webnovel

61. Masa lalu

"Pagi sayang, bagaimana kondisi May?"

"Huakkkhhhh (mulut Ro, menguap lebar) ... dia belum bangun, untung tadi malam kamu suruh saya ke apartemen Cintya!"

"Apa yang terjadi, Ro?"

"Saat tiba di apartemen, kamu bisa tidak membayangkan wanita bodoh ini (sambil melirik May yang terlelap di ranjang) menenggelamkan dirinya dengan meminum koleksi minuman alkoholku Cintya!"

"Oh Roaman saya rasa satu botol yang dihabiskan tidak langsung membuatmu jatuh miskin?"

"Ckkk... persoalannya bukan pada kerugian material Tya, May bebas menghabiskan 1 botol bahkan satu kerat koleksiku. Menjadi keberatan yang utama adalah kamu tahu sendiri kalau tubuhnya tidak tawar dengan alkohol hingga ia memuntahkannya kembali dan jatuh pingsan, seandainya saya tidak ada maka dia seperti gembel yang hidup sebatang kara tidur di lantai dekat kamar mandi sepanjang hari. Sialan itu putera sulung Bramantyo, selalu membuat sepupu tercintaku menderita" desah Ro dengan nada emosi.

"Sebenarnya saya pikir persoalan mereka hanya masalah kecil Ro, mengapa May sampai bereaksi seperti itu?"

"Benihnya kecil Tya, tetapi kalau sudah di tabur apalagi melibatkan orang di masa lalu dan lebih utama persoalannya adalah Ben seolah - olah menutup akses May mengetahui inti persoalan membuka peluang rasa tidak percaya bahkan menggiring ke arah kekecewaan, kenapa begitu sulit bagi Ben untuk mengerti hal ini. Dasar pria bodoh!"

"Apa kita harus ikut menyelesaikannya Ro? mereka akan menikah akhir bulan ini?"

"Yeakh... saya harus melakukan sesuatu.. Kamu ikut atau tidak dalam rencana kali ini Tya? Paman Tony tidak boleh tahu masalah ini, oke!"

"Oke! saya ikut"

--_--------------------

"Argkhhhhhhhh, kepalaku sakit" desis May saat bangun menjelang tengah hari sambil berjalan sempoyongan".

"Hmmm... wajar May, kamu menghabiskan beberapa botol koleksiku lalu memuntahkannya hingga kamu pingsan. Untung Tya menganjurkan saya mengunjungi kamu May kalau tidak paling kamu sudah masuk ICU karena pingsan ditambah masuk angin terbaring di lantai sepanjang malam. Ckkkk.. bersikaplah bijaksana girl, sebentar lagi kamu sudah menjadi isteri seseorang!" pancing Roaman.

"Sorry Ro, aku hanya kecewa saja dengan Ben"

"Kalau begitu batalkan saja pernikahan kalian, kalau dia lebih memilih mengasingkan kamu dari persoalan hidupnya atau memilih untuk menutup akses dengan masa lalunya bahkan seakan - akan ia bercanda tentang perbuatan Magdalena saya rasa pernikahan ini tidak usah diteruskan!" tegas Ben

May hanya terdiam lalu menundukkan kepala, kemarin ia sempat berpikir seperti apa yang Ro pikirkan tapi May tahu ia tidak akan pernah bisa hidup tanpa Ben. Hingga karena rasa lelah yang tak kunjung bertepi ia kemudian melarutkan diri dengan minuman.

"Sudah lebih baik kamu minum sup lalu mandi biar segar. Sialan kamu sepupu, saya meninggalkan Cintya yang sedang mengandung pewaris Gregory demi percintaan brengsek kamu dan Ben!" ujar Ro dengan kesal.

"Wow Boy keep your mouth! tidak ada yang memerintahkan kamu ikut campur dengan urusan saya" balas May berapi - api.

"Damn it May kamu lagi PMS atau tubuh kamu butuh sentuhan pria hingga hasratmu tuntas. Kenapa kamu sensitif sekali?"

May sadar ucapan Ro barusan bukan karena ia keberatan mengurus dirinya, tetapi karena ketidak relaan Roaman untuk dirinya berlarut - larut dalam kesedihan membuat ia malu atas ucapannya.

"Sorry Ro" bisiknya sambil memeluk sepupunya yang tercinta dengan penuh kasih.

"Alright sweetheart ... ayo cepatlah makan dan mandi. Saya keberatan mencium aroma muntahan dari tubuh mu!" goda Ro membuat wajah May tersenyum menahan malu.

"Setelah itu saya berjanji kita akan menyelesaikan masalah ini dengan score 1 -1"

"Maksudmu?"

"Hehehhe... saya punya ide brillian May, kamu ingat sewaktu kamu telepon beberapa hari lalu. Saya meminta Markus mencari keberadaan Magdalena, mengantisipasi mana tahu kita harus melibatkan polisi maka kita tidak membuang waktu karena saya sudah mengantongi keberadaannya. Kita akan memberi dia pelajaran yang setimpal sekaligus hiburan yang layak!" senyum Roaman

"Atur saja brother saya ngikut lelah tidak mau berpikir banyak" seru May sambil menikmati makanannya.

"Hahahha.... ini pasti menarik May!"

---------------------------

Kling... kling... kling

Berulang kali, notifikasi whatsappnya berdering menandakan ada pesan baru yang masuk. Dengan setengah hati ia ingin memeriksa, karena sejak tadi ia di bombardir oleh mama dan papanya yang bertanya apa ada kabar berita dari May kenapa di telepon dan whatsapp gak ada respon, ia sejenak berbohong kalau May sudah ngantor. Hingga mamanya yang sudah benar - benar jatuh cinta dengan May memerintahkan Ben untuk menyusul ke kantornya supaya ia bisa berbicara dengan May yang di iyakan saja oleh Ben. Ia gelisah jika pesan ini datangnga dari sang mama.

Sesaat matanya terbelalak saat melihat photo - photo yang dikirim oleh Roaman sekitar 10 pose antara May dan seorang pria yang cukup ganteng dan berpakaian trendi, photo tersebut tampak dari depan, samping, belakang menunjukkan antara mereka berdua terlihat kemesraan. Ada kalanya jari pria tersebut menangkup dagu, tangannya menggenggam lengan, telapak tangan mereka terkait dengan erat, posisi pria tersebut seperti akan memeluk tubuh May, tangan pria tersebut diletakkan di bahu May lalu tatapannya sendu. Bahkan yang membuat Ben marah, di salah satu photo itu terlihat butir air mata mengalir

di pipinya lalu jemari pria itu menangkup air mata tersebut dengan kedua belah telapak tangannya otomatis tangan pria itu terlihat mengelus pipi May.

Ben yang sudah tidak tidur dalam 2 malam ini karena memikirkan keberadaan May menjadi tambah berang, karena terakhir kali ia ingat perkataan May setelah perdebatan mereka terkait ulah Magdalena, masih sangat jelas di ingatannya saat May marah lalu berkata "Ben... in this case I am disappointed and feel doubts about your sincerity for all our wedding plans".

Ingatan itu membuat amarahnya memuncak lalu dengan perasaan jengkel ia menghubungi nomor yang mengirimkan photo - photo tersebut.

Tululut... tululut...

"Ro, kamu dapat dari mana photo tersebut?", Dimana keberadaan May sekarang, Kenapa dia bisa begitu mesra dengan pria itu, bukankah pria itu Leon?" cecarnya

"howooooooo, calm down baby boy, pertanyaannya satu - satu". Sambil tersenyum lebar.

~Nah, Ben terima pembalasanku~ Roaman

Next chapter