webnovel

55. Melepas mu kelemahan ku

Perlahan - lahan kelopak matanya terlihat bergerak, sesekali ia mendesis karena menahan sakit dan nyeri pada bagian kepalanya, saat kelopak mata itu terbuka dengan sempurna ia lalu mengamati sekelilingnya. Tubuhnya dibaringkan di ranjang dengan jarum infus yang tertanam di vena tangan kanannya lalu ia sadar perjalanan yang ia tempuh dari kota Willow dengan pesawat tengah malam demi berita yang ia baca di grup whatsapp "The Warrior" kalau Ben pingsan dan masuk rumah sakit kembali.

Ia terkesiap karena mengingat dengan jelas kejadian malam itu.. ~

Saat ia melihat sorot tajam bola mata Ben saat sadar dari tidur panjangnya tanpa senyuman, ia teringat setiap lantunan syukur yang ia panjatkan demi Ben

"Thank'God" ulangnya beberapa kali

"Thank Ben kamu sudah sadar"

"Yah yang penting kamu sudah sadar"

Tiba - tiba ia merasakan tubuhnya limbung dan ajakan keletihan itu tak kuasa ia tolak

~sekarang aku bisa menyerah, batinnya~

Ia ingat persis saat tubuhnya robohnya ke lantai, beberapa barang - barang wadah rumah sakit berbahan aluminium terkena hempasan tubuhnya lalu terjatuh kelantai menimbulkan suara yang ricuh. Kemudian ia tidak lupa suara Ben berteriak dengan nyaring

~Tolonggggggg, susterrrrrrr tolonggggggg~

dan ia pun lenyap dalam tidur panjangnya.

"Ben" serunya dengan suara tinggi, ia ingin bertemu dan memastikan arti sorot mata tajam itu, apakah ia sudah ingat atau melupakannya?

kemudian terdengar derap sepatu high heels mendekat tempat pembaringannya, saat horden pemisah itu digeser May melihat kehadiran Diana dan tante Siska yang lega luar biasa melihat May sudah sadar.

Tiba - tiba Diana memeluk May dan terisak - isak.

"Anak bodoh kenapa kerja dengan berlebihan, tidak istirahat dan makan tidak teratur. Apa kamu berencana bunuh diri May? Bodohnya kamu ini! ditengah - tengah kelimpahan makanan yang ada di kota Willow seorang puteri Tony Samuel Sharon, pewaris grup Sharon tewas karena malnutrisi dan warkaholic. Kira - kira itulah judul surat kabar yang kamu cita - citakan untuk akhir hidupmu May?" cecar Diana dengan penuh amarah.

"Di' sudah - sudah kasihan May, baru sadar sudah harus di omelin kamu!

"Biarin tante, anak ini kalau tidak digetok kepalanya supaya sadar maka ia akan merajalela" jawab Diana dengan ketus ia tidak sungkan mengungkapkan perasaannya meskipun ia tahu orang yang menegurnya calon mertua, ia memang selalu bersikap lugas, tak perlu bersikap dibuat - buat pikirnya.

"May bagaimana keadaan kamu? duh sayang kamu harus berhenti melakukan hal - hal yang membuat kami semua ketakutan yah?"

Demi mendengar dan melihat reaksi Diana dan tante Siska, May tersenyum dan mengangguk - anggukkan kepalanya. Ia tahu omelan Di' sahabatnya penuh dengan amarah perhatian dan kasih sayang.

Setelah beberapa sat tante Siska berpamitan, tinggallah May dengan Di'.

"Di'saya berapa lama tak sadarkan diri"

" tiga hari May"

"Kamu jangan gini lagi May, gak kasihan apa dengan paman. Di usia yang seharusnya sudah pensiun, menikmati kebahagiaan, menggendong cucu, malah harus sedih ngurus anak perempuan yang bodoh kek kamu" kecam Di yang dibalas dengan cubitan May pada lengan sahabatnya

"Ia - ia anak perempuan cerdas!" kedua - duanya tertawa dengan lepas

"Di' boleh nanya gak?"

"Nanti bawel! sekarang sarapan dulu, minum obat terus mandi biar segar. Coba lihat ini di cermin rupamu seperti upik abu" seru Di' sambil menyodorkan cermin kecil.

"Astaga!!!? jerit May kenapa penampilan saya seperti korban tsunami begini Di'"

"Nah itu makanya ayo buruan duduk bisakan?, buka mulut aaaaaa"

lalu May melahap sarapan paginya dengan semangat.

Setelah beberapa saat sesudah diperiksa dokter, kemudian jarum infusnya sudah dilepas karena kondisinya sudah lebih baik.

Ia mengenakan dress selutut dan mengaplikasikan riasan sederhana di wajah dan bibirnya yang masih kelihatan pucat sambil duduk di sofa kamar.

