webnovel

41. What should I do

Sudah dua hari sejak kepergian Ben secara mendadak di tengah makan malamnya Siska Widya Bramantyo dan Angga Wijaya Bramantyo memperhatikan putera sulung mereka mengurung diri di kamar.

"Will, ada apa dengan kakakmu? apa yang terjadi 2 malam yang lalu? sejak malam itu sampai hari ini mama lihat kakakmu berantakan nak, apa ini ada hubungannya dengan masa lalu lagi?"

"Iya mah"

"Apa lagi yang diperbuat perempuan ular itu? tidak cukupkah ia menghancurkan puteraku 5 tahun lalu? kalau begini terus mama harus turun tangan Will, mama gak rela putera mama hancur!"

"Ini tentang Maya Belinda Sharon mah, papanya masuk ICU kena serangan jantung!"

"Oh, God kasihan gadis itu!" ucap Siska ia tidak tahu meskipun mereka hanya bertemu sekali hatinya telah terpikat dengan gadis itu, bahkan saat itu ia berharap gadis itu segera dipinang oleh puteranya ada kesedihan dalam dadanya untuk puteranya dan May.

"Ben papa boleh masuk nak?"

"Oh iya pa" jawab Ben

"Ben kamu tahu sejak 6 bulan lalu papa sudah beri kamu untuk kamu lebih dulu cerita ke papa dan mama tetapi kamu tidak melakukannya son!" Ia mengatas namakan papa dan mama karena Angga melihat isterinya juga ikut masuk ke kamar Ben.

"Tell my son what's wrong?"

Angga melihat isterinya sudah berlinang air mata, ia selalu sedih setiap isterinya dan ia menghadapi persoalan menyangkut Ben air mata itu sepertinya ornamen yang tidak pernah terlupakan. Angga sadar isterinya sudah banyak menderita sejak kegagalan pernikahan putera sulungnya dan ia bertekad sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk membahagiakan isteri dan kedua buah cintanya.

"Tell me, boy, because mom was talking to your brother too. Sejak malam itu sampai hari ini mama lihat kamu berantakan!"

"Iya mah"

"Ini tentang Maya Belinda Sharon mah, papanya masuk ICU kena serangan jantung!"

"Terus mengapa kamu harus berantakan begini, justru kalau papa May masuk RS kamu harus tegar dan menguatkannya. Papa dan mama yakin dia butuh seseorang yang menguatkan dia saat sedih begini nak!?" Tanya Angga.

Ben, menundukkan kepala dan tak lama kemudian terlihat bahu dan punggungnya bergetar terdengar suara isak tangis dari putera sulungnya. Angga dan Siska saling bertatap mata, ada apa ini kira - kira begitu pertanyaan dalam hati mereka sewaktu pernikahannya hancurpun ia tidak sehancur saat ini. Sebagai orang tua, meski anak mereka sudah dewasa dan pemimpin perusahaan besar bagi orang tua anak tetaplah bayi kecil mereka yang ingin dilindungi dari segala sesuatu yang membuat ia bersedih.

Siska segera memeluk puteranya dan berbisik, "menangislah nak, air mata adalah obat jiwa", tangannya tidak berhenti mengelus punggung dan membelai kepala puteranya.

Dengan tangisan dan getaran tubuh yang tiada berhenti demi menahan emosi jiwanya Ben hanya berbisik

"Dad, mom What Should I do?"

Setelah beberapa saat berlalu

Ben menceritakan semuanya tentang pertemuan siang itu dan ketakutannya kalau May tahu serangan jantung papanya akibat kebodohan Ben maka May akan semakin membencinya.

Tn. Angga dan Ny Siska, berbincang di ruang keluarga.

"Pap, kasihan Ben kita harus ikut campur untuk hal ini. Kita harus berkunjung ke RS, kita tidak bisa biarkan Ben terpuruk papa tahukan hanya May yang ada dihati Ben saat ini"

"Mam, kita tidak boleh sembrono bertindak. Menurut papa kita harus tahu asal mula masalah antara Ben dan May. Dulu mereka happy kan mam tapi mengapa tiba - tiba mereka putus lalu enam bulan mam, putera kita seolah - olah menghindar dan menghilang tidak mau menerima telepon, bahkan jangankan kembali ke rumah saat kita mengunjungi apartemennya saja kita tidak pernah diterima, perusahaan yang jadi passion dia saja diabaikan untung ada Will sehingga perusahaan bisa terhandle dengan baik.

