - hati menyetir, selamat malam yang rutin masuk di kolom pesannya membuatnya merasa diperhatikan.

Walaupun dia baru tahu dua bulan terakhir ini pesan dari awal sejak pertemuan pertama sewaktu selesai nonton film horor itu ternyata dari Ben, selama ini ia tidak pernah mendelete pesan - pesan singkat itu karena rasa penasaran meski awalnya ia pikir itu hanya pesan salah kirim.

May mengetahui si pengirim pesan itu juga secara tidak sengaja, bermula dari ia meminta no telepon Ben lewat Diana karena ia ingin meneleponnya terkait kerjasama proyek iklan mereka.

Sampai sekarang May tidak memiliki keberanian untuk memutuskan apakah ia memilih mendekat atau menjauh dari sumber peretak kebekuan hatinya tersebut.

Bahkan May, tidak pernah sharing dengan Diana bahkan papanya tentang Ben.

Situasi ini sangat tidak nyaman buat May.

May, ayo kita berangkat!

Oke,

Sepanjang perjalanan ke arah restoran May larut berpikir. Bahkan pikirannya juga berkhianat kepadanya dengan mengingatkan sikap manis, perhatian - perhatian kecil yang dihadiahkan Ben untuknya selama ini. Ia tahu perhatian saat mau masuk ke mobil Ben sudah bukakan pintu lebih dulu, saat keluar dari toko atau restoran Ben pasti keluar lebih dulu lalu menahan pintu supaya ia bisa leluasa berjalan, saat makan di restoran Ben selalu menemukan hal - hal yang bisa dia sediakan untuk May mulai dari menarik kursi dan membiarkannya menempati posisi yang paling nyaman, menyediakan tissue di tempat ia bisa meraih dengan mudah, menyiapkan sendok, menambahkan air mineral kedalam gelas minumnya dan lain sebagainya.

Tetapi untuk semua hal itu May memilih bersikap dingin merespon dengan ucapan terima kasih yang datar takut dia terbang tinggi jika membuka hatinya kembali kemudian tanpa belas kasihan Ben akan menghempas dirinya ke dalam jurang kegelapan seperti apa yang diperbuat Leon lima tahun silam. Tanpa sengaja tangannya memijat kepalanya yang ia maksud supaya kenangan buruk itu tidak membayang - bayanginya di masa kini.

May, kamu gak enak badan?

Gak kok Ben, cuma pusing sedikit...

May memilih lebih aman untuk berbohong daripada harus jujur kepada Ben.

Gak masalah May, kita batalkan saja makannya kalau kamu sakit.

No... no... bukan masalah besar, ayo kita tetap sesuai schedule kita liriknya ke arah Ben yang terlihat mencemaskan kesehatannya.

Next chapter