webnovel

46. Destiny 1

Pemandangan yang dihadapi May, sangat menyayat hati. Isak tangis yang ia dengar dari seorang wanita paruh baya itu membuat bulu kuduknya merinding. Ia mengenal wanita paruh baya itu "Ny. Siska" mama Ben, sekilas ia melihat pria paruh baya yang duduk dengan tenang tetapi berekspresi sama tersiksanya dengan wanita paruh baya yang tangannya ia gengam dari tadi, Itu pasti "papa Ben" karena Will mewarisi hampir 90% wajahnya. May tidak sadar kemampuan ia bisa berdiri dengan kokoh karena bantuan topangan dari Roaman. Sebenarnya tubuhnya seperti baterai yang perlu segera di charge tidak berdaya, bertenaga. Dalam keheningan, keterpakuannya sejenak secara serempak Will dan Diana mengarahkan pandangan ke tempat ia terpaku lalu Will dan Diana serempak berlari dan memeluknya. Pelukan dan penghiburan ke dua orang tersebut membobol pertahanannya, "mengapa Din, mengapa hal ini terjadi" tanya May dengan suara yang menyayat hati. "Sabar babe, kita berdoa yah. Ia pasti kuat" jawab Diana disertai pelukan dan gengaman tangan kuat Ben ditelapak tangan May, seketika tanggung jawab dan penghiburan Roaman di ambil alih kedua orang tersebut. Lalu Will menuntun May untuk mendekat ke kursi tunggu di depan ruang operasi. "Mom and dad, Maya's come!" demi mendengar perempuan yang dicintai puteranya datang Ny. Siska langsung memeluk dan meraung - raung di lorong rumah sakit tersebut. "May, please panggil putera tante. Panggil dia May, supaya dia tidak tinggalkan kita! Atas nama Ben, Tante minta maaf May" tangisnya. Melihat kondisi mama Ben yang hampir kolaps mau tidak mau May harus berusaha kuat dan menguatkan wanita paruh baya itu, ingatan tentang kealpaan pelukan dari bundanya sejak remaja mendatangkan kehangatan baginya sekaligus pemompa semangat baru untuk memiliki pengharapan baru dalam hatinya. "May terimakasih nak, sudah datang. Terimakasih sudah menyayangi putera bodoh om" bisik Tn. Angga dengan lirih sambil mengelus kepala May dengan penuh kasih. Memang Tn. Angga belum pernah bertatap muka dengan May tetapi mata pria paruh baya itu jeli saat menilai seseorang, dimatanya ia melihat dengan jelas api kesedihan, lebih tepatnya duka wanita muda itu untuk puteranya. "Maaf tante dan om, saya datang berkunjung di waktu kurang tepat seperti ini" bisiknya disertai isakan dan derai air mata. "Gak apa - apa nak, justru om senang kamu datang. Mungkin saat ini kehadiran kamu yang bisa menguatkan hati Ben, penyebab musibah ini terjadi karena anak itu marah dengan om" jawabnya sambil menangis dengan bahu terguncang. "Pap, jangan salahkan diri papa! gak ada yang perlu disesali semua ini adalah takdir pap. Will yakin kedepannya semua akan lebih baik lagi".

"Will bagaimana kalau kakak kamu tinggalin kita nak?" tanya Ny. Siska. "Tidak tante, Di' yakin Ben pasti tidak rela berpisah dengan orang - orang yang dia cintai" jawab Di sambil memeluk calon mertuanya.

Semangat saling menguatkan pada saat kesedihan ini menjadi penghiburan di dalam hati May, sesekali ia berdoa dalam hatinya. "Tuhan ku mohon jangan ambil nyawanya, ku mohon beri kesempatan bagi kami memilikinya. Demi langit dan bumi, ku mohon ijinkan aku mendengar suaranya meskipun suatu saat ku tak dapat memiliki raganya" suara batin May.

Waktu berlalu dengan cepat, entah sudah keberapa kalinya pintu ruang operasi itu terbuka tetapi yang terlihat adalah kondisi panik dan sibuk para perawat untuk mencari tambahan darah untuk pasien. Berita terakhir yang keluarga pasien dengar "berdoalah" saat ini kondisi pasien cukup lemah.