Di' tidak melepaskan tatapan dari keberadaan May. Bersyukur kalau sahabatnya bisa pulih. Ia merasakan bagaimana letihnya semua orang menunggu siumannya May, karena meskipun karena malnutrisi Di' tahu di belahan benua Afrika sana banyak korban berjatuh dan meninggal dunia karena penyakit yang dianggap orang sepele yaitu "malnutrisi".

Dalam hatinya ia tidak berhenti merutuki kebodohan sahabatnya itu, but Thank's God ia sudah pulih ia panjatkan syukurnya.

"Hmmm, napa Di' kok gak cerewet seperti biasanya?"

"Hiks... hiks... hiks"

" Di' what happen girl?" sambil mendekat dan memeluk sahabatnya.

"Kasihan kamu May kapan kamu bisa happy kenapa kamu selalu menderita" tangis Di' semakin menjadi - jadi.

"Tell me, what happen?"

"Be ... n May, Ben?"

"Kenapa sih jangan buat orang penasaran?" rutuk May mulai dengan temperature emosi yang meninggi. Diana tahu ambang batas kesadaran May pasti jebol kalau persoalan sudah menyangkut nama pria itu dalam batinnya ia tertawa...

"Ben akan menikah dengan Magdalena!"

"Apa, menikah? kok bisa Di', trus say... a?" tanyanya dengan membelalakkan mata sambil bersedih diiringi tetesan air mata yang mulai berhamburan, disambut dengan degup jantung yang bertalu - talu.

"Iya saat kamu pingsan Ben bernazar kalau sampai tadi malam kamu tidak sadar maka ia dengan rela hati menikahi Magdalena, lalu tadi malam kita tunggu - tunggu kamu tidak sadar - sadar, oleh karena itu Ben harus menepati janjinya kepada Magdalena"

" Nazar apa - apain sih begitu. Trus ijabnya kapan Di'?"

"Ya hari ini, May" pukul tiga sore nanti di lanjutkan acara resepsi pukul enam sore di Hotel Paradise Gold.

"Di' saya harus batalkan pernikahan itu" tekad May

"Bagaimana caranya?"

"sekarang masih pukul delapan pagi. Saya akan menggunakan banyak cara meskipun harus menculik mempelai prianya" balas May

"Gila kamu yah, menculik mempelai psykopat kamu itu"

"Gak perduli Di' kalau tidak ada salah satu mempelai maka tidak ada pernikahankan" ketusnya

May segera membereskan tas tangannya.

"Ayo Di' antarkan saya ke tempat ijab mereka, berani - beraninya Ben bernazar tidak masuk akal begitu? Ayo, Di' kenapa bengong?"

"Oh,, baiklah" Diana terlihat linglung. Berpikir dengan sungguh - sungguh bagaimana ending dari drama May dan Ben apakah bahagia atau justru sedih?

"the drama will begin" batin Diana

**////************

"Ini tempatnya May"

May mulai sedih, bagaimana mungkin tante Siska yang terlihat ramah, sayang padanya tadi pagi saat ia sadar, mengijinkan puteranya menikahi orang lain padahal tante Siska tahu betapa ia sangat mencintai Ben, sesekali air mata jatuh karena kesedihannya. Oleh karena itu jangan terlalu berharap dengan manusia pikirnya.

Setelah turun dengan tergesa - gesa dari mobil, sebelum masuk ke dalam rumah ia melihat banyak hiasan yang menyambut mereka mulai dari pagar, sampai ke pintu utama mansion, saat ia akan membuka pintu utama tersebut. Diana menahan langkahnya, "May seandainya juga kamu, berencana ingin menculik Ben. Tampilan kamu harus terlihat baik May, lihat eye liner kamu sudah belepotan. Sini saya perbaiki dulu!"

"Ish apa - apain sih Di' maaf masa depan saya dipertaruhkan saat ini saya gak terlalu ngurus masalah eye liner!" balasnya ketus.

Kemudian ia mendorong pintu utama lalu melihat banyak tempat duduk yang sudah disusun, beberapa hiasan bunga - bunga bertaburan di ruang keluarga yang besar itu. Lalu ia mencari - cari sosok yang ia ingin culik, tetapi ia tidak menemukan seorangpun. Ia menjelajah, menemukan tante Siska yang sedang berbicara dengan salah satu asisten rumah tangganya.

Sekilas terdengar, iya masakan ini harus begini dan begitu. May tidak terlalu pusing dengan makanan, ia mendekat lalu "Tante, kenapa tante tega sih biarin Ben menikah dengan Magdalena? Apa kurang saya tante? jeritnya dengan emosi"

"Ma.... yyyyy?" jawab tante Siska dengan terbata - bata tidak mampu menjawab.

