webnovel

4. Canggung (2)

Dari perjalan aula Komunitas Water menuju perumahan kota Water. Terjadi perbincangan yang seru antara Wilson dan Diana yang sesekali ditimpali oleh Ben, sementara May hanya memandang ke arah jendela dan sayup - sayup terhilang ke alam khayalnya ditemani oleh suara indah Tony Braxton dengan lagu Un Break My Heart...

Un-break my heart

Say you'll love me again

Undo this hurt you caused

When you walked out the door

And walked out of my life

Un-cry these tears

I cried so many nights

Un-break my heart

...

Don't leave me in all this pain

Don't leave me out in the rain

Bring back the nights when I held you beside me

....

Un-break my heart

Say you'll love me again

Undo this hurt you caused

When you walked out the door

And walked out of my life

Un-cry these tears

I cried so many nights

Un-break my

Un-break my heart, oh baby

Come back and say you love me

Un-break my heart, sweet darlin'

Without you I just can't go on

Can't go on.

"May... May... May... babe? Loe kenapa sih, dah puluhan kali gw panggil gak nyahut, bisik Diana? "

May, yang secara paksa ditarik Diana dari alam khayalnya ke dunia nyata tergagap dan susah mengendalikan reaksinya.

"Apa, sih Din? " dengan nada ketus May menjawab sahabatnya.

Mengakibatkan percakapan sayup - sayup yang May dengar antara Ben, Wilson dan Diana terhenti seketika.

Akhirnya karena merasa bersalah May menggerakkan lehernya ke sebelah kiri dimana Diana duduk disebelahnya.

"Sorry, Din! gw lagi menghayati lagu Tony Braxton dari music player barusan".

"Ohhhhhh, gw kirain ingat Leon. Kan ini lagu favorite loe berdua"

Diana dengan mulut bencananya.

Mendengar nama Leon spontan mata May melotot ke arah Diana beberapa detik lalu saat ia memalingkan wajah ke arah jendela kanan matanya bertatap pandang dengan sorot mata tajam milik Ben ternyata memperhatikan kejadian yang ada di kursi belakangnya.

Tidak berapa lama kemudian.

Berhentiiiiii, teriak Diana!!!

Ben yang mendengar teriakan Diana, spontan menginjak rem mengakibatkan tubuh May terhempas kedepan dan ban mobil mencicit di jalanan.

"Gila loe Din, ada apa sih?, bahaya bego kecepatan tinggi begini mobil berhenti tiba - tiba, dada gw sampe terhempas ke jok depan perempuan gila, ketus May" yang sudah sulit mengendalikan emosinya melihat ulah sembrono Diana.

Sorry, guys ...

"May loe ingatkan tadi kita mau nonton di bioskop? come on babe film baru loh. Mumpung besok masih libur kerja, ayo dong! masih jam 21.00 Wib ini.

Temanin gw nonton yah rayunya".

Trus mereka berdua gimana? kata May!

"Eh, Ben dan Wilson ikut saja. Mumpung ada waktu nonton perdana di bioskop Water, gak nyesal deh... pleaseee.." sambil menunjukkan wajah berharap saat Ben dan Wilson menatap Diana.

Gimana Kak? gw mah terserah elo sahut Wilson.

Setelah beberapa detik mengerutkan dahi, akhirnya Ben mengarahkan mobil ke parkir Bioskop Water.

Diana sangat bersemangat dan meninggalkan May, Wilson segera mengejar Diana dengan berlari - lari kecil, kemudian May melihat Diana dan Wilson berbincang sambil sesekali tersenyum.

May merasakan perih di dalam dadanya saat ia melihat begitu mudahnya Diana dan Wilson terlihat akrab bahkan saling melemparkan senyuman.

Mengingat sudah berapa tahun ini May tidak pernah bisa tersenyum dan tertawa lepas dengan orang lain apalagi seorang pria yang baru saling kenal.

Dengan sahabatnya Dianalah, ia bebas tersenyum bahkan tertawa lepas.

Perih di dada itu membuat reaksi di wajah May seperti menahan sakit dan tanpa sadar tangan kirinya bergerak mengelus dadanya.

Ben, memegang tangan kanan May, dan menahan langkahnya hingga berhenti seketika.

Wajahnya muram, intonasi suaranya tinggi, dengus nafasnya cepat dan sorot matanya sangat tajam saat ia bertanya.

"Apa dada kamu sakit saat terhempas ke jok tadi? Kalau iya, jangan konyol ingin nonton di bioskop, saya akan antar ke RS sekarang juga. Tidak perlu bertemu Diana dan Wilson nanti bisa beri kabar ke Diana lewat Wilson by phone", desak Ben.

Tidak mengerti tujuan Ben, mengerutkan dahi dan menunjukkan wajah bertanya yang terlihat jelas bagi Ben.

"May, kalau dada kamu sakit. Ayo ke RS?"

"Saya, dada saya, gak sakit kok Ben ! "

"Terus, apa maksud ekspresi kesakitan di wajah kamu barusan dan tangan kiri kamu mengelus bagian dadamu, saya gak buta bentaknya! "

May... menghembuskan nafas... ternyata Ben menafsirkan secara salah ekspresinya yang tidak pernah bisa tersenyum dengan pria sampai menimbulkan perih di dadanya.

"Sorry, Ben. Kamu salah sangka. Ekspresi seperti itu menjadi kebiasaan kalau saya sedang berpikir keras tentang sesuatu", ia akhirnya memilih lebih baik berbohong.

"Perempuan aneh, bisik Ben", kemudian melepaskan tangan May yang sedari tadi ternyata di pegangnya dengan erat.

Next chapter