Keluarga yang menunggu duduk dengan cemas larut dalam pikirannya masing - masing, mereka berpasrah penuh pada Tuhan Yang Maha Kuasa pemilik setiap makhluk yang ada di alam semesta. Mereka berharap tindakan operasi penyelamatan Ben dimudahkan oleh - Nya. Saat ini di dalam ruang operasi beberapa dokter terbaik yang dimiliki RS. Water Permata turut mendamping, atas permintaan pemilik rumah sakit yaitu Tn. Tony Samuel Sharon.

****///-------------@-@

Berita ini, sering ia temukan di sinetron, film, bacaan fiksi bahkan terkesan lumrah menimpa sang aktor demi menarik perhatian penonton dan pembaca agar suasana mengharukan tercapai dengan sukses.

Tetapi May tidak pernah berharap penjelasan dokter tentang "Teori Motivated Forgetting" menurut dr. Rini, Sp. S terbaik yang di miliki rumah sakit bahkan kota Water, terkait keberadaan Ben dikatakan akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran.

Sepanjang dr. Rini, Sp. S menjelaskan proses menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:

1.       Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.

2.       Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.

3.       Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks.

Proses mengingat reintegrative terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Siti Nurbaya (tokoh sinetron), maka akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut karena orang tersebut telah menontonnya berkali-kali.

Jadi Nona Maya Belinda Sharon kondisi pasien saat ini mengalami penyebab amnesia dapat berupa organik. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak, akibat trauma.

Penjelasan medis dan istilah - istilahnya yang tidak ia kuasai seperti gambaran suasana seminar yang bahkan tidak berniat untuk ia kunjungan tetapi terkait dengan hidup seseorang ia berusaha bersabar dan menyimak.

Hal ini, terjadi di masa setelah 3 minggu ia menunggu Ben sadar selepas operasinya.

Tiba - tiba pagi ini seperti hari - hari sebelumnya ia melakukan kunjungan rutin setiap pagi sebelum berangkat ke kantor. Biasanya pagi seperti ini, kamar Ben masih kosong, karena tante Siska dan om Angga serta Will pulang ke rumah untuk beristirahat dan kembali ke rumah sakit menjelang siang, biasanya tugas pengawasan diserahkan kepada tenaga profesional seorang perawat yang ditugaskan untuk mendampingi Ben yang di wanti - wanti menghubungi keluarga jika ada sesuatu apapun atas kondisi pasien.

Seperti hari - hari sebelumnya, May selalu mengajak Ben mengobrol mulai dari dia masuk ke ruangan ia menyapanya "Pagi Ben, apa kabar? apakah tidur kamu nyenyak, hari ini saya bawakan kamu bunga edelweis kata mbak - mbak penjual tadi ini simbol cinta sejati loh! kamu pasti suka kan, warna dan aromanya!" ucapnya sambil menempatkan bunga tersebut di pot untuk menggantikan bunga tulip lambang dari cinta yang sempurna. Lalu ia akan melanjutkan paginya dengan mempersiapkan waslap untuk menyeka wajah, tangan dan badan bagian atas Ben, sesekali ia bergidik membayangkan jika ia membersihkan bagian bawah Ben yang memang ia hindari selain kurang patut karena takut dibocorkan oleh perawat pribadi Ben ke papa dan mamanya ia juga tidak memiliki keberanian untuk melakukannya, ia tersenyum karena pikirannya yang berkeliaran ke mana - mana.

Saat ia sedang duduk di sofa dekat ranjang dan membacakan berita up tu date tentang artis, pengusaha terkenal dan info bisnis tiba - tiba ia terkejut karena ia mendengar suara lirih "arkghhhhhh, sakittttt" dari mulut Ben yang memang sejak 3 hari pasca operasi sudah tidak menggunakan tabung dan regulator oksigen jadi otomatis pada saat pasien mengeluarkan suara pasti jelas di pendengaran yang menunggu. May tanpa sadar terlonjak dan melompat lalu mendekat ke ranjang pasien, menghubungi ruang perawat menyampaikan pasien sudah sadar.

~Ada kelegaan dan aliran sungai mengaliri hatinya yang kering~ Thanks God bisiknya berulang - ulang•

-----

Next chapter