"Aku tidak akan mengijinkan Ben menikah tante, tidak akan. Sampai matipun May tidak rela jeritnya" menyebabkan hampir semua orang yang ada di mansion itu keluar dan menuju dapur, tiba - tiba May melihat Will, om Angga, papanya, tante Claudya, sepupunya Radya dan Luis serta Diana.

Semua mata melihat May dengan tatapan kosong, lalu ia berharap segera bertatap muka dengan Ben. "Mana Ben, mana dia. Will please kasih tahu mana Ben" Semua orang seperti menahan nafas lalu dengan bahasa syarat Will menunjuk ke bagian atas sambil bicara "Ben sedang mandi, persiapan May"

Saat ia akan berlari menuju kamar atas ia berhenti sesaat lalu menatap dengan tajam

"Semua orang boleh mengkhianati May tetapi mengapa papa, dan semua keluarga Kaba yang bertalian darah dengan May harus menusuk juga dari belakang" cicitnya dengan suara lirih disertai tangisan kemudian ia menghambur sambil berlari menuju Ben. Ia berpikir baiklah ini perjuangannya sendiri tapi ia bertekad untuk memenangkan pertempuran ini.

"Bennnnn" teriaknya sambil menghempas daun pintu kamar

"Ben, terkaget sepenuhnya" ia baru selesai dari kamar mandi hanya mengenakan handuk di bagian bawah tubuhnya.

"May, kenapa kamu datang kesini bukannya kamu harusnya di rumah sakit" bentak Ben

Demi mendengar nada tinggi Ben, hati May semakin remuk.

"Apa - apaan kamu May, dengan tampilan yang tidak karuan seperti ini lalu berteriak - teriak?" cecar Ben berulang - ulang

May sudah tidak memperdulikan harga diri, asal Ben tetap menjadi milikku batinnya, ia segera berlari, menghambur kepelukan Ben memeluknya dengan erat, bahkan ia tidak sadar kalau Ben tidak berbusana, tangannya tetap ia rangkulkan ke pinggang Ben mengunci agar Ben tidak bergerak, lalu ia surukkan kepalanya ke leher pria itu sambil sesenggukan.

"Ben please kamu gak boleh tinggalkan aku, kamu harus hentikan acara ini. Ben.. nnnnnn gak boleh, gak boleh... hhhhh" tangisnya

"May sadarlah acara hari ini harus berjalan, justru dengan acara hari ini sebagai salah satu syarat agar supaya di masa yang akan datang hidup kita lebih baik lagi"

"Gak... kk.... kkkkk, tidak" jerit May sambil menatap wajah Ben walaupun pelukannya masih erat di pinggangnya.

"Tidak, love gakkkk... kkk ada masa depan lebih baik tanpa kamu disisi aku. Aku gak rela Ben... nnn, aku gak sanggu...pppp kalau aku harus melepaskanmu"

"Mayyyy...., sabar May. Seru tante Siska sekarang semua orang yang dia temui di bawah tiba - tiba pindah ke kamar Ben"

Ia tidak bergeming sedikitpun, ia tetap memeluk Ben dengan erat gak perduli semua mata menatap ia dengan penuh tanda tanya dan penasaran.

" Ben, please melepaskan mu kelemahanku, kamu boleh minta apapun tapi acara hari ini harus batal. Aku gak bisaaaa, gak sanggup. ti... dakkkk, kamu gak bole... hhhh menikahi Magdalen... a" jeritnya

Semua tertegun,, lalu tidak lama kemudian satu persatu meninggalkan kamar Ben hingga tinggallah mereka berdua.

"Hei ... sweetheart. Sudah - sudah jangan menangis lagi. Shuttttt, please jangan menangis lagi" Ben memeluk erat tubuh May, lalu menenangkannya beberapa saat.

Saat Ben sudah memastikan May tenang, dan air matanya sudah berhenti. Ia kemudian mengangkat wajah May lalu menempatkan di depan wajahnya, di bibir Ben terlihat senyuman manis lalu dia mengecup bibir May dengan penuh kasih, cinta dan berulanng - ulang.

"Listen to me love, hari ini acaranya tetap berjalan, aku gak harus melepaskanku setelah acara ini selesai kamu tetap milikku, yah milikku satu - satunya"

"Ga... k Ben aku gak mau berbagi dengan siapapun kamu milikku seutuhnya, gak ada yang berhak atasmu hanya aku, kamu harus memilih dia atau aku. Kalau aku tetap pilih kamu, kalau kamu tidak mau paling tidak aku sudah berusaha Ben jika takdir berkata lain berarti saya harus cari pria bodoh lainnya yang akan mencintai aku" tantang May sambil meneteskan air mata

"Dasar bodoh" senyum Ben

Merutuki kebodohan dan kepolosan May, tetapi disisi lain bersyukur untuk ketetapan hati May untuk dirinya.

---@-@@--

*Apakah pernikahan Ben dan Magdalena terjadi? atau justru sebaliknya... 🤔🤔🤔🤔

Next chapter