Baru - baru ini saja kita bisa kembali menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Ben sudah sering meluangkan waktu di rumah. Papa rasa sudah cukup waktunya dia hidup dalam kesendirian, papa tidak mau terlalu ikut campur karena menurut papa dia sudah dewasa tetapi setelah melihat kondisi dia hari ini papa rasa kita harus ikut bertindak tetapi harus tahu fakta yang sebenarnya!".

"Oke pap, mama setuju kita bisa tahu dari Diana putus Siska!".

$@@$$$$//'''''''''''

"Siang tante dan om! Maaf Diana terlambat tadi di kantor banyak urusan ujar Diana"

yang kelabakan mengurus tanggung jawab kantor karena sampai hari ini Cintya belum masuk kantor, Markus dan Roaman sibuk handle kantor paman Tony sedangkan May mendampingi papanya di RS.

"Gak apa - apa nak, jawab Tn. Angga dan Ny. Siska serempak!" kemudian bertiga tertawa karena jawaban dari papa dan mama Will.

"Kamu apa kabar Di? kok jarang main ke rumah, tanya mama Will di sela - sela makan siang mereka!"

"Iya tante, sorry minggu - minggu ini urusan kantor padat. Di handle sendiri My Production karena asisten May Cintya belum masuk kantor, Markus dan Roaman bantu handle kantor paman Tony sedangkan May harus di RS!"

"Oh ... jawab Tn. Angga, kirain om putus dari Will?"

"Pap ... apa - apaan sih doain yang jelek buat anaknya dan calon menantu!" ucap Ny. Siska dengan nada tinggi membuat Diana tersedak bertepatan dengan saat ia minum.

"Hei... tenang, kata Ny. Siska sambil menepuk - nepuk punggung Diana!"

"Sorry tante, Di tersedak"

"Gak apa - apa gak usah malu, sepertinya tante dan om harus segera melamar kamu dan mengatur pertunangan supaya kamu segera panggil tante dan om sebagai mama dan papa. Iya kan pap?"

Tn. Angga manggut - manggut menyetujui ide isterinya, karena ia lihat Diana juga wanita yang berkarakter baik selama anaknya memiliki hubungan istimewa dengan Diana banyak hal positif yang terbangun dalam diri puteranya.

"Om dan tante, Di jadi malu" kemudian mereka bertiga tertawa khususnya Tn. dan Ny Bramantyo melihat wajah Di yang merah seperti kepiting rebus.

-----------------------@-

"Di, sebenarnya om dan tante datang kesini dengan satu misi dan kami harap kamu bisa bantu dalam hal ini. Om dan tante sudah tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi kalau bukan Di!"

Mendengar permohonan orangtua kekasihnya Di jadi bingung kira - kira ini tentang apa, kalau tentang hubungannya dengan Will tidak mungkin situasinya semencekam ini, pasti ada kaitannya dengan putera sulung mereka pikirnya.

"tentang apa om dan tante?"

"tentang Ben dan May!" jawab Ny. Siska

Diana, kemudian memutuskan menceritakan pengkhianatan yang Ben lakukan dengan artis pengisi iklan produk Bram's Company yang membuat May harus di rawat inap di RS. Akibat pengkhianatan itu May yang memang punya trauma masa lalu akibat pengkhianatan mengalami depresi dan berobat ke LN selama 3 bulan lalu setelah May kembali ke kota Water dan sudah punya pacar bernama Roaman diganggu lagi oleh Ben yang tidak rela May punya hubungan spesial dengan pria lain.

"Setahu saya seperti itu om dan tante, saya juga tidak kenal siapa itu Magdalena. setiap saya bertanya ke Will dia selalu mengalihkan perbincangan kami!"

"Apa Di, tante gak salah dengar? jadi artis itu namanya Magdalena?"

"Iya tante" jawab Di gugup karena ia melihat dengan jelas wajah om dan tante Bramantyo tiba - tiba berubah ganas.

Kemudian mereka memutuskan mengakhiri pertemuan hari itu. Tn. dan Ny Bramantyo berterimakasih atas bantuan Di, dan mengundang Di lebih sering mengunjungi mereka.

"Iya om dan tante" jawab Di bahagia.

Di mobil Tn. dan Ny. Bramantyo diam sejenak kemudian terdengar suara Ny. Siska berkata "Pap, what should we do?" ucapnya dengan air muka yang dingin dan tatapan yang penuh dengan amarah.

"Kita harus ikut campur" jawab Tn. Angga, kemudian memerintahkan supirnya menuju ke kantor Bram's Company.

Next chapter